Perang Dagang, Prediksi Serangan Balasan Terbaru China Pada AS
Merdeka.com - Pemerintah China telah memiliki sejumlah opsi untuk membalas terhadap kenaikan tarif terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap impor China. Seperti diketahui, perang dagang berpotensi berlanjut usai putaran terakhir pembicaraan perdagangan antara negosiator Amerika dan China pada hari Jumat lalu berakhir tanpa perjanjian perdagangan.
Negosiasi tersebut jatuh di bawah bayang-bayang ancaman Presiden AS, Donald Trump untuk meningkatkan lebih dari dua kali lipat tingkat tarif menjadi 25 persen pada USD 200 miliar barang-barang Cina.
Kementerian Perdagangan China sendiri menyatakan akan segera mengambil tindakan balasan terhadap langkah Amerika setelah tarif baru itu diberlakukan.
-
Bagaimana China menghadapi pembatasan teknologi dari AS? China sebagai negara yang memiliki kapasitas komputasi terbesar kedua di dunia masih tetap mengembangkan teknologi di negaranya untuk meningkatkan ekonomi digital serta menangkal pembatasan teknologi dari Amerika.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Bagaimana China bersaing dengan AS dalam luar angkasa? Ketika Tiongkok bangkit, sebagian penelitian AS di bidang luar angkasa tampaknya mengalami kesulitan. Divisi ilmu biologi dan fisika NASA, yang bertanggung jawab atas banyak eksperimen ISS, sangat kekurangan dana dibandingkan dengan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang diminta untuk ditangani, dan memiliki pendanaan paling sedikit dari semua divisi dalam Direktorat Misi Sains NASA.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Kapan kemendag terakhir berdiskusi dengan Tiongkok? Pertemuan Konsultasi ke-22 AEM, Mendag: Tiongkok Mitra Terbesar ASEAN Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar bagi ASEAN sejak 2009 . Tidak hanya itu, mereka juga sumber investasi asing terbesar keempat di antara mitra-mitra dialog ASEAN.
-
Bagaimana polisi China membantu pedagang? Meski berniat menggusur, namun sang polisi turut memberi solusi. Dia menyebut telah menyediakan tempat yang lebih aman bagi si penjual untuk menjajakan dagangan. 'Bapak, saya dapat tempat yang lebih aman. Di sana. Bapak juga bisa parkir kendaraan di sana,' lanjutnya.
Dilansir dari CNBC, Senin (13/5), para pakar ekonom memberikan tanggapan bahwa sebagai imbas dari perdagangan Amerika, Beijing bisa berakhir dengan menggabungkan beberapa cara untuk menyakiti negara Paman Sam tersebut.
"Saya berharap China akan membalas dan mereka akan melakukannya dengan cara yang sepadan, dan itu termasuk tidak hanya impor. Saya pikir para petani dan ekspor pertanian kami ke China akan menjadi sasaran karena itulah yang dipedulikan Presiden Trump secara politis," kata Mantan Wakil Asisten Menteri Luar Negeri selama Pemerintahan Clinton, Susan Shirk.
Dia berharap dengan begitu ada tekanan tambahan pada perusahaan-perusahaan Amerika yang beroperasi di China. Sehingga berpotensi termasuk perlambatan dalam persetujuan untuk bank dan cek pada impor.
"Sungguh apa pun bisa menjadi permainan yang adil, dan saya akan sangat terkejut jika tidak ada pembalasan," kata Shirk, yang juga sebagai Ketua Pusat China Abad 21 di Sekolah Kebijakan dan Strategi Global Universitas California San Diego.
Sementara itu, Kepala Ekonom China di Perusahaan Riset TS Lombard, Bo Zhuang, mengatakan opsi lain untuk pembalasan Beijing dapat mencakup depresiasi mata uang. Artinya, penurunan nilai yuan akan memberikan keuntungan perdagangan ekspor kepada Tiongkok dan berpotensi mengimbangi dampak tarif AS.
"Kami pikir mata uang adalah salah satu bidang di mana Beijing memiliki keunggulan yang jelas atas Washington," katanya.
Dia menambahkan meski besaran neraca berjalan China menyusut, namun kenaikan tarif akan kembali menciptakan pembukaan bagi (Bank Rakyat Tiongkok) untuk menerima depresiasi yang didorong oleh pasar pada paruh kedua tahun ini.
Pandangan berbeda justru ditujukan oleh Ahli Strategi Investasi Global Senior di Principal Global Investors, Seema Shah. Dia mengatakan apabila membalas dengan cara mencakup depresiasi mata uang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
"Namun perlu dicatat bahwa, meskipun Bank Rakyat Tiongkok mungkin mentolerir lebih banyak depresiasi yuan, mereka mungkin khawatir menggunakannya sebagai alat pembalasan. Selain menghasut kemarahan Trump, mata uang yang lebih lemah juga akan berisiko memicu arus keluar modal dan merusak upaya untuk membuka ekonomi China," kata Seema Shah.
Banyak yang telah memperingatkan bahwa China dapat membuang lebih dari USD 1 triliun utang AS sebagai pembalasan, tetapi seorang ahli mengatakan bahwa langkah seperti itu pada akhirnya tidak akan menjadi kepentingan terbaik negara itu.
"Pemegang Treasury AS terbesar di dunia adalah China, dan karena itu mereka melukai neraca mereka sendiri sebanyak yang secara bertahap menyakiti AS dan kerugian yang mereka akan dipaksa untuk kenali adalah sangat, sangat nyata," kata Kepala Penelitian Ekuitas Ex-Jepang Asia di JP Morgan, James Sullivan.
Namun terlepas dari sederetan opsi yang tersedia untuk Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk pembalasan terhadap kenaikan tarif Amerika, itu tidak selalu berada di atas angin.
"Saya pikir ada solusi perang dagang, tetapi permainan antara Presiden Trump dan Presiden Xi ini sangat, sangat sulit bagi Presiden Xi untuk mencari jalan keluar," kata Shirk.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaTrump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaTerpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.
Baca SelengkapnyaKebijakan presiden terpilih Donald Trump bakal berdampak bagi konstelasi perdagangan intenasional, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPersaingan teknologi antar kedua negara makin sengit.
Baca SelengkapnyaSelain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.
Baca SelengkapnyaTrump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut Trump akan menaikan bea masuk ke AS, di mana kebijakan tersebut akan berdampak ke negara-negara yang selama ini menjadi mitra.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaKeputusan Kanada untuk menaikkan tarif impor ini memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang
Baca SelengkapnyaAksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca Selengkapnya