Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peneliti: Pasar Properti Bakal Terganggu Jika AS Gagal Bayar Utang

Peneliti: Pasar Properti Bakal Terganggu Jika AS Gagal Bayar Utang Utang. ©2018 liputan6.com

Merdeka.com - Seorang ekonomi Peneliti Zillow, Jeff Tucker mengatakan jika Amerika Serikat (AS) tidak melakukan tindakan dengan cepat terkait gagal bayar utang yang harus dilakukan pada 1 Juni mendatang tanpa intervensi maka akan terjadi kegagalan yakni kehancuran pasar perumahan di AS.

Perlu diketahui Zillow merupakan platform real estate yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat yang menawarkan pengalaman penjualan, pembelian, penyewaan, dan pembiayaan sesuai permintaan kepada pelanggan dengan transparansi dan layanan end-to-end.

Melansir dari CNN, Selasa (16/5), biaya perumahan akan melonjak sebesar 22 persen dengan tarif selama 30 tahun, hipotek dengan suku bunga tetap naik di atas 8 persen. Akan ada 700.000 lebih sedikit rumah yang terjual dalam 18 bulan setelah Juli itu hampir 12 persen dari 6 juta penjualan yang saat ini diharapkan selama rentang waktu tersebut.

Orang lain juga bertanya?

Dengan kata lain, menurutnya, jika mengira tahun lalu meroketnya suku bunga hipotek dan penjualan yang anjlok sangat menyedihkan bagi pasar perumahan. Jika Amerika Serikat gagal membayar utangnya, kita dapat melakukan 12 bulan terakhir lagi.

"Meskipun kami tidak mengharapkan default utang terjadi, jika itu terjadi, itu akan memiliki efek yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem keuangan. Ini akan mengurangi pinjaman dan ketersediaan kredit di seluruh sistem keuangan. Artinya bagi pasar perumahan adalah bahwa biaya pinjaman akan meningkat secara dramatis dan penjualan akan turun," ujar Ekonom Senior Zillow, Jeff Tucker.

Dalam analisis Zillow, suku bunga akan melonjak, memuncak pada 8,4 persen dan pengangguran akan melonjak, memuncak pada 8,3 persen dari tingkat saat ini sebesar 3,4 persen. Analisis ini memproyeksikan apa yang mungkin terjadi jika terjadi gagal bayar yang berkepanjangan, dan bukan merupakan prediksi akan terjadi gagal bayar.

"Ini akan menjadi skenario resesi yang dipicu oleh kontraksi besar dalam pengeluaran federal. Pembeli dan penjual rumah akhirnya telah menyesuaikan dengan tingkat hipotek lebih dari 6 persen musim semi ini, tetapi gagal bayar utang berpotensi menaikkan biaya pinjaman lebih tinggi dan membuat pasar membeku," terang dia.

Pihaknya memproyeksikan dampak gabungan dari pembeli dan penjual yang mundur akan menghapus hampir seperempat dari penjualan yang diharapkan dalam beberapa bulan. Jika terjadi gagal bayar utang, proyeksi defisit terbesar akan terjadi pada bulan September, dengan perkiraan penjualan rumah yang ada 23 persen lebih sedikit.

Jika krisis berlangsung lebih lama, semua dampak ini akan berlangsung lebih lama dan lebih parah. Jika ternyata menjadi masalah jangka pendek, akan ada kejutan tapi saya bisa melihat situasi di mana itu bisa kembali relatif cepat," tuturnya.

Lebih lanjut, apabila utang tidak ditangani, tingkat hipotek kemungkinan akan naik dengan cepat karena investor menjadi khawatir dengan hampir semua jenis obligasi.

Obligasi negara yang diterbitkan pemerintah telah dianggap sebagai tempat berlindung yang aman dan bebas risiko bagi investor. Jika mereka tiba-tiba membawa risiko. itu adalah gempa bumi tempat segala sesuatu dibangun," tutupnya.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ternyata Begini Dampak Parah Bakal Dirasakan Indonesia Jika Ekonomi AS Resesi
Ternyata Begini Dampak Parah Bakal Dirasakan Indonesia Jika Ekonomi AS Resesi

Angka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).

Baca Selengkapnya
Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati
Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati

Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Baca Selengkapnya
Erick Thohir Minta Pembelian Dollar oleh BUMN Dilakukan Optimal
Erick Thohir Minta Pembelian Dollar oleh BUMN Dilakukan Optimal

Tingkat inflasi di US yang sulit turun salah satunya dipicu oleh kenaikan harga energi.

Baca Selengkapnya
Masih Terombang-Ambing Kebijakan, Harga Properti China Melambat
Masih Terombang-Ambing Kebijakan, Harga Properti China Melambat

Berdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis.

Baca Selengkapnya
Rupiah Anjlok, Menteri Erick Wanti-Wanti Utang BUMN Bisa Bengkak
Rupiah Anjlok, Menteri Erick Wanti-Wanti Utang BUMN Bisa Bengkak

Menteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.

Baca Selengkapnya
Raksasa Properti China Rugi Besar, Ratusan Rumah Tak Laku Dijual
Raksasa Properti China Rugi Besar, Ratusan Rumah Tak Laku Dijual

Banyak pengembang terlilit utang hingga gagal membayar utang dan menunda pembangunan proyek perumahan yang telah terjual sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Pagi Ini, Rupiah Menguat 17 Poin Menjadi Rp16.083
Pagi Ini, Rupiah Menguat 17 Poin Menjadi Rp16.083

Pada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: Evergrande, Perusahaan Properti Terbesar di China Bangkrut!
Sri Mulyani: Evergrande, Perusahaan Properti Terbesar di China Bangkrut!

Situasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.

Baca Selengkapnya
Donald Trump Menang Pilpres AS, Nilai Tukar Rupiah Anjlok ke Level Rp15.832 per USD
Donald Trump Menang Pilpres AS, Nilai Tukar Rupiah Anjlok ke Level Rp15.832 per USD

Pontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: Ada Harapan Suku Bunga The Fed Turun Lebih Cepat
Sri Mulyani: Ada Harapan Suku Bunga The Fed Turun Lebih Cepat

Inflasi di AS pada bulan Juni menunjukkan penurunan di angka 3 persen, didorong oleh menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.

Baca Selengkapnya
Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini
Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini

Terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.

Baca Selengkapnya
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah
Waspada, Kondisi Pasar Keuangan Global Memburuk Dipicu Ketegangan di Timur Tengah

tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).

Baca Selengkapnya