Pengamat Khawatir Program Kartu Prakerja Jokowi Hanya Janji Manis
Merdeka.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal Hastiadi menilai program Kartu Pra Kerja Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) tidak direncanakan secara matang. Mengingat, jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi.
"Nah cuma ini juga harus hati-hati juga. Jumlah pengangguran kita kan sekitar 7 juta orang. Nah ini uangnya dari mana? gitu," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (5/3).
Fithra justru khawatir adanya program Kartu Pra Kerja Jokowi hanya sebatas janji manis kampanye saja. Padahal, untuk bisa menyelesaikan permasalahan pengangguran di Indonesia banyak prioritas lain yang perlu didorong dan ditingkatkan.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Apa yang dikatakan Hasto soal Jokowi? Lebih lanjut Hasto menyatakan, Jokowi ingin mempertahankan kekuatan politik dengan menguasai parpol. Tidak hanya PDIP namun juga Partai Golkar pimpinan Airlangga Hartarto, salah satu pembantunya di Kabinet Indonesia Maju.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Bagaimana Jokowi berharap JAPINDA dapat meningkatkan kualitas SDM di Indonesia? 'Agar lebih banyak lagi tenaga terampil Indonesia yang bisa masuk ke Jepang,' ungkap Jokowi.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
"Di satu sisi memang kita melihat apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi ini seakan menjawab memang kebutuhan, atau kesulitan, atau data dilapangan bahwa lulusan SMK malah menempati porsi pengangguran yang terbesar. Namun masalahnya untuk mengantisipasi pengangguran justru butuh hal yang struktural. Artinya harus ada reformasi ketenagakerjaan," bebernya.
Fithra mencontohkan, di Negara Jerman mereka memang memiliki semacam kartu asuransi untuk para pengangguran. Namun, itu semua bisa dilakukan lantaran pemerintahannya sudah lebih dulu melakukan reformasi sistem ketenagakerjaannya.
"Nah kalau kita kan ujug-ujug, tiba-tiba saja ada model seperti ini Kartu Prakerja dan lain-lain, idenya bagus tapi pada pelaksanaannya sangat sulit," ungkapnya.
Dia membeberkan yang menyebabkan pengangguran di level SMK itu paling besar karena kurikulum yang diajarkan tidak tepat. Maka dari itu, pemerintah sekarang gencar melakukan program pendidikan vokasi untuk menangani persoalan di bidang pendidikan.
Kemudian, yang menjadi persoalan lain adalah mengenai Balai Latihan Kerja (BLK) yang disediakan pemerintah tidak berfungsi dengan baik. Salah satu contohnya, adalah jumlah staff dan instruktur BLK yang jumlahnya masih sangat minim.
"Di Jerman itu fullnya mereka 133 ribu orang ditempatkan sebagai staf dan instruktur. Kita cuma ada 1.200 orang yang ditempatkan sebagai staf dan instruktur. Artinya kalau mau meningkatkan kapasitas tenaga kerja BLK kita saja masih mandet," jelasnya.
"Nah ini kan yang begini begini belum diberesin tiba-tiba muncul produk baru Kartu Pra Kerja sepertinya mau jalan pintas saja apalagi kalau dikeluarkan di tengah-tengah pemilu seperti ini hanya cuma gimik politik saja," sambung Fithra.
Sementara itu, kekhawatiran lain dengan adanya Kartu Pra Kerja ini akan membuat masyarakat semakin nyaman dengan kondisi yang mereka alami. Artinya, dengan tidak bekerja mereka tetap mendapatkan insentif dari pemerintah.
"Secara empiris ditemukan di negara berkembang adalah ada semacem gaji untuk menganggur yaudah orang menganggur saja. Kan diinsentif untuk bekerja jadinya itu yang terjadi. Setidaknya kalau di Swedia ada imigran yang mereka justru mereka tidak pernah masuk kelapangan kerja karena mereka menikmati itu insentif untuk menganggur," pungkasnya.
Seperti diketahui, sebelumnya Capres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi memberi penjelasan tentang Kartu Pra Kerja yang dipaparkannya dalam Konvensi Rakyat beberapa waktu lalu. Jokowi mengingatkan pemegang kartu pra-kerja yang belum mendapat pekerjaan, meskipun telah mengikuti pelatihan tak perlu khawatir. Sebab pemegang kartu ini tetap akan mendapatkan gaji.
"Kalau belum dapat pekerjaan kartu itu juga akan memberikan kayak honor, kayak gaji gitu. Tapi jumlahnya berapa, masih kita rahasiakan," kata Jokowi disambut tepuk tangan dari para relawan.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia pun tidak menampik bahwa apa yang disampaikannya menjadi kritikan bagi pemerintah karena seluruh strategi pembangunan yang terjadi saat ini masih aster.
Baca SelengkapnyaTarget tingkat kemiskinan diiturunkan pada periode kedua Jokowi dalam RPJMN 2020-2024.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, salah satu sumber kelambanan menangani masalah adalah penataan sistem pendidikan.
Baca SelengkapnyaPemerintah memutuskan untuk kembali melanjutkan Program Kartu Prakerja pada 2024 ini dengan kuota peserta 1,1 juta orang.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menyindir mantan Gubernur Jakarta yang hanya mengumbar janji membuat perumahan layak bagi warga.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran di Indonesia merupakan angka kedua tertinggi di negara-negara ASEAN.
Baca SelengkapnyaPenanganan angka kemiskian di era Jokowi diklaim lebih baik dibandingkan negara lain.
Baca SelengkapnyaSelain menurunkan tingkat pengangguran terbuka, pemerintah juga meminta agar di masa presiden terpilih Prabowo Subianto, angka kemiskinan juga turun.
Baca SelengkapnyaWapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.
Baca SelengkapnyaProgram Prakerja menjadi jembatan pelajar sebelum masuk ke dunia kerja.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaProgram kartu prakerja menempati peringkat keempat sebagai program paling bermanfaat era Jokowi-Ma'ruf.
Baca Selengkapnya