Penelitian: Rokok elektrik dipercaya kurangi jumlah perokok di dunia
Merdeka.com - Sejumlah peneliti dunia berkumpul di acara Global Forum on Nicotine 2018 di Warsaw, Polandia untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh rokok. Para peneliti yang terdiri dari lebih 20 negara tersebut mengajak masyarakat untuk mengkaji kembali permasalahan ini dan mencari solusi bersama.
Dari sejumlah penelitian yang dikemukakan dalam ajang ilmiah internasional ini, peneliti sepakat bahwa metode pengurangan bahaya produk tembakau dinilai dapat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi jumlah perokok di dunia.
Peneliti di Pusat Bedah Jantung Onassis di Athena-Yunani Konstantinos E. Farsalinos mengungkapkan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep dipanaskan bukan dibakar dapat mengeleminasi komponen atau zat berbahaya yang biasanya dihasilkan dari pembakaran rokok, sehingga potensi risiko kesehatan dari produk ini jauh lebih rendah.
-
Siapa yang terdampak zat berbahaya rokok? Rokok telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan bukan tanpa alasan.
-
Siapa yang harus tahu bahaya rokok? Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak.
-
Siapa yang terkena dampak buruk dari merokok? Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampak serius dari paparan asap rokok.
-
Bagaimana cara penelitian menentukan pengaruh merokok pada kesehatan? Penelitian ini mengevaluasi 3.430 anak di Swedia utara yang diikuti sejak usia delapan tahun hingga mereka berusia 19 tahun. Kemudian, mereka kembali dievaluasi pada usia 28 tahun melalui kuesioner tahunan.
-
Siapa yang bisa bantu berhenti merokok? Siapkan dukungan dengan mendiskusikan metode berhenti merokok bersama dokter Anda, seperti kelas berhenti merokok, konseling, atau obat-obatan yang membantu mengurangi keinginan merokok.
-
Apa saja zat berbahaya dalam rokok? Di dalam setiap batang rokok tersembunyi koktail kimia yang berbahaya, yang beberapa di antaranya memiliki potensi mematikan.
"Sayangnya, masih ada perbedaan yang cukup signifikan antara persepsi masyarakat dan bukti ilmiah. Hasil penelitian yang komprehensif mengenai produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dan rokok elektrik terkadang cenderung dinilai negatif oleh masyarakat, padahal produk ini memiliki potensi risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok," ujarnya melalui siaran pers, Jakarta, Senin (18/6).
Konstantinos Farsalinos merupakan salah satu pembicara di acara Global Forum on Nicotine 2018 yang pada tahun ini mengangkat tema Rethinking Nicotine. Kajian utama pada acara ini menekankan pada kekeliruan persepsi mengenai nikotin, yang dianggap sebagai zat paling berbahaya pada rokok di masyarakat. Padahal, nikotin bukan penyebab utama dalam penyakit yang disebabkan oleh rokok, melainkan tar.
Selain itu, forum ini juga membahas mengenai penggunaan sains dan teknologi yang diterapkan dalam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, yang membuktikan bahwa teknologi memiliki peranan penting dalam membantu pengurangan potensi risiko kesehatan dari rokok.
Senada dengan apa yang dibahas dalam forum ini, Dewan Penasihat Himpunan Peniliti Indonesia (HIMPENINDO) yang juga merupakan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Erman Aminullah, di tempat terpisah mengatakan bahwa meskipun inovasi produk tembakau alternatif mulai banyak bermunculan di Indonesia, pada akhirnya konsumen yang akan memilih produk tembakau alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Kembali lagi kepada tujuan mengapa teknologi itu diciptakan, yaitu untuk membantu dan memudahkan kita dalam melakukan atau menggunakan sesuatu. Untuk produk tembakau alternatif yang menggunakan teknologi dalam pemakaiannya serta telah didukung oleh penelitian yang kredibel sehingga hasilnya berpotensi lebih rendah risiko daripada rokok, maka hanya tinggal menunggu waktu para konsumen untuk memahami potensinya dan beralih ke produk tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia dan juga anggota Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Achmad Syawqie Yazid mengatakan bahwa selain ada peranan teknologi, produk tembakau alternatif juga menerapkan metode pengurangan bahaya.
"Produk tembakau alternatif ditujukan untuk membantu permasalahan merokok di Indonesia. Namun, membutuhkan kepercayaan dan regulasi yang tepat agar penggunaannya sesuai dengan tujuan utamanya, sehingga regulasi dibutuhkan bukan untuk menutup inovasi produk ini. Saya paham bahwa memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun sebagai langkah permulan kita bisa mempelajari terlebih dahulu potensi yang dimiliki dan melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan hasilnya," jelasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.
Baca SelengkapnyaAda kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Baca Selengkapnyapemaparan hasil studi menjadi kesempatan bertukar ilmu dan pengalaman dalam mengkaji strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasi masalah merokok.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan produk tembakau alternatif juga dapat menjadi salah satu strategi untuk menurunkan prevalensi merokok.
Baca SelengkapnyaUpaya menekan kemunculan pelajar perokok bisa dilakukan dengan kampanye antirokok yang efektif.
Baca SelengkapnyaDalam mencoba berhenti merokok ini, kemauan diri yang kuat sangat penting untuk dimiliki.
Baca SelengkapnyaWHO baru-baru ini mendesak negara-negara di dunia untuk menerbitkan aturan yang melarang rokok elektronik atau vape aneka rasa.
Baca SelengkapnyaBNN Jakarta menyebut sebanyak 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi memakai narkoba jenis ganja.
Baca SelengkapnyaPenggunaan rokok elektrik terus meningkat di berbagai belahan dunia, memunculkan pertanyaan akan keamanaannya.
Baca SelengkapnyaBerhenti merokok sebelum usia 40 tahun bisa memiliki efek panjang umur sama seperti pada orang yang tidak pernah merokok.
Baca SelengkapnyaAturan ini membuat selisih harga rokok antar golongan semakin jauh
Baca SelengkapnyaBerdasarkan riset yang dilakukan, harga rokok dan teman sebaya menjadi dua faktor paling berpengaruh bagi anak muda yang merokok.
Baca Selengkapnya