Proyeksi 2022, Sektor Penopang Pertumbuhan dan Tantangan Ekonomi Tahun Depan
Merdeka.com - Kementerian Keuangan mencatatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 akan tumbuh di angka 5,2 persen. Capaian tersebut diramal banyak ditopang dari kinerja sektor industri dan perdagangan.
Dua sektor tersebut digadang-gadang menjadi penyumbang utama perekonomian nasional. Hal ini seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 di Tanah Air. Belum lagi efek domino yang dihasilkan dari kinerja kedua sektor tersebut.
"Sektor industri dan perdagangan akan meningkat dan menjadi penyumbang utama pertumbuhan tahun 2022," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (21/12).
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total pertumbuhan industri pengolahan sampai kuartal III-2021 sebesar 3,68 persen. Angka ini lebih rendah dari capaian pada kuartal II-2021 yang tumbuh hingga 6,91 persen. Namun tidak lebih baik dari kuartal I pada tahun yang sama sebesar -1,38 persen.
Masih dari sumber yang sama, kinerja industri non migas pada sepanjang tahun 2021 yakni 0,71 persen pada kuartal I-2021, 6,91 persen pada kuartal II dan 4,2 persen pada kuartal III. PMI Manufaktur Indonesia sampai November telah mencapai 53,9 atau berada di zona ekspansif.
Kinerja sektor perdagangan selama tahun 2021 juga mengalami pola yang tidak jauh berbeda dengan sektor industri. Secara berturut-turut, kinerja sektor perdagangan di kuartal I tumbuh -1,23 persen, kuartal II tumbuh 9,45 persen dan pada kuartal III mengalami penurunan dengan tumbuh 5,16 persen.
Meski dua sektor tersebut pada kuartal III mengalami penurunan, namun kinerja sektor industri dan sektor perdagangan diperkirakan terus meningkat.Hal ini seiring dengan melandainya kasus Covid-19 jelang tahun 2022 dan kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat yang diperlonggar.
"Pertumbuhan tahun 2022 seiring melandainya Covid-19 sehingga mobilitas akan meningkat," kata Iskandar.
Sektor Lain Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Sektor lainnya yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yakni telekomunikasi dan teknologi serta sektor kesehatan. Dua sektor ini terus mencatatkan kinerja postifi sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Mengingat keduanya menjadi sektor yang penting dalam penanganan dan adaptasi dengan keadaan. Kemudian disusul dengan peningkatan di sektor pertanian yang didukung program food estate dan iklim yang baik.
"Disusul sektor pertanian seiring dibukanya food estate dan iklim yang baik," kata Iskandar.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira sepakat sektor telekomunikasi dan teknologi masih akan menyokong pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022. Terlebih kebutuhan internet dn digitalisasi terus bertambah karena berbagai pembatasan sosial masih berlangsung.
Selain itu, Bhima menilai sektor pendongkrak lainnya yakni pertambangan dan perkebunan. Harus diakui, krisis akibat pandemi ini membuat harga-harga komoditas terus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya permintaan dari global.
"Sektor pertambangan dan perkebunan karena ada booming kenaikan harga komoditas," kata Bhima saat dihubungi secara terpisah.
Sektor industri makanan dan minuman juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena sangat sensitif dengan peningkatan sektor konsumsi rumah tangga. Hanya saja, sektor properti, khususnya untuk hunian apartemen di pusat kota belum akan membaik.
Dia memperkirakan sistem kerja dari jarak jauh atau dari rumah masih akan berlangsung di tahun depan. Sehingga bisnis di sektor ini masih belum banyak berkontribusi pada perekonomian nasional.
"Sehingga hunian di sekitar perkantoran masih akan sepi," kata Bhima.
Tantangan Perekonomian 2022
Terkendalinya Covid-19 di Indonesia memang membuat pemerintah optimistis mencatatatkan kinerja perekonomian yang positif di 2022. Namun hal itu tidak bermakna pemulihan ekonomi tidak memiliki tantangan.
Iskandar menilai tantangan terbesar datang dari perekonomian global yakni tappering off dari The Fed. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat tersebut bisa mengakibatkan tingkat suku bunga di dalam negeri.
"Tapering off the fed AS bisa meningkatkan suku bunga," kata Iskandar.
Meski begitu, Iskandar menilai dampak tappering off tersebut tidak akan terlalu berdampak besar bagi Indonesia. Sebab suku bunga utang (bond) Indonesia masih di kisaran 5 persen. Sehingga masih bisa menahan dampak dari tappering off.
Apalagi cadangan devisa negara juga cukup besar. Sampai akhir November 2021, posisi cadangan devisa mencapai USD 145,9 miliar. Angka tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Termasuk berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. "Ditambah lagi cadangan devisa Indonesia yang cukup besar," kata Iskandar.
Selain itu, Bhima menilai tantangan besar perekonomian nasional yakni kenaikan inflasi. Pemerintah memang memperkirakan kenaikan inflasi masih dalam batas 3 persen. Namun Bhima meramalkan bisa tembus hingga 5 persen secara tahunan.
"Inflasi 2022 bisa mencapai 4-5 persen secara tahunan," kata dia.
Kenaikan tersebut dipicu berbagai faktor. Salah satunya nilai tukar rupiah yang diperkirakan melemah. Pelemahan bisa menyebabkan harga barang impor lebih mahal. Biaya produksi juga mengalam peningkatan, sehingga akan berdampak pada kenaikan harga-harga produk. Termasuk kenaikan harga kebutuhn pokok yang disebabkan faktor cuaca ekstrem.
Tak hanya itu, kenaikan inflasi juga dipicu implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Salah satunya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen per April 2022.
Untuk itu dia menilai, masyarakat Indonesia harus siap menghadapi potensi kenaikan inflasi. Sebab hal ini bisa membuat harga-harga kebutuhan naik. "Jadi Indonesia harus siap inflasinya akan lebih tinggi karena harga kebutuhan pokok seperti kebutuhan dasar yang penting," kata dia mengakhiri.
(mdk/bim)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menko Airlangga optimis target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen tahun ini tercapai, meski sejumlah harga komoditas unggulan terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo mengungkapkan, kinerja ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah ketidakpastian global didukung oleh bauran kebijakan BI dan pemerintah.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaPlt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, kelima sektor ini berkontribusi sebesar 64,94 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Baca SelengkapnyaDia bilang proyeksi ekonomi tumbuh hingga 5,5 persen ditopang oleh sektor investasi yang terus tumbuh. Khususnya investasi bangunan.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024
Baca SelengkapnyaBahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 ditopang oleh kinerja positif di semua sektor.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnya