Pentingnya Literasi Keuangan Guna Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2018 lalu mencatat bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia mencapai 31 persen atau meningkat dari tahun sebelumnya yang berada diangka 29,7 persen. Angka tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan negara lain.
Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui mengenai produk keuangan beserta fungsinya, termasuk karyawan di kota besar. Literasi keuangan sendiri adalah tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai lembaga keuangan formal, produk, dan jasa keuangan.
Direktur Do-It, Kadi Kusuma mengatakan, akibat literasi keuangan minim, tentu saja hal ini mempengaruhi kesejahteraan karyawan. "Jika seorang karyawan memiliki kendala finansial, tentu saja akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas di tempat kerja," ujar Kadi.
-
Kenapa OJK mendorong literasi keuangan untuk UMKM? 'UMKM adalah ujung tombak perekonomian. Di tengah dinamika perekonomian dunia yang tidak menentu, perekonomian Indonesia tumbuh sangat baik di atas 5 persen, tapi tentu harus terus menemukan sumber-sumber ekonomi baru. Salah satunya dengan UMKM dan juga di daerah. Literasi keuangan sebagai pondasi pemberdayaan UMKM,' kata Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi dalam sambutannya pada acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like IT) ke-2 di Pontianak, Selasa (29/8).
-
Siapa yang menyatakan pentingnya literasi keuangan? Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id, menyatakan bahwa kemudahan akses dan kecepatan transaksi menjadi alasan utama tingginya adopsi fintech di kalangan generasi muda. Ia juga menekankan pentingnya literasi keuangan untuk menghindari masalah, seperti penggunaan berlebihan terhadap layanan fintech.
-
Bagaimana cara OJK meningkatkan literasi keuangan? OJK telah meluncurkan program Desaku Cakap Keuangan dan Sobat Sikapi Mahasiswa yang bertujuan untuk menjadi duta edukasi keuangan di masyarakat.
-
Mengapa OJK fokus pada literasi dan inklusi keuangan? 'Kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada dua hal kalau dilihat dari aspek keuangan, yaitu literasi atau mengerti bagaimana harus memahami risiko, dan inklusi yaitu masyarakat harus mudah untuk berurusan dan mengakses lembaga jasa keuangan,' kata Dian, Sabtu (28/10) malam.
-
OJK sebut kondisi apa di sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Apa itu manajemen keuangan dalam bisnis? Pemahaman yang mendalam mengenai manajemen keuangan merupakan kunci untuk keberhasilan bisnis dalam jangka panjang. Hal ini mencakup kemampuan untuk: Menyusun dan mengelola anggaran Memahami laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, dan arus kas Menganalisis dan menghitung rasio keuangan Mengelola arus kas secara efisien Menentukan keputusan investasi yang cerdas
Dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017), karyawan dan profesi juga termasuk dalam salah satu sasaran literasi keuangan yang digalakan oleh pemerintah. Hal ini yang melatarbelakangi Do-It menggalakan kembali kegiatan edukasi literasi keuangan, yang pada kali ini targetnya adalah karyawan di kota besar.
Pada 21 Juni 2019, Do-It memberikan edukasi kepada karyawan di PT Onda Mega Industri mengenai tips dan trik mengatur keuangan bagi karyawan. Perusahaan yang bergerak di bidang sanitasi dan pumbling ini memiliki karyawan yang rentang umurnya masih di usia muda, sekitar 20 – 30 tahunan.
Ini merupakan suatu sasaran yang tepat karena berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet tahun 2016, pengguna internet di Indonesia mayoritas berada pada rentang usia 25–34 tahun sebesar 75,8 persen.
Dengan melihat data ini, diharapkan potensi pengguna delivery channel yang berbasis digital akan semakin banyak di masa yang akan datang dan bagi lembaga jasa keuangan akan sangat menguntungkan apabila semakin banyak transaksi keuangan menggunakan basis digital.
Maka dari itu, diperlukan edukasi mengenai manfaat dan risiko penggunaan layanan keuangan digital bagi kelompok usia muda.
"Acara kali ini sangat luar biasa sekali, karena waktu saya muda pun saya tidak ada pikiran sampai sejauh ini mengenai mengatur keuangan, dan materinya sangat cocok bagi karyawan milenial di sini," ujar Danar Hirawan, salah satu karyawan dari PT Onda Mega Industri.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kadin mengakui perkembangan QRIS yang begitu pesat, masih ada beberapa catatan yang jadi perhatian serius.
Baca Selengkapnyatransformasi digital merupakan langkah penting dalam menjawab kebutuhan pelanggan dan mendukung perkembangan ekonomi dan sosial di daerah.
Baca SelengkapnyaPeningkatan produktivitas akan memberikan ruang yang lebih besar untuk menaikkan upah tanpa harus berdampak pada kenaikan harga barang.
Baca SelengkapnyaMenaker mengatakan masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh seberapa kompeten dan seberapa kompetitif pekerja/buruh.
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaKegiatan tersebut bagian dari upaya OJK dalam memberikanedukasi mengenai literasi keuangan.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku heran lantaran profesinya sebagai Bendahara Negara seringkali disalahkan jika terjadi krisis ekonomi.
Baca SelengkapnyaOJK mengadakan edukasi keuangan bagi penyandang disalibilitas/difabel agar menjadi masyarakat yang merdeka finansial.
Baca SelengkapnyaTingkat literasi asuransi syariah di Indonesia hanya mencapai 3,99 persen, jauh lebih rendah dibandingkan literasi asuransi konvensional.
Baca SelengkapnyaData dari OJK menyebutkan, baru 22 persen kelompok disabilitas yang memiliki akses keuangan atau yang memiliki rekening.
Baca SelengkapnyaMasih sedikit warteg termasuk anggota Kowantara yang menggunakan pembayaran QRIS
Baca Selengkapnyaindeks inklusi keuangan menggunakan parameter penggunaan terhadap produk dan layanan keuangan.
Baca Selengkapnya