Penerbitan Surat Utang Negara USD 4,3 Miliar Diklaim Masih Aman
Merdeka.com - Pemerintah melakukan transaksi penjualan tiga seri Surat Utang Negara (SUN) atau global bonds dalam denominasi US Dollar (USD Bonds) dengan total nominal sebesar USD4,3 miliar. Penerbitan Global Bonds kali ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum, termasuk biaya untuk penanganan dan pemulihan Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, penerbitan utang tersebut masih terbilang aman. Sebab jumlahnya masih 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jauh dari batas maksimal utang yakni 60 persen PDB.
"GDP ratio kita masih 30 persen. Kita bukan berada di posisi yang susah banget," kata Febrio dalam diskusi virtual bertajuk 'Macroeconomic Update 2020', Jakarta, Senin, (20/4).
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa itu Obligasi Pemerintah? Adapun obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah untuk mendapatkan pendanaan.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana cara Bank Pemerintah mengelola keuangan negara? Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat.
-
Bagaimana Kementan membayar utang ke vendor? Hingga akhirnya pejabat eselon I harus urunan pada akhirnya.'Akhirnya saya juga rasa kasihan, niat tulus membantu karena saya diyakini terus oleh Pak Gempur, ‘udah om enggak usah khawatir. Uang lu aman, nanti tunggu patungan eselon I. Nanti gw kawal terus.’ Nah sampai dengan akhir tahun, yang saya rasakan itu udah mulai terus menerus permintaan itu,' ujar saksi.
Namun hal ini bukan bermakna pemerintah masih boleh menambah utang luar negeri. Sebab jika kenaikan utang terus terjadi dan cepat dalam kurun waktu 2 tahun, ini bakal menimbulkan resiko yang berat.
"Kita memang dalam kondisinya nyaman, tetapi kita enggak bisa ceroboh dalam menaikkan ini dengan tiba-tiba," kata dia.
Pembayaran utang luar negeri di tengah ekonomi sulit ini memang banyak mengundang pertanyaan tentang cara pembayarannya. Salah satu yang bakal dilakukan mengatasi ini, yakni lewat pembiayaan melalui penarikan surat utang dengan prinsip kehati-hatian.
Selain itu juga diperlukan koordinasi antara pemerintah dan para regulator. Koordinasi yang baik bakal menghasilkan kebijakan yang baik. Pemberian stimulus harus diiringi dengan stabilitas makro ekonomi. Sebab bila ini terganggu, akan berdampak negatif pula. Semisal nilai tukar rupiah tidak stabil dan inflasi jadi tinggi.
Untuk itu, antara pemerintah dan regulator harus memiliki langkah yang sama dalam menangani krisis pandemi ini. Sektor lain seperti perbankan juga harus memiliki likuiditas yang terjaga. Pemberian relaksasi dari bank tidak diartikan sebagai diskon bunga. Pengusaha juga harus ambil bagian menanggung beban yang sama.
"Jadi enggak semua bebannya sama pemerintah," tandasnya.
Utang Terbesar dalam Sejarah
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyamapaikan, dari dari tiga seri surat utang negara tersebut terdiri dari masing-masing RI1030 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun, RI1050 sebesar USD 1,65 miliar untuk tenor 30,5 tahun, dan RI0470 mencapai sebesar USD 1 miliar untuk tenor 50 tahun.
"Di tengah kondisi pasar luar biasa gejolak, pemerintah RI berhasil terbitkan global bonds USD4,3 miliar. Ini adalah satu window sangat kecil karena ketidakpastian di pasa global akan bergerak cukup dinamis dan tidak pasti," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (7/4).
"Ini jua penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan USD bonds oleh pemerintah RI. Ini juga merupakan negara pertama di Asia yang menerbitkan sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," sambung dia.
Pada transaksi kali ini, Pemerintah melakukan penerbitan tenor hingga 50 tahun untuk pertama kalinya setelah mempertimbangkan preferensi investor global bonds pada tenor yang sangat panjang, sekaligus untuk menyeimbangkan kurva jatuh tempo Surat Utang Negara dan menciptakan acuan (benchmark) tenor baru bagi Indonesia.
Dengan total penerbitan USD 4,3 miliar atau yang terbesar sepanjang penerbitan USD Bonds, transaksi ini memperlihatkan kemampuan pemerintah untuk memanfaatkan window penerbitan dengan baik.
"Penerbitan tenor 50 tahun yang pertama diterbitkan RI juga merupakan tenor terpanjang yang dilakukan pemerintah. Secara implisit menunjukkan kepercayaan investor terhadap track record kondisi ekonomi dan pengelolaan keuangan negara," jelas dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca Selengkapnya"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaRealisasi penerbitan utang Juli 2023 yang terkontraksi 17,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Baca Selengkapnya