Pertamina dituding jadi penyebab tingginya harga gas industri
Merdeka.com - Para pelaku industri di Medan, Sumatera Utara saat ini mengeluhkan biaya produksi yang tinggi. Lantaran, harga gas industri sangat tinggi sehingga para pelaku harus mengeluarkan biaya lebih untuk produksi.Pasalnya, kebutuhan gas industri sangat tinggi. Bahan bakar gas merupakan 40 persen biaya produksi industri. Industri di Medan mendapatkan pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Harga gas industri di Medan saat ini sebesar USD 14 per mmbtu.Tingginya harga gas di Medan tersebut lantaran PGN membeli gas dari pemasok yakni PT Pertagas, anak usaha PT Pertamina (Persero) dengan harga yang sangat tinggi. Pertagas menjual gas kepada PGN sebesar USD 13,7 per million metric british thermal unit (MMBTU)."Karena Pertagas kan sumber gasnya dari fasilitas regasifikasi LNG Arun. Di mana harga gas yang dijual adalah modal dari harga LNG plus regasifikasi plus toll fee pipa Arun ke Medan plus profit margin. Ya jelas saja harga ke industri di Medan tinggi. Ini salah satu contoh proyek yang punya sensitivitas unflexible karena banyak komponen harga yang dimasukkan," ujar Praktisi Migas Iwan Ratman di Jakarta, Senin (28/9).Berdasarkan informasi yang diperoleh merdeka.com, rincian harga jual gas dari Pertamina untuk industri di Medan adalah harga LNG USD 7,7 per mmbtu, Ongkos regasifikasi dan toll fee pipa transmisi serta margin keuntungan sebesar USD 6 per mmbtu. Sehingga totalnya USD 13,7 per mmbtu.Dengan kondisi tersebut, kata dia, industri di Medan banyak yang kolaps dan melakukan PHK besar-besaran. Untuk itu, dia meminta pemerintah untuk menurunkan harga gas LNG yang dijual ke Pertagas ke pembeli. Pertagas sendiri juga bisa menurunkan margin profit yang sangat besar."Sehingga Pertagas beli LNGnya murah. Terus Pertagas menurunkan biaya angkut pipa dan profit margin karena kondisi ekonomi lagi melambat. Kalau ini bisa dilakukan maka bisa nolong industri pengguna gas," pungkas dia. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak Maret 2024 BBM non-subsidi RON 92 tersebut belum disesuaikan, sementara itu pada awal Agustus lalu SPBU swasta kembali menaikkan harga BBM sejenis.
Baca SelengkapnyaSKK Migas berjanji akan menyeimbangkan semua proses harga gas melalui evaluasi penerapan HGBT.
Baca SelengkapnyaRoy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Baca SelengkapnyaHarga Pertamax saat ini Rp14.000 sementara di Pertashop Rp13.850 per liter.
Baca SelengkapnyaHarga BBM Pertamax atau Ron 92 kini dibanderol Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp12.400 per liter.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaTerdapat 7 sektor industri yang dikenai patokan harga gas di bawah harga keekonomian, senilai USD 6 per mmBtu.
Baca SelengkapnyaPertamina ikut melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi yang terdiri dari BBM gasoline, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaKenaikan ini dipengaruhi oleh pasokan gabah dari petani terbatas akibat panen padi di tingkat petani menurun.
Baca SelengkapnyaPertamina telah menaikkan harga Pertamax per 1 Oktober 2023 menjadi Rp14.000 per liter.
Baca SelengkapnyaPenyebabnya, konsumsi gas LPG setiap tahunnya terus meningkat.
Baca SelengkapnyaPertamina menaikkan harga BBM non subsidi per hari ini.
Baca Selengkapnya