Peneliti: Inovasi Produk Tembakau Alternatif Jadi Cara Tekan Jumlah Perokok RI
Merdeka.com - Dewan Penasihat Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) sekaligus Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Erman Aminullah menyebut bahwa pemanfaatan inovasi teknologi dari produk tembakau alternatif dapat menjadi salah satu cara untuk menurunkan jumlah perokok di Indonesia. Namun, kehadiran hasil inovasi dari industri tembakau itu belum dimanfaatkan secara maksimal.
Hal ini disampaikan Erman saat menjadi salah satu pembicara di ASIALICS 2019 yang digelar di Korea Selatan dari 26-27 Juli 2019. Dalam forum yang beranggotakan para sarjana, akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan yang fokus dalam sistem pembelajaran, inovasi, dan pengembangan kompetensi di Asia, Erman mengulas materi yang berjudul “E-Cigarette as Disruptive Innovation: Forecasting of conventional cigarette substitution in Indonesia.”
Menurut Erman, produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, merupakan salah satu teknologi disruptif yang nantinya bisa menggantikan kebiasaan merokok konvensional. Dengan pengembangan berbasiskan riset dan teknologi, produk tembakau alternatif memiliki potensi untuk menurunkan tingkat risiko kesehatan. Hasil riset Institut Federal Jerman untuk Penilaian Risiko (2018) menunjukkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan memiliki tingkat toksisitas (tingkat merusak suatu sel) yang lebih rendah hingga 80-90 persen daripada rokok konvensional.
-
Apa saja bahaya rokok elektrik? Berikut ini adalah beberapa bahaya rokok elektrik bagi kesehatan tubuh: 1. Paparan Nikotin 2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis 3. Risiko Kesalahan Penggunaan 4. Terserang 'Popcorn Lung' 5. Pneumonia Lipoid 6. Pengaruhi Kondisi Gigi dan Gusi 7. Dampak Jangka Panjang yang Belum Diketahui
-
Bagaimana dampak nikotin dari rokok elektrik? Meskipun jumlahnya bisa lebih mudah diatur daripada rokok konvensional, pengguna tetap terpapar nikotin yang bisa berdampak pada sistem saraf dan jantung. Selain itu, nikotin juga akan menimbulkan efek candu dan memicu depresi, napas pendek, kanker paru, kerusakan paru permanen, hingga kematian
-
Kenapa orang masih pakai rokok elektrik? Tujuan dari rokok elektrik adalah untuk memberikan alternatif bagi perokok yang mencari cara untuk mengurangi paparan terhadap zat-zat berbahaya yang ditemukan dalam asap rokok konvensional.
-
Bagaimana kopi bisa kaitkan dengan merokok? 'Sebagian besar orang yang menikmati kopi di Indonesia juga merokok. Sebenarnya, ini merupakan salah satu faktor penyebab (masalah jantung), bukan karena kafein, melainkan rokok yang dikonsumsi bersamaan,' jelas Rita.
-
Mengapa tembakau di Jawa Tengah berkembang pesat? Kondisi itu membuat pertanian tembakau di Jateng berkembang secara signifikan. Setiap daerah di Jateng bahkan punya karakteristik tembakau yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
-
Tembakau jenis apa yang paling banyak laku? “Yang paling laris tembakau orisinal, yang dari Temanggung,“ kata Aziz.
"Produk tembakau alternatif memberikan pilihan kepada perokok aktif untuk beralih ke produk yang minim risiko kesehatan. Dengan begitu, pola kecenderungan konsumsi rokok konvensional akan berubah sehingga prevalensi perokok di Indonesia berpotensi menurun," kata Erman.
Hanya saja, Erman masih menyayangkan sikap para pemangku kebijakan dan publik di Indonesia yang menilai negatif produk tembakau alternatif. Padahal, pada produk tersebut tidak terjadi proses pembakaran tembakau, yang lazimnya terjadi di rokok konvensional. Dengan demikian, produk ini tidak menghasilkan TAR, senyawa paling berbahaya yang terdapat pada rokok. Hal ini diperkuat dengan riset yang dilakukan terhadap produk tembakau alternatif.
"Seharusnya para pemangku kebijakan dan publik memberikan kesempatan terhadap produk tembakau alternatif untuk mengambil peran dalam menurunkan angka perokok di Indonesia. Negara-negara seperti Inggris, Jepang, Kanada, dan Selandia Baru, sudah mulai menggunakan produk tembakau alternatif untuk mengatasi permasalahan jumlah perokok," tegas dia.
Erman meneruskan, negara-negara tersebut memperkuat keberadaan produk tembakau alternatif dengan regulasi. Selain memperkuat riset, pemerintah Indonesia juga semestinya mengatur produk tembakau alternatif dalam sebuah regulasi khusus. "Sekarang ini, pemerintah hanya melihat dari aspek ekonomi yakni penerimaan cukai. Padahal ada aspek kesehatan yang cukup besar untuk mengatasi permasalahan jumlah perokok di Indonesia yang terus meningkat," kata dia.
Sebelumnya, peneliti dari Georgetown University Medical, David T. Levy dalam risetnya “Potential deaths averted in USA by replacing cigarettes with e-cigarettes” (2017) menyebutkan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat dapat terhindar dari kematian dini akibat merokok jika beralih ke produk tembakau alternatif.
Meski demikian, Erman optimis produk tembakau alternatif nantinya akan menjadi pilihan perokok untuk berhenti merokok secara bertahap. Penolakan pada saat ini karena masih minimnya informasi positif mengenai produk tembakau alternatif. “Produk ini sudah didukung dengan penelitian kredibel. Dengan didukung melalui pemberian informasi yang komprehensif, maka hanya tinggal menunggu waktu para perokok untuk beralih,” ujarnya.
Erman menambahkan, pemerintah diharapkan segera bertindak untuk menyebarkan informasi tentang produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan. Sebab, sejumlah produk tembakau alternatif sudah tersebar di pasaran.
"Selain memberikan informasi tentang manfaat dari produk tembakau alternatif, langkah ini juga untuk mencegah agar mereka yang belum pernah merokok dan anak-anak di bawah umur tidak menggunakannya. Tentunya juga perlu diperkuat dengan regulasi," tutupnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemanfaatan produk tembakau alternatif juga dapat menjadi salah satu strategi untuk menurunkan prevalensi merokok.
Baca SelengkapnyaAda kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaIndustri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaPenggunaan rokok elektrik terus meningkat di berbagai belahan dunia, memunculkan pertanyaan akan keamanaannya.
Baca SelengkapnyaKajian ilmiah yang komprehensif dan menyeluruh perlu segera dilakukan oleh pemerintah sebagai dasar pembuatan kebijakan.
Baca SelengkapnyaWHO baru-baru ini mendesak negara-negara di dunia untuk menerbitkan aturan yang melarang rokok elektronik atau vape aneka rasa.
Baca SelengkapnyaDengan adanya pelarangan menjual rokok secara eceran maka pengeluaran masyarakat akan semakin besar untuk membeli rokok.
Baca SelengkapnyaAngka prevalensi perokok tetap tinggi dan penerimaan negara belum optimal
Baca SelengkapnyaBerdasarkan riset yang dilakukan, harga rokok dan teman sebaya menjadi dua faktor paling berpengaruh bagi anak muda yang merokok.
Baca SelengkapnyaPengeluaran rumah tangga untuk kesehatan akibat konsumsi rokok secara langsung dan tidak langsung sebesar sebesar Rp34,1 triliun.
Baca SelengkapnyaDengan disahkannya UU Kesehatan, Indonesia setara dengan negara lain yang juga memiliki payung hukum mengenai vape.
Baca SelengkapnyaIndonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.
Baca Selengkapnya