Pertamina akui kecurangan solar terjadi saat selisih harga tinggi
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) mengakui adanya kecurangan dalam penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar pada 2014. Namun, kecurangan tersebut terjadi saat harga solar subsidi dan non subsidi alami disparitas harga yang tinggi.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina Muhammad Iskandar mengatakan kecurangan tersebut terjadi saat pemerintah belum menerapkan pemberian subsidi tetap sebesar Rp 1.000 per liter untuk solar yang dimulai tahun lalu. Selain itu, kecurangan itu bukan dilakukan oleh SPBU Pertamina, melainkan terjadi di pihak pelansir yang melakukan penimbunan.
"Kemarin tahun 2014 kecurangan itu bukan terjadi di Pertamina tapi banyak pelansir yang dituang ke industri. Jadi mereka mengisi solar lalu menuang di tempat lain, lalu mengisi lagi. Karena perbedaan harga antara solar subsidi dan non subsidi besar," ujar Iskandar di kantor Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO 31.102.02, Jakarta, Rabu (17/2).
-
Apa saja jenis kecurangan yang dilakukan oknum SPBU? Sepanjang Satgas RAFI 2024, tercatat adanya beberapa kasus diantaranya pemalsuan produk Pertamax di SPBU di Jakarta, Tangerang, dan Depok serta tercampurnya Pertalite dengan air di salah satu SPBU di Bekasi.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM non subsidi? Harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Gimana cara SPBU mencegah penyalahgunaan BBM subsidi? 'Misalnya, jika ada nelayan membeli BBM dengan jumlah yang lebih besar dari biasanya, ini masuk dalam kelompok yang perlu diperhatikan,' imbuhnya.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM? Dia menambahkan komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku. Jadi kalau harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut. 'Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM,' kata Tauhid.
Namun, sejak pemerintah menurunkan gap solar subsidi dan non subsidi hanya Rp 1.000 per liter, maka kecurangan tersebut menghilang di 2015.
"Celah kecurangan sudah tidak ada. Sehingga tidak menjadi bisnis menarik. Dan itu kelihatan daerah mana yang banyak pelansir itu sampai 50 persen turunnya. Karena itu cuma lansir. Tapi begitu harga (solar subsidi dan non subsidi) dibedakan Rp 1.000 sama pemerintah, otomatis menghilang. Dan antrian tidak ada lagi," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Metrologi Kementerian Perdagangan, Hari Prawoko mengatakan pihaknya banyak menerima pengaduan kecurangan SPBU tahun lalu. Kecurangan terbesar terjadi pada penjualan solar.
"Paling banyak 2015 itu SPBU di Medan sama Riau," kata Hari.
Hari tak bisa memastikan siapa pelaku kecurangan tersebut. Dia hanya bisa menduga kecurangan bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki akses ke alat ukur BBM di SPBU.
"Kami belum punya data pasti, karena mobil itu jarak dari satu Depo sama SPBU jauh banget. Jadi ada peluang menguap, jadi kami nggak bisa juga menyalahkan tiba-tiba berkurang," jelas dia. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengecer bensin mendapat untung jauh lebih besar dari penjualan BBM. Sementara, margin yang dipatok untuk Pertashop hanya berkisar Rp450-850 per liternya.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaAda pun wilayah pemasaran BBM dan Liquified Petroleum Gas (LPG) di Bali berada di bawah koordinasi Pertamina Patra Niaga Wilayah Jatimbalinus.
Baca SelengkapnyaPembayaran Rp132,44 triliun tersebut merupakan pembayaran untuk Dana Kompensasi TW I-III 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan memperketat penjualan solar bersubsidi.
Baca SelengkapnyaDalam memastikan quantity and quality produk, Irto mengatakan pengecekan selalu dilakukan berkala mulai dari Terminal BBM hingga SPBU.
Baca SelengkapnyaHarga BBM Pertamax atau Ron 92 kini dibanderol Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp12.400 per liter.
Baca SelengkapnyaMulai sekarang, Pertamina akan rajin sidak SPBU demi lindungi konsumen.
Baca SelengkapnyaPembatasan konsumen Solar subsidi ini nantinya akan diatur langsung di dalam peraturan presiden.
Baca SelengkapnyaArifin mengatakan perlu peran BPH Migas dan PT Pertamina, sekaligus pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi melalui digitalisasi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 201 dari total 448 Pertashop yang mengalami kerugian usai harga jual Pertamax dan Pertaliter terpaut cukup jauh.
Baca SelengkapnyaGas Elpiji 3kg yang tidak sesuai sudah dilakukan pengamanan berupa penyegelan untuk sementara tidak diedarkan kepada masyarakat.
Baca Selengkapnya