Pengajuan Kredit Diprediksi Tak Turun Meski Suku Bunga Acuan Naik
Merdeka.com - Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps), dari sebelumnya 3,75 persen, menjadi 4,25 persen. Kenaikan ini dipastikan berdampak terhadap seluruh lini sektor.
Meski terdapat konsekuensi atas kenaikan suku bunga acuan, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memastikan pengajuan kredit oleh perusahaan ke perbankan tidak akan menurun.
"Perusahaan semuanya berjalan, tanpa perbankan tidak mungkin mereka berjalan," ujar Ibrahim kepada merdeka.com, Jumat (23/9).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Kenapa kinerja intermediasi perbankan tetap baik? Kinerja intermediasi terjaga baik dengan kredit tumbuh 12,36% yoy atau sebesar Rp 7.478 triliun didorong oleh kredit investasi yang mencapai 15,09% yoy dan Kredit Modal Kerja yang tumbuh sebesar 11,68% yoy.
-
Bagaimana BNI menjamin kualitas kredit? Hal ini berdampak baik pada penjagaan kualitas kredit BNI khususnya yang masih terus menjaga keseimbangan pada pertumbuhan kredit dan implementasi prinsip kehati-hatian.
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja positif di tengah ketidakpastian? “Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari asset yang secara konsolidasian meningkat 9,93% year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp44,21 triliun atau tumbuh 12,47% yoy“, jelasnya.
-
Mengapa BNI tingkatkan kredit BUMN? Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan memasuki semester kedua 2023, perseroan mulai melihat banyak BUMN yang berbenah dan siap untuk melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.
Meski kondisi saat ini dipastikan menambah beban bagi seluruh masyarakat termasuk perusahaan, namun secara prinsip, perusahaan tetap membutuhkan cash flow untuk keberlangsungan satu usaha.
"Jadi intinya pengusaha-pengusaha saat ini itu yang penting karyawannya digaji masalah buntung itu udah pasti buntung," ujarnya.
Menurut Ibrahim, risiko seperti ini merupakan risiko lumrah dalam bisnis. Sehingga, mau tidak mau pengajuan kredit ke perbankan hampir dipastikan tidak akan menurun.
Lagipula, imbuh Ibrahim, perbankan memiliki otonom kebijakan terhadap pemberian bunga bagi para kreditur atau nasabah. Jika BI menaikan suku bunga acuan, menurut Ibrahim hal tersebut tak lantas membuat perbankan menaikan suku bunga pinjaman kepada kreditur.
"Perbankan pun hati-hati karena ini merupakan pendapatan mereka dan menurut saya perbankan tetap tumbuh dalam menyalurkan kredit bahkan banyak orang yang minta kredit itu enggak dikasih-kasih saking banyaknya," pungkasnya.
Sisi Positif Menurut Bank Indonesia
Sementara itu, menurut BI sisi positif atas kenaikan suku bunga acuan yaitu;
1. Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai acuan utama di pasar keuangan.
2. Meningkatnya efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.
3. Terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk tenor 3-12 bulan.
Sedangkan menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menyampaikan, adanya kenaikan suku bunga secara otomatis akan menambah alokasi anggaran yang harus dikeluarkan masyarakat yang memiliki kredit atau pinjaman untuk usaha.
Diprediksi, beberapa bulan ke depan merupakan masa-masa gelap yang harus dijalani pemilik kredit.
"Untuk kredit konsumsi seperti KPR dan kredit kendaraan bermotor dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki awan cukup gelap. Bank harus bersiap cari cara agar nasabah KPR masih tertarik meminjam," ujar Bhima.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun.
Baca SelengkapnyaBank of England di Inggris dan The Fed di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah terus memberikan support terhadap pertumbuhan kredit perbankan dan investasi.
Baca SelengkapnyaDirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia yang memutuskan menaikkan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada bulan April 2024.
Baca SelengkapnyaTigor mengingatkan penting juga untuk waspada. Sebab, perekonomian global masih dihadapkan dengan ketidakpastian.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi
Baca SelengkapnyaDari sisi penawaran, kuatnya pertumbuhan kredit didukung oleh minat penyaluran kredit yang terjaga.
Baca SelengkapnyaKebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaIndustri perbankan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, dengan kredit tetap tumbuh double digit di bulan Februari.
Baca Selengkapnya