Pemulihan Dunia Tak Merata, Indonesia Soroti Ketimpangan Akses Vaksin Covid-19
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyoroti, pertumbuhan global yang tidak merata dalam pertemuan G20 di Italia. Hal ini disebabkan akses terhadap vaksin sebagai persyaratan untuk pemulihan berkelanjutan belum merata.
Meski begitu, di forum internasional tersebut, Menteri Sri Mulyani mengatakan Pemerintah Indonesia tengah mengejar target vaksinasi massal. Bahkan dalam sehari, 2 juta orang mendapatkan vaksin Covid-19.
"Upaya pemerintah dalam meningkatkan dan mempercepat vaksinasi kepada masyarakat yang telah mencapai lebih dari 40 persen penduduk, dengan rata-rata 2 juta vaksinasi per hari," tutur Sri Mulyani di forum tersebut seperti dikutip dari laman kemenkeu.go.id, Jakarta, Jumat (15/10).
-
Siapa yang hadir di rapat Sri Mulyani dan Jokowi? Rapat itu juga dihadiri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
-
Apa yang diungkapkan Sri Mulyani tentang bukber Kabinet Jokowi? Sangat terbatas, tidak semua menteri hadir termasuk dari PDIP, PKB dan NasDem.
-
Apa yang dibawa Menko Perekonomian ke KTT G20? Menko Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia membawa misi besar dalam agenda KTT G20. Salah satunya untuk memperkuat kerja sama di bidang perekonomian.
-
Apa yang disampaikan Sri Mulyani tentang anggaran perlinsos Kemensos? 'Apabila dilihat pada chart tersebut, realisasi anggaran perlinsos dan bansos dari Kemensos 6 tahun terakhir, 2019—2024 periode yang sama Januari—Februari, tidak terdapat perbedaan pola realisasi belanja perlinsos kecuali pada tahun 2023,' ucap Sri Mulyani di Mahkamah Konstitusi RI, Jumat (5/4).
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Kenapa Menko Perekonomian ikut ke KTT G20? Menko Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia membawa misi besar dalam agenda KTT G20. Salah satunya untuk memperkuat kerja sama di bidang perekonomian.
Dalam beberapa bulan terakhir, ekonomi dunia mulai menunjukkan pemulihan yang lebih kuat. Ini berkat dukungan kebijakan yang berkelanjutan, vaksinasi dan pembukaan kembali kegiatan ekonomi.
Di sisi lain, kondisi tersebut juga ditopang prospek inflasi dan respon terhadap kebijakan moneter bank sentral. Begitu juga respon terhadap pergerakan harga aset di pasar properti, terpantau menghindari potensi terjadinya pengetatan keuangan global yang tidak diinginkan.
Termasuk juga resiko yang bisa menimbulkan tantangan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada pembiayaan internasional. Terutama bagi negara-negara dengan mata uang yang lebih fluktuatif.
Selanjutnya
Pada pertemuan ini, fokus negara anggota G20 membahas isu untuk mengatasi tantangan jangka pendek dan menengah global secara efektif. Termasuk divergensi ekonomi, perpajakan internasional, pembiayaan sistem kesehatan. Begitu juga dengan transisi menuju ekonomi dan masyarakat yang lebih berkelanjutan, digital dan inklusif dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam rencana pemulihan.
Bagi Indonesia, pertemuan ini memiliki nilai penting menjelang pelaksanaan tugas Presidensi G20 Indonesia. Tujuannya untuk melanjutkan dan mendorong peran kepemimpinan G20 dalam menjawab tantangan global dan menciptakan pertumbuhan yang semakin inklusif, kuat, dan berkelanjutan.
Sebagai informasi, Indonesia secara resmi akan menjadi Presidensi G20 pada tahun 2022 setelah dilakukannya serah terima dari Italia kepada Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) di Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021 mendatang.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut PMI manufaktur Indonesia berada dalam tren menanjak di atas 50, bersama dengan beberapa negara seperti Turki dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi yang dirasakan oleh sejumlah negara mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, termasuk di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca Selengkapnya30 Negara telah menjadi pasien IMF karena perekonomian global yang terus mengalami tekanan. Namun, kini 11 negara di antaranya sudah membaik.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaSebagai contoh, Indonesia berhasil menghadapi berbagai tantangan dalam mengendalikan penyebaran virus covid-19.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Merdeka.
Baca Selengkapnya