Pengusaha hotel bantah konsumsi masyarakat beralih ke jalan-jalan
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan telah terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dari sebelumnya belanja barang biasa menjadi belanja menyenangkan, seperti menginap di hotel dan jalan-jalan.
Terkait hal itu, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani menegaskan tidak menemukan adanya peralihan pola konsumsi ke hotel, begitu juga ke tempat-tempat rekreasi.
"Kami tidak menemukan terjadi shifting ke hotel. Dan kami juga tanya ke teman-teman taman rekreasi juga tidak lihat lonjakan signifikan, juga teman-teman travel agent yang kelola outbond," ujarnya di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (13/11).
-
Apa perubahan sosial budaya yang terjadi di Indonesia? Terdapat beberapa gambaran perubahan sosial dan buaya yang terjadi di Indonesia, mulai dari perpindahan masyarakat, gender, hingga pola konsumsi.
-
Apa yang membuat belanja wisatawan di Gunungkidul meningkat? Sukmono mengatakan bahwa peningkatan belanja wisatawan dan lama waktu tinggal wisatawan tak lepas dari pembangunan infrastruktur yang dibangun pemerintah pusat hingga kabupaten serta pelaku jasa usaha wisata dan swasta yang mengembangkan tempat wisata dan membangun hotel.
-
Kenapa okupansi hotel di Bali diprediksi tinggi? Tingkat okupansi Hotel jaringan HIG diprediksi tertinggi di region Bali dimana Bali menjadi destinasi pilihan wisatawan menghabiskan Libur panjang Idul Fitri 1445H.
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
-
Siapa yang dipengaruhi oleh perubahan konsumsi? Budaya konsumsi juga semakin berkembang di Indonesia. Perubahan ini tercermin dalam gaya hidup konsumerisme, di mana konsumsi menjadi salah satu identitas sosial dan sumber kebahagiaan. Budaya ini membentuk pola konsumsi yang lebih individuistik dan materialistik.
-
Siapa pemilik hotel? Pemilik hotel, Jim dan Whit Hanks, mengatakan mereka merasa terhormat memiliki peran dalam sejarah lokal.
Dia mengatakan sejauh ini jumlah pengunjung yang datang atau menginap di hotel masih relatif normal. Tidak ada lonjakan secara signifikan baik hotel berbintang maupun non berbintang.
"Artinya kan kalau shifting kan berarti yang lokal ya, tamu lokal ya, tamu lokal itu enggak terlihat. Normal-normal saja. Ya kenaikannya itu paling overall antara 5-10 persen. Kalau ada shifting itu kan semua ya, ini tidak," imbuhnya.
Pada semester I-2017, lanjutnya, memang terjadi lonjakan tamu hotel karena ada banyak hari libur atau tanggal merah. Meski begitu lonjakannya tidak terlalu tinggi.
"Kemarin saja ramai semester pertama karena banyak libur ya. Tapi yang melonjak itu hanya liburan hari kejepit yang pertama ya. Kan libur kejepit itu kan beberapa kali tuh. Kejepit berikutnya biasa saja," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah akan mendengarkan berbagai masukan yang ada dari para pengusaha saat kenaikan tarif mulai diterapkan.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai, dukungan terhadap keberlangsungan bisnis sektor swasta akan mendorong aliran modal masuk ke Indonesia lebih tinggi lagi.
Baca SelengkapnyaSinggih mengaku telah mengumpulkan para pelaku pariwisata agar memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung dengan menerapkan harga sesuai standar.
Baca SelengkapnyaUpaya peninjauan kembali di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait besaran pajak spa dan klasifikasinya ke jasa hiburan, diharapkan merevisi besaran tarif pajak spa.
Baca SelengkapnyaAturan kenaikan pajak hiburan dari 40 persen hingga 75 persen dipastikan tidak akan diterapkan dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaHal ini menyusul aksi protes yang dilayangkan para pengusaha yang mengeluhkan tingginya pajak hiburan tertentu.
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif hotel secara mendadak, justru bisa merugikan sektor pariwisata.
Baca SelengkapnyaJasa hiburan pada diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa ditetapkan paling rendah 40 persen dan paling tinggi 75 persen.
Baca SelengkapnyaPelaku industri mengaku kesulitan untuk memasarkan produk minuman kemasan rendah kalori.
Baca SelengkapnyaAda pun lini bisnis yang terdampak kenaikan pajak hiburan antara lain karaoke, kelab malam hingga spa.
Baca SelengkapnyaKeberatan itu disampaikan Ketua BPD PHRI Bali Prof Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.
Baca SelengkapnyaPendapat tersebut hanya alasan munafik yang dipakai untuk mematikan bisnis hiburan di Indonesia.
Baca Selengkapnya