Pengusaha Ritel Klaim Kelangkaan Minyak Goreng Hanya Terjadi pada Produk Bersubsidi
Merdeka.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengklaim tidak terjadi kelangkaan minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng hanya terjadi pada produk bersubsidi. Minyak goreng, menurutnya, masih banyak yang menjual di pasar dan toko online atau e-commerce.
"Sebetulnya tidak langka, enggak ah. Yang ngantri kan yang mau beli minyak goreng harga Rp 14.000. Coba lihat di online dan di pasar banyak stoknya, mau beli berapa aja boleh, tapi mungkin harganya lebih dari Rp 14.000 bisa mencapai Rp 20 ribu per liter," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin, kepada Liputan6.com, Rabu (23/2).
Solihin menjelaskan, berdasarkan hasil diskusi dengan produsen dan Satgas Pangan, produsen menyatakan tidak terjadi penurunan produksi. Artinya tidak ada kelangkaan minyak goreng.
-
Dimana Kemendag genjot pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Kenapa Kemendag genjot potensi pasar minyak goreng? 'Kunjungan lapangan tersebut menghasilkan tawaran kerja sama di bidang industri pengemasan minyak goreng Indonesia. Industri pengemasan minyak goreng Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan di pasar regional Timur Tengah dan Afrika,' ungkap Syahran.
-
Bagaimana Kemendag dorong pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Dimana harga sembako masih tinggi? Harga sejumlah bahan pokok masih terpantau tinggi di beberapa daerah. Di Pasar Induk Rau, Serang, kondisi tersebut masih terjadi hingga Kamis (13/7) siang.
-
Dimana nasi goreng mudah ditemukan? Cara masak nasi goreng tentu sangat mudah dipelajari oleh siapa saja. Nasi goreng sendiri menjadi salah satu hidangan yang paling umum di Indonesia. Bahkan, kita bisa dengan mudah menemukan nasi goreng dijual di banyak tempat.
"Yang langka itu yang jual Rp 14.000, misalnya sejak tanggal 19 Januari pukul 00.00 WIB, Menteri minta seluruh anggota APRINDO menjual satu harga Rp 14.000 untuk premium otomatis kita mengikuti instruksi tersebut," ujarnya.
Lantaran konsumennya bertambah dan harganya murah maka otomatis terjadi lonjakan pembelian. Ditambah masyarakat panik.
"Barang ada (Minyak goreng) itu yang terjadi sehingga di ritel modern kesannya barang sering kosong. Jadi, anggota APRINDO tidak memproduksi minyak tapi menjual," ujarnya.
Masyarakat Hanya Mengincar Produk Bersubsidi
Tak hanya itu saja, faktor terjadinya kelangkaan karena masyarakat enggan membeli minyak goreng melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Dia menegaskan kembali, banyak yang menjual minyak goreng.
"Pertanyaannya kenapa langka? menurut saya tidak langka, tapi pembeli mau gak beli dengan harga lebih dari Rp 14.000. Di online banyak yang jual, tapi harganya tidak bisa Rp 14.000," ucapnya.
Pihaknya berharap kepada Satgas Pangan, agar pengaturan HET bisa diterapkan di seluruh segmen penjualan, tidak hanya berlaku di ritel modern. Hal tersebut perlu dilakukan agar konsumen tidak membeli barang di satu tempat saja.
Sebelumnya, memang pemenuhan minyak goreng dari distributor hanya mencapai rata-rata 6 persen. Namun, sekarang keadaannya sudah membaik dan distributor bisa memasok hingga 11-16 persen.
"Data saya 11-16 persen (kenaikan pasokan/pengiriman dari produsen), artinya sudah memenuhi? ya belum," pungkas Solihin.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aprindo melakukan kajian tren ini selama beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKemendag berutang kepada Aprindo sebesar Rp 344 miliar. Namun, utang gabungan kepada produsen minyak goreng dan pengusaha ritel berjumlah Rp 800 Miliar.
Baca SelengkapnyaHarga beras SPHP produksi Bulog tidak diperjualbelikan secara bebas oleh retail modern.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras bisa ‘menular' atau merambat ke berbagai komoditi bahan pokok penting lainnya.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Penyebab Sebenarnya Beras Sulit Ditemukan di Alfamart dan Indomaret
Baca SelengkapnyaTito akan mengecek secara langsung ke lapangan mengenai kebenaran informasi tersebut bersama kementerian/lembaga terkait.
Baca SelengkapnyaBulog mengatakan, keterlambatan pihak ritel modern untuk kembali mengisi ulang stok beras premium akibat adanya libur panjang perayaan Imlek.
Baca SelengkapnyaBelum ada pelaku industri agro mengeluh terkait pelemahan nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaMahalnya harga minyak goreng dikarenakan masalah pasokan.
Baca SelengkapnyaStok beras di sejumlah mini market, seperti Alfamart, Indomaret hingga Alfamidi kawasan Cilangkap, Jakarta Timur langka.
Baca Selengkapnya"Bansos itu enggak ada kaitannya sama harga (beras)," ketua Bapanas) Arief Prasetyo
Baca SelengkapnyaRoy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Baca Selengkapnya