Pernah jadi Pencuci Piring, Ali Muharam Sukses Bisnis Makaroni Ngehe Modal Rp20 Juta
Merdeka.com - Bagi Founder Makaroni Ngehe, Ali Muharam, kehidupan dimulai ketika dirinya merantau ke Jakarta. Tekadnya adalah ingin sukses dan tidak merepotkan orang lain.
Ali merantau ke Jakarta pada 2005. Dia pergi berkelana sendiri tanpa ditemani seorang-pun. Yang membuat dirinya nekat adalah tujuan hidupnya. Dia hanya ingin sukses, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.
"Secara akademis, saya tidak kuliah. Secara koneksi pun saya tidak punya siapa-siapa," ujar Founder Makaroni Ngehe Ali Muharam, di Hotel Mulia, Senin (19/8).
-
Bagaimana Mela mendapatkan modal awal? Jadi tanpa modal, uangnya ini dari DP konsumen yang saya putarkan lagi,' terang dia.
-
Bagaimana Yati mendapat modal usaha? 'Saat buka warung kopi saya sudah jualan rokok, terus merembet kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),' imbuh Yati.
-
Bagaimana Win's Rajut mendapatkan permodalan? UMKM Win's Rajut sendiri merupakan dampingan BRI yang sebelumnya telah mendapat pembinaan dan permodalan. Lewat berbagai even yang digelar BRI, produknya semakin dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu juga mendapatkan bantuan permodalan lewat KUR (Kredit Usaha Rakyat).
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Apa yang menjadi modal awal Faisal saat memulai usaha keripik? Bermodal nekat, ia membelanjakan uang Rp50 ribu untuk modal awal membuat keripik ubi.'Kalau dulu, modal awalnya Rp50 ribu. Itu nyoba-nyoba ya karena keripik singkong atau pisang kan udah banyak, akhirnya dipilih ubi dan laku,' katanya dalam program Berani Berubah di kanal YouTube Fokus Indosiar.
-
Bagaimana Basrizal memulai bisnis pertamanya? Tanpa keahlian yang mumpuni, Basko bekerja sebagai kernet angkot di Riau. Kemudian, modal dari hasil kernet tadi ia gunakan untuk berjualan petai. Ia termotivasi setelah melihat pedagang petai diserbu oleh pembelinya. Mulai dari situlah, ia memilih untuk berdagang petai.
Menjajal berbagai profesi pun sudah pernah dilakoninya. Mulai dari penjaga dan pencuci piring di warteg sampai penulis skenario sebuah sinetron.
Tanpa pengalaman tersebut, dirinya menuturkan bahwa tidak akan bisa mencapai kesuksesan. Lalu, untuk sampai ke titik tersebut dia mempunyai sebuah prinsip. Prinsip untuk memiliki kesuksesan dalam berbisnis adalah bisnis yang tidak hanya sekadar untuk diri sendiri, tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain.
"Saya harus bisa bermanfaat untuk seseorang, minimal satu orang, yaitu saya bisa merekrut seorang pengangguran," jawabnya.
Baginya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua orang berhak untuk memiliki kesuksesan versinya masing-masing. Hal itu bergantung kepada cita-cita seseorang. "Semua orang punya mimpi atau cita-cita, tapi analisa saya bahwa semua orang itu punya potensi," ucapnya.
Titik pencapaiannya saat ini juga merupakan warisan dari sang Ibu. Dirinya bercerita bahwa dulu camilan makaroni ini selalu disediakan di rumah ketika ada tamu yang datang.
Ketika sang Ibu sudah tiada, Ali memutuskan untuk menggunakan resep dari sang Ibu dan dijadikan sebagai langkah awal dalam membuka usaha makaroni di gerobak kecil. Rupanya, bisnis ini terus tumbuh. Dari berjualan lewat gerobak menjadi sebuah gerai.
Saat ini, Gerai Makaroni Ngehe sudah tersebar di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Karawang, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Malang, dan Palembang. Camilan ini sudah memiliki 33 outlet dan sekitar 350 karyawan.
"Untuk membangun makaroni ini harus ada planning, yaitu 50 persen plan dan 50 persen nekat," ucapnya sambil tertawa.
Dengan modal awal sebesar Rp 20 juta, dia berhasil memperluas bisnisnya dimulai dengan satu gerai di wilayah Kebon Jeruk. Modal tersebut dia dapatkan melalui pinjaman dari temannya.
Tentunya, camilan makaroni ini sudah banyak ditiru oleh kompetitor. Namun, untuk tetap bertahan di industri ini, kualitas pada servis yang menjadi perhatian utama Ali terhadap bisnisnya.
"Mereka lupa bahwa bisnis itu bukan hanya 1000 persen totalitas. Bukan hanya dari segi orang bisa beli atau cicip. Kita harus kasih perhatian kepada SDM-nya juga. Hal itu lah yang bisa mempertahankan untuk selalu terjaga kualitasnya dan servisnya," ucapnya.
"Ketika makanan enak, tapi servisnya tidak bagus, orang tidak akan balik lagi ke sini. Jadi tidak cuma di produk, tapi detail lainnya juga harus diperhatikan" tambahnya.
Sebenarnya, tujuannya menjadi entrepreneur adalah mencari freedom atau kebebasan agar bisa melakukan apa yang disukainya.
Kendati demikian, bagaimana nama Ngehe menjadi sebuah brand makanan? Ali menceritakan bahwa kehidupannya yang 'ngehe' ini membawanya pada nama camilan makaroni yang sekarang populer di masyarakat.
"Ngehe ini ada artinya. Setelah saya dapat nama ngehe, saya mulai memikirkan apa arti yang benar. Nationalism Giving Entrepreneurship Humanism Environment. Saya cinta Indonesia, peduli lingkungan, dan memberi kepada sesama," tandasnya.
Reporter Magang: Rhandana Kamilia
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaBerlatar belakang dari keluarga yang pedagang, Alvin selalu menanamkan tekad dan semangat berwirausaha dalam dirinya.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaSiapa bilang jika snack jadul sudah tak laku di pasaran? Pria ini buktikan jika jajanan mi lidi mampu hasilkan cuan hingga ratusan juta rupiah.
Baca SelengkapnyaMemperluas jejaring dan perbanyak sedekah menjadi kunci yang Adibayu yakini menjadi perantara kesuksesannya saat ini.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Kautsar tidak berjalan mulus. Sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dia menyaksikan perjuangan orangtua-nya.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaAgung yang memiliki modal Rp50.000 membeli 20 ekor ikan mas koki dan membuat kolam di dapur rumah orang tuanya.
Baca SelengkapnyaAlfa memiliki perjalanan hidup yang menarik dibanding dengan anak seusianya.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaMemulai usaha tak harus menunggu lulus kuliah. Pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur ini bertekad memiliki penghasilan sendiri sedini mungkin.
Baca SelengkapnyaModal Rp300.000, Adi Nekat Bisnis Bakso Goreng Hingga Raup Omzet Rp500 Juta Sehari
Baca Selengkapnya