Populasi Warga Jepang Turun Drastis: Pendapatan Hilang karena Punya Anak
Merdeka.com - Jepang mengalami masalah serius dalam hal fertilitas. Tingkat kelahiran di Jepang bahkan di bawah 2,07. Angka ini merupakan tren kelahiran paling drastis dalam sejarah Jepang sejak tahun 2002.
Mengutip cabinet office Jepang, kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di Jepang, namun hampir seluruh negara industri mengalami tren penurunan populasi. Hanya saja penurunan populasi di Jepang sangat cepat dari perkiraan.
Cabinet office Jepang dalam situsnya menyampaikan pemicu rendahnya angka kelahiran di sana;
-
Apa penyebab rumah kosong di Jepang? 'alasan utama' rumah-rumah di Jepang dibiarkan kosong adalah 'karena populasi di luar Tokyo menurun dengan cepat, terutama di daerah-daerah seperti Tohoku, Hokkaido, dan kota-kota tua. Orang-orang meninggalkan rumah mereka begitu saja'.
-
Dimana rumah kosong di Jepang banyak? Akiya kini semakin banyak ditemukan di pinggiran kota-kota besar.
-
Mengapa STSS meningkat di Jepang? Penyebab pasti dari lonjakan kasus di Jepang masih belum diketahui, namun beberapa ahli percaya bahwa peningkatan ini mungkin terkait dengan pengurangan tindakan pencegahan higienis setelah pandemi COVID-19.
-
Data apa yang bocor di Jepang? Kebocoran data tersebut melibatkan nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, dan alamat.
-
Kenapa pejabat Jepang mengundurkan diri? Kejadian tersebut menyebabkan Presiden Sistem Pensiun Jepang, Toichiro Mizushima mengundurkan diri dari jabatannya.
-
Mengapa rumah di Jepang kosong? Akiya ('rumah kosong') ditinggalkan ketika penghuninya yang lanjut usia meninggal atau pindah ke panti jompo. Anggota keluarga yang masih hidup seringkali tidak ingin pindah ke properti tersebut karena tidak mampu menanggung biaya pembongkaran yang mahal.
1. Kecenderungan wanita dan pria Jepang untuk menunda menikah, tidak menikah, dan menunda memiliki anak.
Cabinet Office Jepang menjelaskan dalam situsnya, pada tahun 1980 persentase pria Jepang tidak menikah yaitu 28,5 persen dan wanita 20,9 persen. Kemudian, angka ini meningkat di tahun 2000 menjadi 31,8 persen untuk pria dan 23,7 persen untuk wanita.
Sepanjang periode 1980-2000 penduduk Jepang yang tidak menikah berada di usia 25-29 tahun.
Sementara di tahun 1980 rerata usia penduduk Jepang yang pertama kali menikah yaitu 27 tahun untuk pria dan 25 untuk wanita. Tren terus bergerak, di tahun 2002 penduduk Jepang yang pertama kali menikah yaitu 29 tahun untuk pria, dan 27 untuk wanita.
Selaras dengan dua tren tersebut, pasangan telah menikah dan memutuskan untuk menunda memiliki anak terus mengalami kenaikan.
2. Biaya Tinggi Memiliki Anak
Penduduk Jepang, dan orientasi negara industri, sangat kental dengan kalkulasi ekonomi. Hal ini pun menjadi pemicu penduduk enggan memiliki anak setelah menikah.
Penduduk Jepang memiliki anggapan bahwa pendapatan mereka akan hilang hanya karena melahirkan anak.
Ditambah lagi, jika memiliki anak orang tua wajib mengalokasikan biaya pendidikan sang anak. Sehingga, total biaya konsumsi akan meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
Sebab, biaya menyekolahkan anak ke sekolah menengah pertama dan atas swasta mencapai lebih dari 1 juta yen per tahun dan untuk menyekolahkan anak ke universitas swasta menghabiskan lebih dari 2 juta yen per tahun.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah orang asing yang tinggal di Jepang lebih dari 3,323 juta.
Baca SelengkapnyaAngka Kelahiran Anjlok, Produsen Popok Bayi di Jepang Pindah Haluan Bikin Popok Dewasa
Baca SelengkapnyaDi tengah pandemi Covid-19, jumlah pernikahan pada tahun 2020 turun ke level terendah sejak akhir Perang Dunia II.
Baca Selengkapnya51 persen perusahaan di seluruh sektor di Jepang merasa ada kekurangan karyawan.
Baca SelengkapnyaRumah kosong tidak hanya rumah lama, atau yang dijadikan penginapan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data PBB, ada enam negara Asia juga mengalami krisis angka kelahiran.
Baca SelengkapnyaDi tahun tersebut, jumlah populasi lansia berada angka tertinggi.
Baca SelengkapnyaSembilan negara ini rela "bagi-bagi" uang supaya warganya punya anak dan bisa menambah serta menjaga perekonomian suatu negara.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk China menjadi keunggulan kompetitif bagi pertumbuhan industri dan tenaga kerja murah.
Baca SelengkapnyaMakin Banyak Rumah Kosong Terbengkalai di Jepang, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca SelengkapnyaNegara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca Selengkapnya