Petani terabaikan, Guru Besar IPB pesimistis RI swasembada pangan
Merdeka.com - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Sentosa pesimistis pemerintahan saat ini bisa mewujudkan swasembada pangan. Sebab, petani sebagai garda terdepan dalam mewujudkan produksi pangan berkecukupan masih hidup memprihatikan.
"Saya pesimistis. Bagi saya bagaimana menjamin kepentingan petani kecil. Kita fokus petani, dimana 20-30 tahun terakhir ini diabaikan. Jadi kondisinya sudah lampu merah gelap," katanya dalam dikusi 'Pangan Kita' yang digagas merdeka.com, Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI), dan Institut Komunikasi Nasional (IKN), Jakarta, Senin (25/5).
Dia menyebut, penghasilan petani masih lebih rendah ketimbang upah minimum provinsi di Indonesia. Sebagai ilustrasi, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, upah minimum terendah tahun ini terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur, sebesar Rp 1,25 juta per bulan. Nah, penghasilan petani rata-rata hanya sekitar Rp 1,030 juta per bulan.
-
Kenapa petani di DIY miskin? Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
-
Mengapa penjualan petai petani muda ini menurun? Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis. Biasanya mereka bisa menjual hingga ribuan paket per hari. Dengan TikTok Shop ditutup, mereka hanya bisa menjual 100-an paket per hari.
-
Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani di Jawa Timur? “Kesejahteraan petani harus meningkat seiring dengan peningkatan produktifitas pertanian kita. Untuk itu saat panen raya kemarin, kami terus berkoordinasi dari hulu ke hilir agar jangan sampai harga jual petani turun“
-
Bagaimana Pemkot membantu para petani? Pemerintah melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), membantu mulai dari media tanam, bibit, pupuk, hingga instalasi hidroponik.
"Kita lihat nilai tukar petani ini turun. Padahal inflasi sudah mencapai 21 persen dalam tiga tahun terakhir," terangnya.
Parahnya, menurut Dwi, pemerintah lebih mementingkan perkebunan ketimbang pertanian. Ini dibuktikan dengan perluasan lahan kebun sawit lebih cepat ketimbang persawahan.
"Perluasan perkebunan selama 25 tahun meningkat 144 persen. Sedangkan sawah hanya meningkat 2,6 persen," ungkapnya. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Megawati ketika pidato dalam penutupan Rakernas V PDIP, di Ancol, Jakarta Utara
Baca Selengkapnya"Kalau pada masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor pertanian. Sekarang 25 persen."
Baca SelengkapnyaIndeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Baca SelengkapnyaBPS memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus beras akibat panen raya petani yang terjadi sejak Januari hingga April 2024.
Baca SelengkapnyaKemendag menyebut bahwa jika harga beras murah maka akan berimbas pada petani.
Baca SelengkapnyaCawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar menyampaikan visi misinya dalam debat Cawapres di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (21/1).
Baca SelengkapnyaKetahanan pangan sebenarnya tidak bergantung pada seberapa pintar atau hebatnya seorang Menteri Pertanian, melainkan pada kesediaan petani terus menanam padi.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.
Baca Selengkapnya