Proyeksi dan Analisa Manulife pada Pasar Saham dan Obligasi Indonesia 2019
Merdeka.com - Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Freddy Tedja, menyebutkan dua bulan pertama di 2019 pasar saham dan obligasi mengalami penguatan. Kondisi tersebut persis terjadi di tahun sebelumnya.
Akan tetapi, di 2018 lalu pasar saham sampai akhir tahun ditutup negatif. Lantas bagaimana kondisi pasar saham dan obligasi di tahun ini? "Menjawab pertanyaan, apakah di bulan Maret 2019, pasar akan turun sampai akhir tahun, mengikuti pola yang sama seperti tahun lalu? Kita tidak tahu," kata dia dalam keterangan resminya, Selasa (19/3).
Meski kondisi pasar tidak dapat dipastikan dengan tepat, dia menuturkan ada beberapa indikator dan sentimen yang dapat ditelaah dan dibandingkan di dua bulan pertama tahun ini dengan tahun 2018.
-
Kapan waktu terbaik beli saham? Tiga waktu terbaik beli saham 1. Buy On Weakness yakni membeli ketika harga saham sudah turun ke level tertentu yang aman untuk dibeli. Dengan ini, para investor tak perlu mengeluarkan tabungan lebih dalam untuk membeli saham.2. Buy If/On Breakout ialah membeli ketika harga saham berhasil menembus level tertentu atau naik menembus resistance (level tertingginya). Aspek ini penting untuk mengukur kedalaman pasar hingga peluang jangka panjang.3. Buy on Retracement atau membeli saham setelah terjadi breakout atau harga bawah. Saham yang berhasil breakout pada umumnya akan langsung mengalami kenaikan yang kencang sehingga untuk memperoleh keuntungan.
-
Kenapa investasi emas dianggap minim risiko? Risiko investasi emas ini terbilang sangat minim karena harganya yang cenderung stabil bahkan naik menjadikannya lebih aman. Tak hanya itu saja, investasi emas terbilang aman karena tidak akan terdampak inflasi,' tulis Pegadaian dilansir Kamis (14/11).
-
Kenapa emas pilihan investasi yang aman? Investasi emas menjadi pilihan lantaran nilai logam mulia yang konsisten, pengembalian yang andal, dan likuiditas yang tinggi.
-
Siapa yang menilai sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana saham bisa untung? Selain dividen, keuntungan lain yang dapat diperoleh berasal dari capital gain, yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham. Ketika harga saham meningkat, investor dapat menjualnya untuk meraih keuntungan.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko saham? Riset dengan Baik Biar Nggak Terjebak Perlu dipahami kalau nggak ada saham yang performanya selalu baik sepanjang waktu. Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
"Ada lima indikator yang bisa kita teliti. Pertama, adalah ekspektasi pertumbuhan ekonomi. Kedua, sentimen-sentimen yang ada di pasar finansial. Ketiga, kebijakan moneternya seperti apa. Keempat adalah valuasi aset di pasar finansial. Dan kelima adalah arus dana masuk dan keluar," ujarnya.
Dia menjelaskan, ekspektasi pertumbuhan ekonomi global di tahun lalu diproyeksikan terus menguat. Apalagi ditopang adanya pemotongan pajak di Amerika Serikat. Karena ekspektasi yang sangat tinggi, jika ada sesuatu kekecewaan kecil saja, membuat pasar bergejolak.
"Kebalikannya di tahun ini, ekspektasi pertumbuhan ekonomi rendah. Kita sudah tahu, bahwa pertumbuhan ekonomi global proyeksinya diturunkan, sudah dua sampai tiga kali. Jika sampai ada sedikit kejutan yang baik, hal ini bisa menopang pasar finansial. Itu perbedaannya. Ekspektasi tahun lalu cenderung ketinggian, sementara saat ini ekspektasi sudah berada di level yang sangat rendah," ujarnya.
Yang kedua adalah sentimen yang ada di pasar finansial. Tahun lalu di bulan Maret, berita-berita mengenai trade war atau konflik perdagangan antara AS dan China mulai muncul. Kebalikannya, di Maret ini berita yang tersebar adalah mengenai negosiasi untuk mencari solusi yang bahkan sudah semakin mengerucut. "Jadi sangat berbeda. Tahun lalu, eskalasi, saling berbalas pengenaan tarif, tidak ada yang mau mengalah. Sementara saat ini, kedua negara cenderung untuk mencari solusi." ungkapnya.
Kemudian yang ketiga dari sisi kebijakan moneter. Tahun lalu, The Fed sangat agresif dalam mengerek suku bunga acuannya yang naik hingga 4 kali. Hal tersebut otomatis membuat negara lain terpaksa menaikkan suku bunganya karena mata uangnya melemah, sementara tahun lalu dolar AS sangat menguat.
"Kebalikannya, di tahun ini The Fed sudah tidak seagresif tahun lalu. Proyeksi kenaikan tahun ini hanya naik satu sampai dua kali saja. Pada negara-negara lain, termasuk Indonesia, tekanan untuk menaikkan suku bunga sudah jauh berkurang. Apalagi mata uang rupiah saat ini sudah semakin stabil, berbeda dengan tahun lalu," ujarnya.
Keempat adalah valuasi aset dimana tahun lalu, ditengah optimisme pertumbuhan ekonomi global. Valuasi pasar saham Asia dan Indonesia, keduanya berada di level premium, yang cenderung lebih mahal di atas rata-rata lima tahun. Saat ini, valuasi pasar saham Asia dan Indonesia, keduanya berada di level yang lebih wajar, setelah sepanjang akhir tahun lalu juga mengalami penurunan.
"Kelima, pergerakan arus dana investor asing keluar dan masuk dari Indonesia. Sedikit mundur, yang terjadi di tahun 2017, IHSG naik hampir 20 persen (19,99 persen). Kondisi ini membuat, investor asing di awal 2018, dengan leluasa bisa keluar dari Indonesia, profit taking, ketika saat itu terjadi gonjang-ganjing trade war," ujarnya.
Namun di tahun ini hal sebaliknya yang terjadi. Dengan perbaikan arah negosiasi perdagangan AS dengan China. Kemudian kebijakan moneter yang tidak seketat tahun lalu, juga stabilitas nilai tukar di Asia dan Indonesia yang mulai terjadi, arahnya berbalik. Tahun ini, trennya adalah investor asing masuk kembali ke emerging market, ke Asia, termasuk juga ke Indonesia.
Tahun ini diperkirakan merupakan waktu yang aman untuk berinvestasi sebab semua faktor yang terjadi di tahun lalu tidak muncul di tahun 2019. "Semua pemicu penurunan yang terjadi di bulan Maret tahun lalu tidak terjadi di 2019. Saat ini boleh dibilang hampir semuanya sudah tidak ada. Kondisi (saat ini) sudah sangat berbeda, sangat berubah, jauh lebih kondusif. Selamat berinvestasi," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BRI Danareksa Sekuritas menggelar acara Market Outlook bertajuk Strategi Investasi Memasuki Tahun Politik.
Baca SelengkapnyaBerikut dampak pemilihan presiden bagi para investor.
Baca SelengkapnyaPemilu 2024 akan diselenggarakan secara serentak pada Rabu, 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaDi tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.
Baca SelengkapnyaMemasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, risiko itu sulit diprediksi karena minim data historis. Maka, industri asuransi dan reasuransi bisa mengambil peran untuk menjamin ketidakpastian.
Baca SelengkapnyaDi tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaIHSG sempat menyentuh 7300-an mendekati penutupan perdagangan akhir tahun 2023.
Baca Selengkapnyakondisi ini juga lumrah terjadi di sejumlah negara. Bahkan, sekelas negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS) hingga China.
Baca Selengkapnya