Pengusaha Indonesia tak maju karena terbuai pasar dalam negeri

Merdeka.com - Kepala Departemen Ekonomi Center Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal, menyindir para pengusaha di Indonesia yang terlalu santai dan hanya fokus di pasar domestik. Rizal mencontohkan biaya produksi obat di Indonesia dan Vietnam yang sangat jauh berbeda.
"Tahu tidak obat di Indonesia itu biaya produksinya bisa 10 kali lipat dibandingkan dengan obat yang diproduksi di Vietnam. Kenapa itu bisa terjadi? Karena pengusahanya melihat market domestik ini besar, mereka tidak perlu bersaing kok," ujarnya dalam diskusi Untung Rugi Bergabungnya Indonesia ke TPP, di Jakarta, Sabtu (21/11).
Rizal juga menyindir sikap pemerintah yang sama dengan para pengusahanya. Fokus pemerintah dan pengusaha pada pasar domestik membuat keduanya enggan berinovasi untuk efisiensi produksi industri.
"Kita sering terbuai pasar kita besar, harus dilindungi, harus ditutup, yang akhirnya untungnya siapa? Bukan kita, tapi pengusaha-pengusaha yang berkolusi dengan pemerintah. Ya jadinya kayak Setya Novanto gitu lah. Pengusaha kita bukan berinovasi tetapi melobi untuk mendapatkan proteksi-proteksi yang selama ini mereka dapatkan," sambungnya.
Rizal meminta pemerintah dan pengusaha kini memproduksi dengan orientasi ekspor dalam menyambut globalisasi. Dia menjadikan China sebagai contoh kemajuan ekonomi kontemporer.
"Memangnya sampai kapan kita mau menutup diri kita? Pasar Indonesia memang sebesar apa? Coba lihat China, China itu pasarnya 9 kali lipat lebih besar dari Indonesia. Tetapi mereka semuanya pergi keluar, tidak ada yang cuma pengen enak-enakan di dalam. Pengusahanya disuruh keluar semua. Kita harus berani bersaing," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya