Perjanjian Dagang Bantu Kinerja Ekspor-Impor 2018
Merdeka.com - Guru Besar Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda menilai perjanjian maupun misi perdagangan yang dilakukan pemerintah telah membantu pelaksanaan kinerja ekspor maupun impor nasional pada 2018.
Candra menyatakan, upaya tersebut mampu meningkatkan nilai ekspor nonmigas serta menahan pelebaran defisit neraca perdagangan yang secara kumulatif Januari-November 2018 tercatat sebesar USD 7,52 miliar.
"Perjanjian-perjanjian dagang itu meminimalkan ketidakpastian pasar. Walaupun memang untungnya tidak banyak, tetapi lebih terjamin pembelinya," katanya seperti ditulis Antara.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk memperluas pasar ekspor? Kementerian Perdagangan terus memperluas pangsa ekspor produk Indonesia hingga ke Meksiko. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggelar pameran Expo Indonesia en Mexico (EIM) pada 3--6 Agustus 2023 di kawasan World Trade Center, Mexico City, Meksiko dan menghadirkan 51 pelaku usaha di pameran tersebut.
-
Bagaimana Kemendag mendorong ekspor produk Tanah Air? 'Pemerintah pusat akan terus mendorong ekspor produk Tanah Air ke luar negeri seperti ini. Inikan hasil komunikasi kerja antara produsen dalam hal ini WKI dengan Pak Susanto Lee (Direktur Distributor Kara Marketing Malaysia) dengan atase kami Pak Deden di Malaysia, yang terus bekerja untuk mencarikan pasar di Malaysia, dan kami akan berniat merambah ke pasar Brunei, Vietnam, dan beberapa negara ASEAN lainnya,' ucap Didi Sumedi.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Bagaimana kemendag meningkatkan hubungan dagang antar negara? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
Menurut dia, perjanjian maupun misi dagang dengan negara lain tersebut dapat menumbuhkan optimisme atas kinerja ekspor Indonesia selama 2019, meski masih terdapat ketidakpastian global yang menyebabkan lesunya permintaan.
Selama 2018, Kementerian Perdagangan tercatat melakukan ratifikasi atas 8 perjanjian dagang, yang akan disusul ratifikasi dari perjanjian dagang seperti Indonesia-Chile CEPA serta ASEAN-Hong Kong FTA and Investment Agreement.
Selain itu, juga ditandatangani empat perjanjian yang mampu meningkatkan nilai ekspor hingga USD 1,9 miliar yaitu 10th ASEAN Framework Agreement on Services, First Protocol to Amend ATIGA, ASEAN Agreement on Electronic Commerce, dan Indonesia-EFTA CEPA.
Beberapa misi dagang juga telah dilakukan ke 13 negara, yang sebagian besar merupakan pasar nontradisional, dengan nilai transaksi mencapai USD 14,79 miliar atau tumbuh 310 persen dibandingkan periode 2017 sebesar USD 3,6 miliar.
Meski demikian, Candra mengakui perjanjian maupun misi dagang tak bisa secara langsung secara instan menguatkan neraca perdagangan, karena harga komoditas seperti minyak sawit dan batu bara mengalami penurunan harga. Dia juga mengingatkan konsumsi migas yang besar menjadi penyebab utama tingginya defisit neraca perdagangan selama 2018, meski terdapat peningkatan kinerja ekspor nonmigas 7,46 persen, dari sebelumnya USD 139,72 miliar pada 2017 menjadi USD 150,15 miliar.
Dalam kesempatan terpisah, Ekonom dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan defisit neraca perdagangan pada 2018 terjadi karena tingginya impor migas yang diiringi oleh peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain itu, ekspor nonmigas pada 2018 terdampak penurunan harga komoditas unggulan seperti batu bara, CPO dan karet serta perlambatan ekonomi China yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia.
Dia menambahkan, impor nonmigas Indonesia juga tinggi terutama bahan baku dan bahan modal yang diperlukan untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. Lana memproyeksikan kondisi serupa masih terjadi di 2019, karena permintaan dari China belum sepenuhnya pulih sebagai dampak dari terjadinya perlambatan ekonomi.
"Kita tak bisa menekan China untuk membeli dari kita kalau ekonominya lagi melambat. Apalagi di 2019 ini China diprediksi melambat sampai 6,5 persen," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mencatat kinerja ekspor non migas ke negara tujuan utama menunjukkan tren yang positif, meski terdapat ketidakpastian global pada 2018, seperti ke China yang tumbuh 18,5 persen, Jepang 14,6 persen dan AS 3,0 persen.
Penetrasi pasar ekspor ke negara-negara nontradisional juga terjadi yaitu ke Bangladesh yang tumbuh 15,9 persen, Turki 10,4 persen, Selandia Baru 16,8 persen, Myanmar 17,3 persen dan Kanada 9 persen.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaEkspor Sulut Naik Sebesar 6,98%, Neraca Perdagangan Sulut Surplus US$ 51,57 Juta Olly-Steven menunjukan keseriusannya dalam membangun sendi sendi ekonomi daerah
Baca SelengkapnyaSejumlah gebrakan diplomasi ekonomi Kementerian Luar Negeri ini sekaligus menjawab tudingan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaPerjanjian perdagangan bebas menjadi salah satu strategi utama Indonesia untuk membuka akses pasar yang lebih luas.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca Selengkapnya