Peneliti Indonesia temukan kulit kopi bisa jadi pengganti gas elpiji
Merdeka.com - Anggota Tim Peneliti Coffee For Social Welfare (CFW) Universitas Jember, Soni Sisbudi Harsono, memanfaatkan limbah kopi menjadi bahan bakar gas. Limbah kopi bisa digunakan masyarakat sebagai pengganti gas untuk memasak kebutuhan sehari-hari.
"Kulit kopi bisa dijadikan bahan bakar pengganti gas oleh masyarakat, sehingga dapat menghemat ekonomi dan kini tinggal bagaimana masyarakat diberikan pelatihan untuk mengolah kulit kopi menjadi bahan bakar," katanya seperti dikutip dari Antara di Kampus Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu (4/10).
Saat musim panen raya kopi, lanjut dia, banyak ditemukan tumpukan menggunung dari limbah cangkang kopi ataupun kulit kopi dan tanpa penanganan yang bagus. Padahal, limbah kulit kopi itu dapat berpotensi menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar.
-
Mengapa ampas kopi bisa menjadi solusi untuk masalah lingkungan? Penemuan ini bisa menjadi solusi bagi dua masalah lingkungan sekaligus: limbah organik dan kelangkaan sumber daya konstruksi.
-
Kenapa limbah organik penting diolah? Meskipun limbah organik bisa membusuk secara alami, kita tidak boleh membuang limbah organik secara sembarangan.
-
Bagaimana proses sangrai kopi di pabrik tersebut? Pada masa jayanya, pabrik kopi itu mampu menyangrai kopi hingga 10 ton per hari. Sekali proses sangrai waktu yang dibutuhkan sekitar 20 menit.
-
Bagaimana cara mengatasi polusi pabrik? “Saya minta, Polri segera turun tangan untuk melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap pabrik-pabrik di Jabodetabek, yang diduga telah melanggar batas emisi. Jika ada yang melanggar beri sanksi tegs,“ ujar Sahroni dalam siaran persnya, Selasa (15/8).
-
Apa yang dihasilkan oleh perkebunan kopi di Gombengsari? Berada di ketinggian antara 450 hingga 600 mdpl, lahan-lahan itu menghasilkan kopi robusta berkualitas sebanyak 700 ton setiap tahunnya.
-
Siapa yang mengolah limbah jadi pupuk? Setiap hari para petugas di rumah potong hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Banten sibuk mengumpulkan kotoran sapi.
"Limbah kopi itu bersifat asam, sehingga tidak bagus untuk tanah dan berpotensi menjadi sumber penyakit bagi masyarakat sekitar. Biasanya masyarakat yang berada di sekitar limbah kopi sering sakit-sakitan, sehingga perlu ada upaya mengolah limbah dengan baik dan membawa berkah bagi masyarakat sekitar," tuturnya.
Menurutnya, sekali musim panen pada Mei hingga September, biasanya limbah kulit kopi yang ada di sekitar perkebunan wilayah Kawah Ijen Bondowoso mencapai 4 ton. Selama ini limbah kulit kopi hanya menjadi sampah selama kurang lebih enam bulan.
"Setelah enam bulan, limbah kopi sudah bisa dijadikan pupuk organik untuk tanaman kopi, namun selama masa menunggu sampah tersebut bisa merusak kondisi tanah karena bersifat asam dan air serapan dari sampah kopi tersebut sangat tidak baik ketika musim hujan air," katanya.
Untuk itu, dosen di Fakultas Teknologi Pertania (FTP) Universitas Jember itu bersama mahasiswanya tengah berupaya, agar limbah kopi bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
"Misalnya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan proses pembuatan bahan bakar berupa briket berbahan dasar kulit kopi cukup mudah yakni limbah kulit kopi dikeringkan hingga kadar airnya di bawah 12 persen," katanya.
Kemudian ukurannya diperkecil dan dicampurkan dengan bahan lain seperti grajen kayu atau arang sekam yang dicampur dengan lem berbahan ketela yang dibuat sendiri. Setelah itu dimasukan pada mesin pencatak kemudian dikeringkan.
Dia mengatakan biaya untuk proses pembuatan pelet bahan bakar kompor itu terjangkau bagi masyarakat menengah kebawah dan untuk menghasilkan 1 kilogram briket hanya memakan biaya Rp 6.500.
"Setiap kilogram bisa untuk masak nasi 1 kilogram, masak air dan masak lauk pauk selama 8 jam, sehingga lebih hemat 25 persen dari total biaya gas subsidi dan sangat membantu mengurangi pengeluaran belanja rumah tangga," tuturnya.
Soni bersama timnya telah berhasil memproduksi kompor hemat energi yang bahan bakarnya bisa menggunkan limbah kulit kopi dan kompor tersebut akan segera diproduksi massal untuk dibagikan atau dijual dengan harga murah kepada masyarakat sekitar perkebunan kopi.
"Tidak hanya kulit kopi, ranting dan daun kopi pun bisa diproses sebagai bahan bakar kompor yang kami produksi. Api pun yang dihasilkan cukup besar bisa digunakan untuk rumah tangga ataupun usaha kecil seperti para penjual gorengan," ujarnya.
Dia berharap kompor buatannya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar perkebunan kopi dan akan membimbing masyarakat, agar bisa memproduksi kompor dan briket secara mandiri.
"Biaya untuk pembuatan satu kompor tidak lebih dari Rp 125.000 dan bahan bakarnya pun tidak harus limbah kulit kopi karena bahan bakar berupa Biopellet itu juga bisa dibuat dari limbah kotoran binatang ternak, batang pohon pisang dan sampah organik rumah tangga lainnya," katanya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asap yang dihasilkan diklaim tidak banyak dan cenderung memiliki aroma unik, serupa kopi.
Baca SelengkapnyaFokus penelitian untuk peningkatan produksi biogas yang ramah lingkungan melalui tandan kosong kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaSelain diolah sebagai pupuk kompos, sampah-sampah ini juga dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Baca SelengkapnyaUji bakar cofiring serbuk gergaji tersebut menggunakan 250 ton atau 10 persen dari total pemakaian batu bara PLTU Bengkayang per harinya.
Baca SelengkapnyaWarga di Desa Dompyong, Trenggalek menggunakan energi biogas yang berasal kotoran sapi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa berperan dalam menyediakan bahan baku biomassa, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Baca SelengkapnyaSumber biomassa berasal dari tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan hutan.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan tandan kosong kelapa sawit untuk biomassa berpotensi besar, karena sumbernya melimpah.
Baca SelengkapnyaLimbah tahu yang meresahkan warga sekitar, kini menjadi berkah hingga desa tersebut mendapat julukan desa mandiri energi.
Baca SelengkapnyaAbu bata baru yang dimanfaatkan sebagai pupuk silika berasal dari PLTU Ombilin, di Kota Sawahlunto Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaZat hasil pembakaran sampah dapat berisiko meningkatkan potensi kanker pada manusia.
Baca SelengkapnyaLulur alami itu menggunakan limbah kulit kopi karena bahannya mengandung tanin sebagai anti bakteri.
Baca Selengkapnya