Perlu aturan main agar Saudi Aramco bisa jual BBM di Indonesia
Merdeka.com - Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Arab Saudi, Saudi Aramco berminat untuk membangun kilang di Indonesia. Komitmen investasi kilang senilai USD 10 miliar ini telah disampaikan Menteri Keuangan Arab Saudi pada pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Arab Saudi beberapa waktu lalu. Namun tidak hanya bangun kilang, Saudi Aramco juga ingin masuk ke bisnis lain yaitu penjualan BBM kepada konsumen.
Deputi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Monty Giriana tidak mempermasalahkan niat Saudi Aramco menjual BBM di Indonesia. Namun, menurutnya perlu ada aturan mainnya. Sebab, selama ini PT Pertamina merupakan perusahaan distribusi BBM terbesar di Indonesia. Jangan sampai aturan menjadi blunder untuk perusahaan dari Timur Tengah tersebut.
"Pertamina memiliki keuntungan sebagai incumbent awal dan punya aset maka mereka (Saudi Aramco) enggak bisa competition. Kalau saya rasa, mereka tetap mau seperti itu tidak ada masalah sepanjang kompetisi ini menjadi sehat," ungkapnya kepada merdeka.com di Kantornya, Jakarta, Senin (28/9) malam.
-
Dimana proyek kilang baru Pertamina berada? Pertamina saat ini sedang fokus menyelesaikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, dimana proyek tersebut memasuki milestone baru yaitu program Turn Around (TA) Revamp yang ditargetkan selesai di awal Mei 2024.
-
Mengapa Pertamina membangun kilang baru di Balikpapan? Keberhasilan proyek RDMP Balikpapan akan menaikkan kapasitas produksi Kilang Balikpapan sebesar 100 ribu barrel per hari, yang artinya kapasitas produksi Kilang Balikpapan menjadi 360 ribu barrel per hari dari kapasitas awal 260 ribu barrel hari.
-
Kenapa Pertamina melakukan revitalisasi kilang? Tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk kilang tetapi juga memproduksi produk green energy seperti petrokimia, gas dan turunannya.
-
Dimana Pertamina bantu? Menyikapi kondisi musim kemarau yang berkepanjangan dan terjadinya kebakaran lahan di beberapa wilayah Sumatera Selatan, Pertamina Group berkolaborasi bersama berbagai pihak untuk membantu menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut dengan mengerahkan 206 personel Fireman tersertifikasi serta peralatan pendukung penanggulangan bencana.
-
Apa yang sedang dikaji Pertamina saat ini? 'Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah. Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,' kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu, (30/8).
-
Kenapa Pertamina turun tangan? Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan, penanggulangan karhutla penting dilakukan untuk meminimalisir penyebaran dan dampak lainnya, terutama dampak bagi kesehatan masyarakat dan keberlangsungan lingkungan.
Monty sendiri mendukung masuknya Saudi Aramco ke Indonesia. Menurutnya, dengan semakin lebarnya persaingan distribusi BBM akan memberikan keuntungan kepada pemerintah. Dengan persaingan ini maka biaya yang diperlukan untuk menyalurkan BBM akan semakin jelas.
"Persaingan itu menjadi brand smart juga buat kita, 'oh ternyata cost of hilir itu segini'. bisa jadi ada perhitungan sendiri," terangnya.
Monty mengakui, hingga saat ini belum ada tindak lanjut lebih serius mengenai rencana investasi Aramco di Indonesia. Mereka baru sekadar menyampaikan minat kepada Presiden Jokowi, tetapi minat serupa juga sudah pernah disampaikan pada era Presiden Soeharto.
"Mereka punya ketertarikan investasi di Indonesia, ini harus kita jabarkan itemnya dalam bentuk apa-apa saja. Kilang sudah pasti. Kita ingin tahu persisnya seperti apa," ujarnya.
Dia menambahkan, sebelum melanjutkan rencana investasi ini ke tahap yang lebih serius, kedua belah pihak, pemerintah dan Aramco harus membicarakan syarat-syarat penanaman modal. Tapi sayangnya, pembahasan mengenai syarat ini masih belum dilakukan.
Monty menyebut, melambatnya perekonomian Indonesia saat ini seharusnya menjadi motor penggerak tersendiri dalam menindaklanjuti minat penanaman modal dari Aramco. Pada akhirnya, ini bisa menjadi memacu percepatan ekonomi dan menyerap tenaga kerja.
"Kalau ada orang mau investasi di Indonesia dan kondisi seperti ini kita butuh dong. Kita harus sambut yang mau investasi, tapi kita punya aturan mainkan, punya kisi-kisi yang harus diberikan ke mereka. Sebetulnya ini, semua kisi-kisi yang kita berikan mereka terima, dan tidak semua kisi-kisi yang mereka berikan kita terima," paparnya.
sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, PT Saudi Aramco menginginkan investasi di Indonesia tidak hanya untuk pembangunan kilang, tetapi juga melakukan penjualan bahan bakar minyak (BBM). Namun sayangnya, PT Pertamina keberatan atas klausul ini.
"Mereka (Aramco) minta mereka bisa masuk ke hilir untuk distribusi sampai hilir. Tapi kemudian itu, Pertamina masih keberatan, jadi akan dibicarakan," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (16/9).
Dia menjelaskan, alasan penolakan karena selama ini Pertamina menjadi salah satu penyalur besar kepada masyarakat untuk BBM. Dikhawatirkan akan terjadi persaingan harga saat perusahaan asal Arab Saudi tersebut ikut merambah sektor hilir.
"Ya selama inikan (hilir) areanya Pertamina. Artinya kalau harga sama, mereka juga bisa jual ke hilir," tutup mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Saat ini, Menko Darmin menegaskan pemerintah akan melakukan pembicaraan terkait permasalahan ini. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pelaku usaha mengungkapkan bahwa ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh industri ini.
Baca SelengkapnyaMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanggapi soal rencana pembatasan BBM bersubsidi dan rencana BBM baru yang ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaSKK Migas: Prioritas Produksi Minyak dan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Baca SelengkapnyaSelain Rokan, Arifin juga menyebut Blok Cepu yang punya potensi migas lebih besar dari perhitungan saat ini.
Baca SelengkapnyaSejak 2020, tren gairah investasi hulu migas di Indonesia berubah cukup drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaPerlu dukungan lintas kementerian dan industri untuk mendorong transaksi perdagangan karbon dengan meningkatkan suplai dan permintaan.
Baca SelengkapnyaPHE siap mendukung pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional tahun 2030 sebesar 1 juta Barel per hari.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM sebenarnya telah menetapkan kewajiban penyediaan BBM rendah sulfur sejak Oktober 2018.
Baca SelengkapnyaPemerintah India dinilai lebih siap dan serius dalam penanganan kualitas udara.
Baca SelengkapnyaPeningkatan permintaan yang signifikan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan gas pipa dari ladang tua di wilayah Jawa Barat dan Sumatera.
Baca SelengkapnyaPemerintah akui memiliki hubungan baik dengan Iran tapi tak pernah impor BBM dari negara Timur Tengah tersebut.
Baca Selengkapnya