Penyebab Harga Cabai Bertahan Mahal di Pasar Tradisional
Merdeka.com - Harga cabai rawit di beberapa pasar tradisional masih bertahan tinggi. Salah satunya di pasar Cikampek, Karawang yang mengalami kenaikan signifikan. Di tingkat pedagang saat ini harga jual menembus Rp80.000 per kilogram. Menurut para pedagang mahalnya harga cabai rawit diduga faktor cuaca ekstrem akibat kemarau panjang.
Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Rusli Abdullah mengatakan, salah satu alasan kenaikan harga cabai di berbagai daerah adalah kurangnya pasokan dan suplai yang terbatas akibat musim kering.
"Itu karena suplainya terbatas, karena produksi yang belum optimal," kata Rusli dikutip dari Antara.
-
Kapan harga cabai mengalami penurunan? 'Memang kita Desember harga cabai melejit, itu musiman. Musim hujan, panen gagal. Saya tadi pagi ke pasar sudah turun,' kata Mendag dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1/).
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk mengatasi harga cabai? 'Memang kita Desember harga cabai melejit, itu musiman. Musim hujan, panen gagal. Saya tadi pagi ke pasar sudah turun,' kata Mendag dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1/).
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
Rusli mengatakan, produksi cabai yang terhambat oleh musim kering menyebabkan pasokan terganggu. Apalagi saat ini belum ada penciptaan varietas unggulan yang tahan terhadap perubahan iklim serta inovasi pada cara tanam.
Dalam kondisi ini, dia mengharapkan adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap cabai segar dan mulai menggunakan cabai bubuk atau sambal olahan agar produksi yang melimpah pada musim panen dapat terserap menjadi produk tahan lama.
"Jadi pemerintah harus mendorong masyarakat agar mereka lebih bisa adaptif terhadap cabai olahan," kata Rusli.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Kudhori mengatakan kondisi gagal panen atau rusaknya tanaman saat kemarau tidak hanya dialami cabai, namun juga tanaman hortikultura lainnya.
"Ini seperti tanaman hortikultura yang lain, kalau ada gangguan di level budidaya dalam bentuk perubahan iklim pasti dampaknya di panen. Ketika terjadi anomali atau penyimpangan iklim cuaca itu juga bukan hanya soal air, karena berbarengan dengan hama dan penyakit," ujarnya.
Namun, menurut dia, para petani seharusnya bisa mengantisipasi datangnya musim kemarau, karena BMKG secara rutin telah mengumumkan perkiraan iklim per tiga bulan sekali agar tidak terjadi kendala di daerah yang selama ini menjadi basis produksi cabai.
Peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Galuh Octania menambahkan penyebab lain minimnya produksi cabai adalah ketakutan para petani untuk menanam di musim kemarau yang berkepanjangan, karena potensi gagal panen.
Menurut dia, pihak-pihak terkait harus bisa belajar dari kesalahan masa lalu karena siklus ini terjadi tiap tahun. Apalagi pola kemarau seperti saat ini dapat membuat produksi sejumlah komoditas pangan utama menjadi berkurang.
"Kementerian Pertanian harus meyakinkan petani untuk dapat menanam di luar musim kemarau. Jadi manfaatkan semaksimal mungkin menanam di luar musim kemarau, sebelum datangnya musim kemarau," katanya.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Suwandi menyatakan stok cabai merah masih memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan pasokan khusus bagi Jakarta per harinya mencapai 80 ton, yang diperoleh dari beberapa daerah di Jawa.
Namun, dia mengakui produksi di tingkat petani belum optimal, karena beberapa sentra petani di Jawa baru memasuki panen ke tiga, padahal tanaman cabai dapat dipanen antara 16-28 kali dengan masa tanam hingga lima bulan.
"Sudah ada panen pertama, kedua, dan ketiga, tapi belum tumbuh. Nanti awal Agustus sudah melimpah," kata Suwandi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga cabai terutama cabai merah di berbagai daerah menjadi salah satu pemicu terjadinya laju inflasi pada Juni 2019 sebesar 0,55 persen.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab lonjakan harga cabai rawit adalah masalah distribusi. Akibatnya sebaran komoditas cabai tidak merata dan menyebabkan terjadinya disparitas harga.
Baca SelengkapnyaHarga cabai rawit merah di pasar tersebut mengalami lonjakan dari Rp.65.000 per kilogram menjadi Rp.85.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) buka-bukaan mengungkap penyebab kenaikan harga cabai yang kian mencekik konsumen.
Baca SelengkapnyaHarga cabai naik karena produksi menurun akibat el nino.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaMendag mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga
Baca SelengkapnyaAjakan ini merespon kenaikan harga cabai rawit hingga Rp100.000/kg.
Baca SelengkapnyaKemudian untuk bawang putih dari harga normal Rp30.000 kini naik menjadi Rp50.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaKepala BPN menyebut produksi cabai rawit merah menurun.
Baca SelengkapnyaHarga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaPara petani cabai di Jember tak bisa menikmati hasil panen seutuhnya
Baca Selengkapnya