Pengusaha dukung BI pijat likuiditas agar suplai uang terjaga
Merdeka.com - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit mendukung kebijakan Bank Indonesia yang fokus pada 'memijat' likuiditas agar terus mengalir ke sendi-sendi perekonomian nasional.
"Saya setuju dengan BI yang memijat likuiditas. Jangan sampai market kita kehilangan suplai uang, seperti tahun 98. Jangan sampai seperti di Eropa, orang lagi megap-megap malah distop alirannya. Jadi ini sudah benar," tutur Anton di Jakarta, Sabtu (24/8).
Pengusaha berharap BI tidak lagi mengeluarkan kebijakan dari sisi moneter, mengingat persoalan saat ini didasari sektor riil. "Saya mendorong BI mengeluarkan regulasi jangan berkaitan dengan kebijakan moneter. Ini sektor riil," ungka Anton.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan, paket kebijakan yang di gelontorkan BI memang untuk "memijat" aliran likuiditas agar mengalir ke sendi-sendi perekonomian Indonesia.
Salah satu instrumen anyar yang dikeluarkan BI adalah Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). "SDBI ini memperlancar aliran likuiditas antar bank, Jadi untuk memperlancar darah (likuiditas), BI itu sedang mijitin tubuh antar bank," ujar Diji di Jakarta, Sabtu (24/8).
Difi mengatakan melalui pengalaman 2005-2008 BI membuat agar jangan sampai likuiditas hilang di Perbankan. Oleh karena itu SDBI adalah instrumen khusus untuk Bank. "Tujuannya kita melancarkan likuiditas di perbankan. Karena ini instrumen untuk bank," ujar Difi.
BI berencana melakukan sosialisasi instrumen SDBI pada Senin pekan depan, dilanjutkan dengan mengeluarkan aturan dalam bentuk PBI terkait SDBI pada hari Selasa atau Rabu. Lelang SDBI, rencananya akan dimulai pada hari Kamis pekan depan.
Sebagai awal, bank sentral akan membuka SDBI untuk tenor 1 bulan, kemudian akan dilanjutkan pada tenor yang lebih panjang pada lelang berikutnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaSalah satunya dengan melakukan sinergi lintas kementerian/lembaga, termasuk dengan Bank Indonesia (BI) untuk insentif likuiditas.
Baca SelengkapnyaDari angka tersebut disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp110,9 triliun.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh sisi permintaan yang tetap baik dari korporasi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk untuk menjaga stabilitas.
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca SelengkapnyaPara pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya