Penyediaan irigasi jadi ujung tombak produksi pangan
Merdeka.com - Penyediaan air irigasi bagi tanaman padi menjadi salah satu kunci yang mendukung peningkatan produksi pangan. Terjaminnya penyediaan air irigasi diupayakan melalui peran Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang mengelola atau memelihara jaringan irigasi tersier dan mencari solusi secara lebih mandiri terhadap persoalan-persoalan menyangkut air irigasi yang muncul di tingkat usaha tani.
Untuk itu, penilaian kinerja dari kelembagaan P3A perlu dilakukan sebagai upaya penguatan kelembagaan petani dalam menjamin peningkatan produksi pangan.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, peningkatan produksi pangan selalu menjadi trending topic dalam pertanian. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendongkrak peningkatan produksi pangan secara signifikan.
-
Dimana Kementan fokus meningkatkan produksi pangan? Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran), mengajak semua pihak mulai dari pemerintah pusat hingga daerah untuk fokus melakukan upaya peningkatan produksi pangan melalui pemanfaatan lahan rawa baik pasang surut maupun lahan tadah hujan atau non irigasi di sejumlah daerah.
-
Apa yang dilakukan Kementan untuk swasembada pangan? Kapolri mengaku optimis langkah tersebut dapat terealisasi mengingat Amran merupakan pakar yang mengerti dan tahu cara mewujudkannya.
-
Bagaimana Kementan mendorong produksi pangan? Sebagai langkah nyata, Mentan langsung terjun ke lapangan dengan mendatangi daerah sentra di 10 hari pertama kerja. Hal ini memberi sinyal positif bagi produksi masa tanam (MT) 1 karena petani semakin bersemangat melakukan produksi.
-
Bagaimana Kemnaker ingin meningkatkan produksi pangan? Anggaran tersebut nantinya akan digunakan untuk percepatan tanam, peningkatan produksi padi dan jagung melalui penyediaan benih dan alsintan, pupuk dan pestisida serta optimalisasi lahan rawa dan intensif bagi petugas lapangan.
-
Kenapa Kementan fokus pada swasembada beras? 'Kondisi dunia sekarang sedang menghadapi krisis pangan. Bahkan sudah ada negara yang kelaparan dan beberapa negera menyetop ekspor karena perubahan cuaca. Jadi mau tidak mau kita harus menuju swasembada dan harus berdiri di kaki sendiri.
-
Kenapa Kementan genjot produksi padi dan jagung? Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan untuk melakukan percepatan tanam, pemerintah akan memanfaatkan lahan rawa dan memfasilitasi para petani dengan benih, alsintan, pupuk, pestisida, serta bimbingan teknis.
Saat ini, penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang lebih memadai menjadi fokus dalam peningkatan produksi pangan, diantaranya melalui pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi, perluasan atau pencetakan sawah baru dan penyediaan alat mesin pertanian. Dari penyediaan sarana dan prasarana tersebut, harus diakui bahwa secara kuantitas mengalami peningkatan, begitu pula dengan pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang sudah dilaksanakan mampu memberikan kontribusi perluasan coverage area pertanaman.
"Namun saat ini, masih perlu ditingkatkan dan menjadi perhatian dalam penyediaan dan pengelolaan air irigasi untuk pertanian adalah bagaimana pengelolaan, pemanfaatan serta pemeliharaan jaringan irigasi berjalan secara berkelanjutan sehingga terus berkontribusi terhadap peningkatan produksi tanaman pangan," ujar Gatot dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (20/7).
P3A sendiri telah tercatat sebagai salah satu lembaga atau kelompok petani di pedesaan yang handal dan berperan penting dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan air irigasi. Lembaga ini secara khusus mewadahi para petani yang terkait dengan tata kelola air irigasi di tingkat usaha tani sekaligus pengelolaan sumber daya air lainnya untuk meningkatkan produksi pangan dan kepentingan pembangunan pertanian pedesaan.
"Pantas jika kemudian Kementerian Pertanian (Kementan) merasakan betapa perlunya melakukan upaya penguatan atau pemberdayaan kelembagaan petani pemakai air tersebut sebagai ujung tombak dalam peningkatan produksi pangan dan pencapaian swasembada pangan," tegasnya.
Pentingnya peran P3A disebutkan dalam UU Nomor 7 Tahun 2004, dimana petani diberi wewenang dan tanggungjawab pemeliharaan di tingkat usahatani, sedangkan pentingnya penguatan atau pemberdayaan petani pemakai air juga tersirat dalam regulasi khusus yakni Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa pembinaan dan pemberdayaan P3A menjadi tanggung jawab instansi pemerintah daerah yang membidangi ketahanan pangan.
Dalam hal ini antara lain adalah dinas/instansi pemerintah lingkup pertanian sebagai perpanjangan tangan Kementerian Pertanian di daerah.
Selama ini, upaya pembinaan (penguatan dan pemberdayaan), perkumpulan petani pemakai air lebih diarahkan untuk menyediakan atau membagi air secara adil bagi anggotanya, mengelola atau memelihara jaringan irigasi tersier, mencari solusi secara lebih mandiri terhadap persoalan-persoalan menyangkut air irigasi yang muncul di tingkat usahatani, serta meningkatkan kemampuan lembaga petani dalam menjalin kerja sama dengan pihak luar termasuk pemerintah daerah atau lembaga lain untuk kepentingan petani anggota.
Menurut Gatot, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kehadiran P3A/GP3A sudah mampu melakukan pengelolaan air dalam suatu sistem irigasi yang lebih luas, seperti pemeliharaan saluran irigasi di tingkat sekunder dan primer ataupun daerah irigasi secara utuh yang pembinaan dan pemberdayaan kelembagaannya sudah mencapai pada tingkat mandiri.
"Sejalan dengan perkembangannya, Kementan memandang perlu untuk merancang indikator kinerja yang menjadi tolak ukur penilaian efektivitas pembinaan perkumpulan petani dalam mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan," tuturnya.
Pentingnya Penilaian Kinerja Kelembagaan Petani Pemakai Air
Kemampuan dan kinerja P3A/GP3A yang sudah dibina menjadi satu kelembagaan yang berkembang dan dinamis perlu dilakukan penilaian/pengukuran. Tujuannya adalah agar pengklasifikasian dari lembaga-lembaga yang sudah ada dapat dilakukan penyesuaian tingkat dan dapat ditentukan metode pembinaan untuk masa mendatang.
Gatot memandang sistem pengukuran atau penilaian dari setiap kelembagaan mempertimbangkan beragam aspek, seperti tingkat provitas komoditi yang diusahakan (on-farm), sistem pengelolaan jaringan irigasi dan sumber daya air lainnya, pengembangan kerjasama dan kemitraan dan pengembangan usaha produktif (off-farm), baik yang terkait dengan bisnis pertanian maupun usaha di luar pertanian yang dapat memberikan nilai tambah dan manfaat lainnya bagi petani dan lembaganya.
Salah satu bentuk pengukuran kinerja pembinaan kelembagaan petani pemakai air adalah melalui pelaksanaan lomba antar P3A/GP3A secara berkala. Lomba ini menjadi cara/sarana untuk berkompetisi antar lembaga dan menjadi ajang penilaian kinerja dari masing-masing lembaga sesuai dengan tingkatan atau kelas yang sudah ditentukan sebelumnya.
"Lomba antar P3A/GP3A juga dapat menjadi ukuran bagi pemerintah untuk memonitoring dan mengevaluasi tingkat keberhasilan pembinaan yang sudah dilaksanakan. Dengan adanya kompetisi seperti ini, tentunya dapat meningkatkan motivasi bagi para petani pemakai air untuk memperbaiki lembaganya sehingga mampu meningkatkan daya saing dengan kelembagaan lainnya di luar daerahnya," jelasnya.
Diharapkan pada tahap berikutnya, lembaga-lembaga yang berpartisipasi dalam lomba mampu menjadi pelopor dan mempengaruhi lembaga-lembaga lainnya untuk memperbaiki kinerjanya, baik dalam mendukung peningkatan produksi pangan maupun nilai tambah produk pertanian. "Hasil akhirya akan bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, sekaligus menghela perekonomian wilayah pedesaan," tutup Gatot. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Gapoktan Suka Bakti di Desa Soga Bakti menyampaikan terima kasih kepada Menteri Pertanian.
Baca Selengkapnyaada 2023 Kementan telah mengalokasikan Embung 500 unit untuk 10.000 ha, Perpompaan 629 unit untuk 12.580 ha.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan sekitar 400.000 hektare lahan rawa untuk dioptimalkan melalui perbaikan irigasi dan saluran air.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan pembangunan sebanyak 61 bendungan atau waduk dalam 10 tahun terakhir. Adapun, realisasi pembangunan waduk saat ini baru mencapai 43.
Baca SelengkapnyaSaat ini Indonesia sedang dihadapkan pada tantangan besar dengan adanya iklim ekstrim El Nino.
Baca SelengkapnyaGanjar meyakini, Indonesia berpotensi jadi lumbung pangan dunia.
Baca SelengkapnyaBPS memproyeksi produksi beras Agustus, September, dan Oktober 2024 mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaKementan berkomitmen akan mempercepat pencetakan sawah satu juta hektare.
Baca SelengkapnyaKrisis pangan harus terus diwaspadai, mengingat produksi beras di tahun 2022 hanya sekitar 31,54 juta ton.
Baca SelengkapnyaTNI akan mengawal sekaligus mendukung penuh upaya Kementan saat ini.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto secara konsisten menyuarakan agar Indonesia bisa swasembada pangan, meski dalam realisasinya hal itu sulit.
Baca SelengkapnyaMentan Andi Amran Sulaiman meminta para petani di Provinsi Gorontalo menjaga semua fasilitas pompa.
Baca Selengkapnya