Penurunan harga daging ayam dorong deflasi September 2015
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga barang secara umum turun atau deflasi 0,05 persen pada September 2015.
Itu turut menekan inflasi sepanjang tahun ini (Januari-September) sebesar 2,24 persen. Dan, inflasi tahunan (September 2014-September 2015) sebesar 6,83 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan penyebab utama deflasi adalah daging ayam. Harga komoditas tersebut turun hingga 9,31 persen. Penurunan tertinggi terjadi di Jambi 25 persen dan Pematang Siantar 23 persen.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Apa penyebab inflasi selain permintaan melebihi penawaran? Kenaikan biaya produksi juga bisa menjadi penyebab inflasi. Misalnya, kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, atau energi dapat mendorong produsen untuk menaikkan harga jual agar tetap mendapatkan keuntungan.
-
Kenapa harga ayam potong naik? Menurut salah seorang pedagang di sana, harga ayam potong mengalami kenaikan hingga Rp8 ribu per kilogramnya.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa daging alot? Kandungan protein yang padat di dalamnya memang membuat daging alot saat dimasak.
-
Kenapa daging bebek alot? Namun, daging bebek cenderung alot jika tidak diolah dengan benar.
"Ini karena cukup banyak suplainya atau persediaan di sentra produksi," jelas Suryamin di kantornya, Jakarta, Kamis (1/10).
Kemudian, harga cabai merah turun 10,98 persen. Penurunan tertinggi di Padang Sidempuan dan jambi, masing-masing sampai 40 persen.
"Cabai merah kalau tidak hujan ya bagus."
Tarif angkutan udara turun 10,22 persen, bawang merah (9,97 persen), cabai rawit (12,27 persen). Kemudian, harga minyak goreng turun sebesar 1,95 persen dan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 0,53 persen.
"Bobot bensin itu besar, hampir sama dengan beras, hampir 4 persen. Artinya, perubahan dua komoditas ini cukup tinggi, ke inflasi cukup tinggi juga. Makanya pemerintah kan mengendalikan beras dan bensin itu."
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Deflasi rutin terjadi di Indonesia selama 5 tahun terakhir pada setiap bulan Agustus.
Baca SelengkapnyaDalam catatan BPS, pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia Indonesia mengalami pernah deflasi selama 7 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaKomoditas yang masih tinggi adalah daging ayam dan telur.
Baca SelengkapnyaSebanyak 98 persen pasokan makanan di DKI Jakarta berasal dari luar wilayah,
Baca SelengkapnyaDeflasi berturut-turut terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024. Per Agustus 2024, BPS mencatat deflasi 0,03 persen.
Baca SelengkapnyaKetua Perpadi Jakarta ini mengatakan penurunan harga mencapai Rp700-1.000 per kilogram di Cipinang.
Baca SelengkapnyaHarga gabah di tingkat petani pada Agustus 2024 secara tahunan terpantau masih terus alami kenaikan.
Baca SelengkapnyaTingginya harga beras medium dan premium membuat konsumen beralih ke beras Bulog dengan harga Rp47.500 per kemasan 5 kg.
Baca SelengkapnyaHarga telur saat ini sudah mendekati harga acuan yang ditentukan pemerintah.
Baca SelengkapnyaKategori makanan, minuman dan tembakau, jadi kelompok menjadi penyumbang deflasi 4 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaDi Pasar Anyar Kota Bogor misalnya, kenaikan berkisar Rp46 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram.
Baca Selengkapnya