Pengamat militer: FLNG di Masela tingkatkan eksistensi Indonesia
Merdeka.com - Pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie menyarankan pemerintah Jokowi-JK untuk menggunakan skema kapal terapung dalam pengembangan Blok Masela di Maluku. Menurutnya, skema kapal terapung (floating liquified natural gas) di Blok Masela menegaskan kehadiran dan kekuasaan Indonesia di wilayah perbatasan dengan Australia.
"Dari aspek 'presence' atau kehadiran, termasuk aspek pengembangan pertahanan baik militer (TNI) dan nonmiliter yaitu tumbuhnya lalu lintas kapal di area Masela, pilihannya memang harus 'offshore' (FLNG)," katanya di Jakarta, Senin (14/3).
Direktur Eksekutif Institute for Defense and Security Studies itu mengatakan, dengan memilih FLNG, Indonesia akan lebih cepat menancapkan eksistensi di wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE) itu dibandingkan skema darat (onshore LNG/ONLG).
-
Mengapa kapal tersebut penting? Penelitian ini bagian dari misi untuk melestarikan dan melindungi dua bangka kapal ini yang dinilai sangat penting bagi arkeologi dunia, menurut pengumuman Badan Warisan Kebudayaan Nasional China.
-
Dimana kapal melayang terlihat? Sebuah kapal muatan barang besar bernama Achilleas terlihat melayang di lepas pantai Yunani ketika melakukan pelayaran di antara pulau Yunani.
-
Dimana kapal transit? Pukul 14.09, kapal feri tiba di Pelabuhan Tarebung, Pulau Sapudi. Di pulau ini, kapal akan transit selama satu jam.
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Di mana kapal tenggelam itu ditemukan? Pada 2018, Departemen Penelitian Bawah Air Universitas Antalya menemukan bangkai kapal yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 SM tersebut di lepas pantai barat Provinsi Antalya.
-
Kenapa kapal terlihat melayang? Sering kali, ilusi Fatamorgana menghasilkan gambar yang terbalik yang menampilkan penampakan aneh saat berada di laut.
Indonesia mesti cepat mengembangkan Masela karena berkejaran dengan Australia yang juga tengah memperkuat wilayah perbatasannya dengan membangun sejumlah FLNG. "Kalau tidak percaya tentang teori 'presence' saya, sekarang di balik berpikirnya. Kenapa Australia malah lebih dulu membangun FLNG yang dekat dengan Timor Leste dan Indonesia? Kenapa tidak membuat 'onshore' di Darwin saja?," katanya.
Dia juga mengatakan, dari aspek kebijakan berbasis pendekatan holistik setempat yang mencakup manusia, ruang hidup, kesejahteraan, keberlangsungan, kemakmuran, dan terjaganya lingkungan, maka opsi FLNG lebih baik dibandingkan OLNG.
Connie menambahkan, visi Presiden Joko Widodo dalam menghadapi abad 21 sudah jelas yakni mewujudkan poros maritim dunia.
Namun, dia mengaku heran dengan pihak-pihak tertentu yang malah menilai pilihan FLNG rentan terhadap pengawasan dan keamanan wilayah negara.
Justru, lanjutnya, dengan FLNG, akan mendorong TNI AL memiliki aspek materi ideal berupa Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yaitu KRI, pesawat udara, marinir, pangkalan, dan kapabilitas perang udara (TNI AU) sebagai payung utama kekuatan AL, sehingga mampu mengefektifkan pola operasi pengamanan negara kepulauan hingga perairan kawasan.
"Artinya, di Indonesia timur akan semakin terwujud Pangkalan TNI AL yang bersinergi dengan Pangkalan TNI AU yang besar, kuat, dan mumpuni," katanya.
Connie meminta pemerintah untuk betul-betul menjaga keamanan area Masela dari kemungkinan sudah dan sedang terjadinya 'proxy war' terutama dari Australia dan aliansinya.
"Masela dan Maluku pada umumnya serta Papua sedang sangat 'sexy' seperti Aceh dan Timtim dulu. Karenanya, sikap pemerintah yang tegas segera diperlukan dan sekali lagi Presiden jangan terjebak hanya pada masalah hitungan proyek 'onshore' dan 'offshore', tapi bagaimana aspek 'detterance' yang akan diberikan dan aspek keberlangsungan sumber daya kita ke depan," katanya.
Dia kemudian mempertanyakan proyek Masela sudah direncanakan dan berproses sejak 16 tahun lalu, namun kini mendadak ada gerakan harus "onshore". "Ini aneh. Itu yang saya bilang 'proxy war' sedang berlangsung," ujarnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua negara tersebut tengah bersekutu untuk segera merampungkan pembangunan Special Economic Zone (SEZ) di kawasan Johor, Malaysia Selatan.
Baca SelengkapnyaKapal Landing Dock Philippines mengakomodasi kebutuhan Departemen Pertahanan Nasional Filipina.
Baca SelengkapnyaTeritorial LCS merupakan kawasan perairan yang menjadi sorotan negara yang memiliki kepentingan keamanan dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaWilayah Batam, secara geografis terletak di jalur pelayaran internasional dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia.
Baca SelengkapnyaPada 15 November, nama Corps Mariniers tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal, sehingga tanggal ini dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus memberikan dukungan untuk mengakselerasi perkembangan KEK melalui pemberian sejumlah insentif fiskal dan non-fiskal
Baca SelengkapnyaLuhut menyadari, luasnya batas negara Indonesia membutuhkan angkatan laut yang tangguh.
Baca SelengkapnyaKapal ini merupakan buatan dalam negeri yang diproduksi dengan teknologi yang lebih modern.
Baca SelengkapnyaSalah satunya adalah wilayah Kepulauan Riau (Kepri) sebagai provinsi yang memiliki KEK terbanyak di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPembangunan fregat Merah Putih dimulai sejak peletakan bagian bawah kapal atau lunas kapal (keel laying) pada 25 Agustus 2023 untuk satu unit.
Baca SelengkapnyaTelkomsat Jalin Kerja Sama strategis dengan PT Bhinneka Nusantara Mandiri guna mewujudkan komitmen percepatan transformasi digital di sektor maritim.
Baca SelengkapnyaAlat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
Baca Selengkapnya