Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Produk Tembakau yang Dipanaskan Diharapkan Jadi Alternatif Kurangi Jumlah Perokok RI

Produk Tembakau yang Dipanaskan Diharapkan Jadi Alternatif Kurangi Jumlah Perokok RI Ilustrasi rokok elektrik. ©Shutterstock/ppi09

Merdeka.com - Jumlah perokok di Indonesia tergolong sangat banyak. Menurut laporan Southest Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang bejudul The Tobacco Control Atlas, ASEAN Region menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di ASEAN, yakni mencapai 65,1 juta orang. Kemudian Filipina dengan jumlah terbanyak kedua, yakni sebanyak 16,5 juta.

Saat ini, produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco product) diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif untuk membantu perokok dewasa berhenti merokok. Meski tetap memiliki risiko, namun diklaim lebih rendah apabila dibandingkan dengan rokok konvensional.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menjelaskan, cara kerja pada produk tembakau yang dipanaskan tidak melalui proses pembakaran. Batang tembakau asli yang merupakan bahan bakunya, dimasukkan ke dalam perangkat lalu dipanaskan. Karena prosesnya adalah pemanasan, maka yang dihasilkan adalah uap, bukan asap.

"Jika mengedepankan data, produk ini lebih rendah risiko dibandingkan rokok yang dibakar. Memang tidak 100 persen bebas risiko kesehatan, namun produk ini dapat menjadi alternatif bagi perokok dewasa yang masih ingin mendapatkan akses mengonsumsi nikotin melalui produk yang menyerupai rokok," katanya di Jakarta, Selasa (29/10).

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Institut Federal Jerman untuk Penilaian Risiko (German Federal Institute for Risk Assessment) pada 2018 lalu. Hasil riset itu menyatakan produk tembakau yang dipanaskan memiliki tingkat toksisitas (tingkat merusak suatu sel) yang lebih rendah hingga 80-99 persen daripada rokok.

Hasil penelitian dari UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menunjukkan kesimpulan yang positif bagi produk tembakau yang dipanaskan. COT menyimpulkan bahwa produk tersebut mengurangi bahan kimia berbahaya sebesar 50 hingga 90 persen dibandingkan dengan asap rokok.

Dengan fakta-fakta dari kajian ilmiah tersebut, menurut Amaliya, produk tembakau yang dipanaskan layak menjadi alternatif bagi para perokok dewasa yang ingin berhenti merokok secara bertahap.

"Publik masih menganggap produk ini sama berbahayanya dengan rokok, padahal sejumlah hasil kajian ilmiah menunjukkan yang sebaliknya. Nilai lebih dari produk ini karena juga sudah melalui uji ilmiah oleh U.S. Food and Drug Administration," tegasnya.

Di Amerika Serikat, salah satu merek dari produk tembakau yang dipanaskan terlebih dahulu dikaji selama dua tahun oleh U.S. Food and Drug Administration (U.S. FDA). Setelah hasilnya menunjukkan produk tersebut sesuai untuk perlindungan kesehatan masyarakat, U.S. FDA mengizinkan perangkat tersebut dijual.

Menurut mantan Komisioner U.S. FDA, Scott Gottlieb, lamanya proses pengujian merupakan standar yang harus diikuti. "Tentu ini bukan proses yang cepat dan murah, Anda harus melakukan beberapa kajian untuk membuktikan bahwa produk Anda tidak lebih berbahaya daripada rokok sehingga dapat membantu perokok dewasa untuk berhenti. Tetapi, itu standar yang sesuai dengan hukum," tegasnya.

Scott meyakini proses yang dijalani oleh produk tembakau yang dipanaskan itu tidak diikuti para produsen rokok elektrik. Hasilnya terlihat saat ini, banyak kasus kesehatan yang disebabkan penggunaan rokok elektrik. "Sejauh ini, belum ada perusahaan rokok elektrik yang telah bersedia terlibat dalam proses itu dan mengajukan aplikasi. Prosesnya terbuka, mereka bisa melakukannya bertahun-tahun yang lalu," katanya.

Kenaikan Cukai Tekan Perokok

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Heru Pambudi menyebut bahwa salah satu alasan pemerintah menaikkan cukai rokok ialah untuk menekan konsumsi.

Pengendalian konsumsi ini menurutnya penting untuk direalisasikan, mengingat jumlah perokok di kalangan anak muda secara statistik tercatat mengalami peningkatan.

"Itu (turun konsumsi) lebih dari 1,2 persen pasti. Ini bagus untuk kesehatan juga karena satu yang dicatat salah satu pertimbangannya adalah pengendalian konsumsi. Memang kita menyadari bahwa ada gejala peningkatan konsumsi rokok dikalangan anak-anak," tuturnya di Jakarta, Sabtu (14/9).

"Kedua ini berkaitan dengan produktivitas, karena orang yang sakit tentu tidak akan sama produktivitasnya dengan yang tidak sakit. Meskipun sakit tidak semata-mata karena rokok, itu sebagai tambahan terhadap pertimbangan pertama. Memang, pertimbangan kedua adalah industri yang tidak boleh kemudian terdisturbed secara drastis," lanjut dia.

Heru menjelaskan, meski diprotes dari kalangan pengusaha, pihaknya menegaskan bahwa kenaikan perlu diimplementasi sebab pemerintah tidak menaikkan cuka rokok pada tahun ini.

"Sebenarnya itu tadi, harus dipahami bahwa kenaikan ini hitung-hitungannya adalah dua tahun karena tahun 2019 itu tidak naik," kata dia. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Inovasi Jadi Solusi Kurangi Dampak Bahaya Tembakau
Inovasi Jadi Solusi Kurangi Dampak Bahaya Tembakau

Pemanfaatan produk tembakau alternatif juga dapat menjadi salah satu strategi untuk menurunkan prevalensi merokok.

Baca Selengkapnya
Bahaya Rokok Elektrik bagi Kesehatan Tubuh, Wajib Tahu
Bahaya Rokok Elektrik bagi Kesehatan Tubuh, Wajib Tahu

Penggunaan rokok elektrik terus meningkat di berbagai belahan dunia, memunculkan pertanyaan akan keamanaannya.

Baca Selengkapnya
Cara Berhenti Merokok dari Dalam Diri, Bisa Dimulai dari Sering Bersyukur
Cara Berhenti Merokok dari Dalam Diri, Bisa Dimulai dari Sering Bersyukur

Dalam mencoba berhenti merokok ini, kemauan diri yang kuat sangat penting untuk dimiliki.

Baca Selengkapnya
Amankah Konsumsi Rokok Elektrik? Begini Penjelasan Pelaku Usaha
Amankah Konsumsi Rokok Elektrik? Begini Penjelasan Pelaku Usaha

Kajian ilmiah yang komprehensif dan menyeluruh perlu segera dilakukan oleh pemerintah sebagai dasar pembuatan kebijakan.

Baca Selengkapnya
Penelitian Buktikan Berhenti Merokok Sebelum Usia 40 Tahun Bisa Perpanjang Usia
Penelitian Buktikan Berhenti Merokok Sebelum Usia 40 Tahun Bisa Perpanjang Usia

Berhenti merokok sebelum usia 40 tahun bisa memiliki efek panjang umur sama seperti pada orang yang tidak pernah merokok.

Baca Selengkapnya
7 Makanan yang Ampuh Mengatasi Kebiasaan Merokok, Dijamin Berhenti Total
7 Makanan yang Ampuh Mengatasi Kebiasaan Merokok, Dijamin Berhenti Total

Berhenti merokok merupakan hal yang diharapkan oleh banyak orang. Sejumlah makanan ternyata bisa membantu untuk berhenti merokok.

Baca Selengkapnya
Jumlah Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Butuh Upaya dari Pemerintah untuk Mengurangi
Jumlah Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Butuh Upaya dari Pemerintah untuk Mengurangi

Indonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.

Baca Selengkapnya
Data Kemenkes: Pengguna Rokok Elektrik Meningkat
Data Kemenkes: Pengguna Rokok Elektrik Meningkat

Ada kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.

Baca Selengkapnya
Tak Turunkan Jumlah Perokok, Pemerintah Diminta Kaji Ulang Struktur Tarif Cukai Rokok
Tak Turunkan Jumlah Perokok, Pemerintah Diminta Kaji Ulang Struktur Tarif Cukai Rokok

Banyak orang beralih ke rokok murah dengan risiko yang lebih berbahaya

Baca Selengkapnya
Kampanye Anti-Rokok dari Remaja Putri Bisa Jadi Cara Efektif Cegah Munculnya Remaja Perokok
Kampanye Anti-Rokok dari Remaja Putri Bisa Jadi Cara Efektif Cegah Munculnya Remaja Perokok

Upaya menekan kemunculan pelajar perokok bisa dilakukan dengan kampanye antirokok yang efektif.

Baca Selengkapnya
Benarkah Produk Tembakau Alternatif Jadi Penyebab Kanker? Begini Penjelasan Ahli Internasional
Benarkah Produk Tembakau Alternatif Jadi Penyebab Kanker? Begini Penjelasan Ahli Internasional

Kandungan utama yang terdapat produk tembakau alternatif adalah nikotin, yang selama ini dipersepsikan secara keliru sebagai biang keladi penyebab kanker.

Baca Selengkapnya
Tak Hanya Karena Cukai Tinggi, Struktur Tarif Picu Pergeseran Konsumsi Rokok
Tak Hanya Karena Cukai Tinggi, Struktur Tarif Picu Pergeseran Konsumsi Rokok

Angka prevalensi perokok tetap tinggi dan penerimaan negara belum optimal

Baca Selengkapnya