Pertamina: Bahan Bakar Olahan Sawit Hemat Impor USD 500 Juta per Tahun
Merdeka.com - Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero), Budi Santoso Syarif menyebut bahwa program pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) dari olahan sawit berpotensi menghemat anggaran impor hingga USD 500 juta per tahun.
"Dari sawit, dapat menghasilkan minyak sebesar 8,7 juta ton per tahun, dan dari hasil minyak sawit tersebut mampu mengurangi BBM hingga 160 ribu barel per hari," kata Budi Santoso dikutip Antara, Rabu (14/8).
Dia menjelaskan, 160 ribu barel BBM per hari tersebut setara dengan penghematan USD 500 juta. Saat ini, luas lahan sawit mencapai 14,3 juta hektare dengan sebesar 40,6 persennya dimiliki petani, sisanya BUMN dan perusahaan swasta.
-
Bagaimana kelapa sawit diubah menjadi biodiesel? Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Biodiesel dapat dibuat dari minyak kelapa sawit yang dicampur dengan metanol atau etanol.
-
Bagaimana Pertamina menggunakan sumber daya alam untuk bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi melalui biodiesel? Selain itu, penjualan produk biodiesel B35 telah berhasil menurunkan emisi sekitar 28 juta ton COE per tahunnya.
-
Kenapa Pertamina mengembangkan bioenergi? 'Bagi Pertamina, bioenergi bukan hanya mengurangi emisi saja tapi mengurangi ketergantungan impor dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ketika perkebunan kita dorong, kita tambah menyerap banyak tenaga kerja,' imbuh Nicke.
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan kualitas BBM? Pertamax Green 92 merupakan bagian dari Program Langit Biru yang dilakukan oleh Pertamina untuk meningkatkan kualitas BBM di Indonesia sesuai dengan standar internasional dan ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Apa itu Biodiesel? Biodiesel adalah bahan luar biasa yang memiliki kualitas luar biasa karena dibuat dari minyak nabati dan hewani bekas. Minyak ini dibuat dengan mengolah minyak dengan alkohol untuk menghasilkan bahan bakar yang mampu membakar dan menggerakkan segala sesuatu mulai dari bus penumpang hingga unit pemanas, mengubah sisa minyak menjadi cara baru yang ampuh untuk berkeliling kota.
Pertamina sudah mampu mengolah sawit menjadi bahan bakar dengan pencampuran 30 persen ke dalam BBM menjadi biodiesel 30 persen atau B30.
Selain itu pemanfaatan sawit yang berasal dari dalam negeri juga dapat meningkatkan ketahanan energi secara nasional.
Dalam kesempatan yang lain, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan tahapan uji coba bahan bakar B30 akan berakhir pada Oktober 2019. "B30 masih dalam uji coba nanti berakhir bulan Oktober," kata Arcandra.
Dia menuturkan saat ini pemerintah masih melakukan sejumlah evaluasi terkait uji coba tersebut. Hasil evaluasi akan menjadi landasan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan terkait penggunaan B30, baik untuk kepentingan transportasi, industri maupun pertambangan.
"Sekarang kami masih evaluasi sambil jalan (uji coba)," ujarnya.
Merujuk peraturan Menteri ESDM tentang kewajiban (mandatori), penggunaan B30 dijadwalkan pada Januari 2020. Penerapan mandatori itu untuk mengurangi ketergantungan impor BBM, sehingga menghemat devisa, sekaligus penyediaan bahan bakar ramah lingkungan.
B30 merupakan bahan bakar yang menggunakan 30 persen minyak sawit dan 70 persen minyak fosil jenis solar. Bahan bakar ini merupakan lanjutan dari implementasi kebijakan B20 yang berjalan sukses. Pada Juni 2019, pemerintah melakukan uji coba jalan tiga unit truk dan delapan kendaraan penumpang diesel dengan jarak tempuh 40.000 dan 50.000 kilometer. Kendaraan itu diuji coba untuk membuktikan penggunaan B30 tidak mempengaruhi kinerja mesin diesel.
Mengutip data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), penyerapan biodiesel sawit selama semester I 2019 mencapai 3,29 juta ton atau naik 114 persen dibandingkan periode tahun lalu yang hanya menyerap 1,35 juta ton.
Penggunaan B30 mampu menambah konsumsi crude palm oil (CPO) domestik antara 9-10 juta ton per tahun dan menghemat impor minyak solar sebesar 55 juta barel per tahun. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan yang merupakan salah satu pengelola perkebunan sawit terbesar di dunia ini juga sedang menyiapkan berbagai strategi.
Baca SelengkapnyaPertamina telah meluncurkan Pertamax Green 95 untuk mendukung transisi energi.
Baca SelengkapnyaPertamina memaparkan roadmap bisnis perusahaan di bidang bisnis biofuels dan dekarbonisasi kepada pebisnis dan praktisi di Singapura.
Baca SelengkapnyaUntuk memperoleh anggaran sebanyak itu harus dibarengi dengan peningkatan ekspor sawit.
Baca SelengkapnyaSebagai informasi, B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebesar 40 persen.
Baca SelengkapnyaKedepan, diyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaTantangan pengembangan biodiesel B50 kedepan bukan hanya pada pemenuhan bahan baku dari CPO tetapi di aspek hilir.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah menyiapkan program ini dengan bauran solar yang mencakup 40 persen bahan bakar nabati berbasis minyak sawit
Baca Selengkapnyamenteri ESDM menilai untuk mencapai B100 diperlukan peningkatan bertahap.
Baca SelengkapnyaFokus penelitian untuk peningkatan produksi biogas yang ramah lingkungan melalui tandan kosong kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaAsalkan dirinya terpilih menjadi presiden periode 2045-2029, Prabowo berjanji akan membawa Indonesia swasembada energi.
Baca Selengkapnya