Pengusaha AS Ketar-Ketir, Bersiap Kemungkinan Resesi dan Kehilangan Pekerjaan
Merdeka.com - Gedung Putih dan anggota Kongres dari Partai Republik belum mencapai kesepakatan soal plafon utang Amerika Serikat. Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar utang AS mulai terlihat.
Pemilik bisnis, bersama dengan seluruh negara lainnya berada dalam mode menunggu dan melihat, bersiap untuk kemungkinan resesi dan kehilangan pekerjaan, jika terjadi gagal bayar yang berkepanjangan.
Melansir dari CNN, menurut para ahli, ada beberapa hal yang dapat mereka lakukan untuk bersiap. Untuk membantu melindungi diri mereka sendiri, perusahaan harus mengevaluasi keterpaparan mereka terhadap kontrak pemerintah, mempertimbangkan untuk menyimpan lebih banyak uang tunai dan melepaskan tagihan Treasury jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Apa tips keuangan untuk menghadapi krisis? Penting bagi individu dan keluarga untuk mempertimbangkan beberapa tips mengelola keuangan sebagai langkah pro-aktif agar keuangan tetap terjaga.
-
Siapa yang mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Siapa yang kehilangan harta karena masalah utang? Keluarga Pulitzer sempat masuk dalam daftar keluarga terkaya berkat bisnis media dan percetakannya. Namun hal ini harus berubah saat keluarga ini didera kesulitan lilitan utang hingga jutaan dolar Amerika Serikat. Padahal di tahun 1982, keluarga Pulitzer memiliki kekayaan bersih yang mencapai angka USD 25 juta.
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
Namun, beberapa orang masih berpikir default (bangkrut) tidak mungkin terjadi. "Kita semua berharap tidak default. Tapi harapan bukanlah sebuah rencana," ujar asisten profesor keuangan di sekolah manajemen Vanderbilt Joshua White.
Menurutnya, beberapa perusahaan mungkin tidak langsung terkena dampak default. Tetapi mereka yang memiliki kontrak dengan pemerintah dapat mengalami penundaan pembayaran setelah AS kehabisan uang tunai.
White menjelaskan sektor pertahanan dan perawatan kesehatan sangat rentan terhadap gagal bayar, karena cenderung bergantung pada pendanaan pemerintah. Perusahaan swasta, seperti perusahaan teknologi, juga dapat memegang kontrak pemerintah.
White merekomendasikan perusahaan di industri tersebut mengadakan pertemuan rutin untuk memikirkan rencana jika pembayaran tertunda.
"Pada titik tertentu pemerintah akan menyelesaikannya.. Tapi sampai saat itu, perusahaan“perlu tahu, bisakah kita bertahan sampai titik itu? Dan berapa lama itu? Seberapa keras hal itu akan memukul kami untuk posisi kas kami?" terangnya.
Sementara itu, seorang profesor praktik profesional di sekolah bisnis Columbia, Harry Mamaysky mengatakan, jika terjadi default, mungkin ada pembayaran tertunda selama beberapa minggu. Pada periode itu, tuan tanah, vendor, dan lainnya mungkin lebih fleksibel dan menerima pembayaran belakangan.
"Bisnis yang mengandalkan pembayaran pemerintah harus siap menghadapi penundaan. Anda harus membuat rencana darurat," kata Harry.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Angka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaHudi meyakini proyek Banyu Urip Infill & Clastic yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) masih tetap berlanjut dan target onstream dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaPemerintah berkomitmen untuk hadir bersama para buruh dalam menghadapi situasi ini.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaAktivitas manufaktur Eropa mengalami penurunan lebih lanjut pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaKekacauan dunia terjadi dipicu oleh potensi resesi Amerika Serikat hingga perang yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBayang-bayang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan kini menghantui puluhan ribu pekerja pabrik tekstil terbesar tanah air.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca Selengkapnya