Proyeksi 2022: Ekonomi Global Melambat, China Bakal Jadi Terkuat dan Terbesar
Merdeka.com - Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan berjalan melambat pasca masa pemulihan ekonomi pada 2022 hingga tahun-tahun setelahnya. Namun demikian, China bakal tampil sebagai negara ekonomi terbesar dunia pada masa-masa seperti ini.
Rangkuman tersebut disampaikan Executive Analyst Bank Indonesia (Beijing), Firman Hidayat saat sosialisasi terkait implementasi Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dan China, Rabu (24/11). Informasi itu dimaksudkan untuk memberi sudut padang kepada pengusaha akan proyeksi ekonomi di masa depan.
Merujuk pada perkiraan International Monetary Fund (IMF), Firman mengatakan, pertumbuhan ekonomi global 2022 dan seterusnya berpotensi lebih kecil dari masa pemulihan pada 2021 ini.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
Selanjutnya, akan ada divergensi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. Proyeksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, di mana pada 2021 akan tumbuh 5,2 persen dan menciut jadi 4,5 persen di tahun depan.
"Namun di tahun berikutnya setelah 2022, pertumbuhan ekonomi negara maju akan kembali ke level pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi, bahkan bisa lebih rendah," ujar Firman, Rabu (24/11.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang memang akan melambat, namun cenderung akan stabil. Tentunya, sambung Firman, akan ada peran krusial dari perekonomian China. "Kita semua paham China saat ini menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Kontribusi atau share PDB China terhadap dunia mencapai 18 persen," kata dia.
"Pesan yang akan kami sampaikan adalah bahwa ekonomi Tiongkok telah menjadi mesin pendorong pemulihan ekonomi global pada 2020 hingga 2022 dan tahun-tahun berikutnya," sambungnya.
China Jadi Satu-satunya Tumbuh Positif
China disebut Firman jadi satu-satunya negara dunia yang bisa tumbuh positif saat masa-masa awal pandemi Covid-19. Pada 2021 ini, ekonomi Negeri Tirai Bambu diperkirakan bakal melesat hingga 8 persen, namun turun sedikit jadi 5,6 persen di 2022.
Sementara Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sempat menyampaikan prediksi perekonomian global versi Bank sentral, di mana di sepanjang tahun 2021 ini mencapai 5,7 persen, dan turun jadi 4,4 persen pada 2022.
"Yang perlu kita perhatikan adalah, bahwa path-nya di 2021 tumbuh tinggi, 2022 akan cenderung melambat. Kami telah mengamati, China akan jadi high income country pada 2025, dan menargetkan akan meningkatkan nominal PDB-nya menjadi dua kali lipat pada 2035," paparnya.
"Apabila China bisa mewujudkan target ini, tentunya China akan berpeluang besar menjadi ekonomi terbesar dunia."
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca SelengkapnyaRamalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaLoyonya perekonomian China dipengaruhi oleh terus melemahnya permintaan domestik. Kondisi ini diperparah oleh kinerja properti yang masih belum menggembirakan.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaDi lain pihak, pemerintah negara barat dan industri menghadapi stimulus fiskal yang sangat terbatas.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya