Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Putus kontrak JP Morgan, Indonesia dinilai konyol tak terima kritik

Putus kontrak JP Morgan, Indonesia dinilai konyol tak terima kritik sri mulyani. ©2015 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Kementerian Keuangan memutuskan hubungan kerja sama dengan JP Morgan Chase Bank. Keputusan ini tertulis dalam Surat Menteri Keuangan Nomor S-1006/MK.08/2016 yang diterbitkan pada 17 November 2016.

JP Morgan telah bekerja sama dengan Indonesia sejak 1968 dengan nama Chase Manhattan. Sejak 2012, JP Morgan menjadi salah satu bank underwriter surat utang pemerintah dengan nilai penjualan obligasi mencapai USD 14 miliar, termasuk USD 3,4 miliar tahun lalu. Demikian menurut data Dealogic.

Indonesia memutus kontrak JP Morgan karena menurunkan peringkat surat utang Indonesia sebanyak dua tingkat. Peringkat surat utang Indonesia turun dari overweight menjadi underweight.

Orang lain juga bertanya?

Kepala Strategi mata uang dari Brown Brothers Harriman, Win Thin mengatakan, keputusan Indonesia menggambarkan bahwa negara tak terima dikritik. Bahkan dari perusahaan yang memiliki kewajiban menyediakan data penelitian untuk klien mereka.

"Ini membuat saya tidak nyaman karena saya melihat pemerintah (Indonesia) berusaha mempengaruhi analis independen. Indonesia menurut saya sedikit konyol dan ini membuktikan betapa sensitifnya pemerintah," katanya seperti ditulis CNN, Rabu (4/1).

Ironisnya, penilaian JP Morgan terhadap ekonomi Indonesia cukup positif. Penelitian itu mengungkapkan bahwa investor akan mendapatkan kesempatan lebih baik untuk membeli surat utang Indonesia.

Para analis mengatakan, penurunan surat utang Indonesia disebabkan faktor eksternal seperti terpilihnya Trump menjadi presiden AS dan naiknya suku bunga The Fed. Kebijakan ini akan memberi pengaruh buruk pada ekonomi negara berkembang.

Sebelumnya, seorang juru bicara JP Morgan mengatakan bahwa mereka akan tetap beroperasi di Indonesia seperti biasa. "Dampak pada klien kami sangat kecil dan kami terus bekerja dengan Kementerian Keuangan menyelesaikan masalah ini," kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip dari CNBC, Rabu (4/1).

Dia juga menjelaskan alasan menurunkan peringkat surat utang Indonesia. Salah satu satunya adalah karena meningkatnya risiko kegagalan utang setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.

"Pasar obligasi bergerak cepat dan defisit keuangan semakin lebar. Lonjakan volatilitas mungkin akan berhenti dan berbalik."

Penurunan peringkat utang untuk Indonesia dan Brasil bersifat taktis menanggapi kemenangan Trump. Ekonomi kedua negara memang baik tapi tingkat kebijakan pemerintah yang rendah cenderung akan berakibat membalik di 2017.

"Trump mengisyaratkan kebijakan perdagangan lebih protektif dan meningkatkan kekhawatiran tentang dampak pada pasar berkembang."

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Tarik Utang Rp407 Triliun Sepanjang 2023
Pemerintah Tarik Utang Rp407 Triliun Sepanjang 2023

Sri Mulyani menjabarkan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 sebesar Rp308,7 triliun.

Baca Selengkapnya
Turun Tipis, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.087 Triliun per Oktober 2023
Turun Tipis, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.087 Triliun per Oktober 2023

Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.

Baca Selengkapnya
Prabowo Subianto Sebut Rasio Utang Indonesia Terendah di Dunia, Cek Dulu Datanya
Prabowo Subianto Sebut Rasio Utang Indonesia Terendah di Dunia, Cek Dulu Datanya

Di Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.079 Triliun
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.079 Triliun

ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)

Baca Selengkapnya
Naikkan Credit Rating, Prabowo Ingin Utang dengan Bunga Rendah
Naikkan Credit Rating, Prabowo Ingin Utang dengan Bunga Rendah

Pencapaian credit rating Indonesia saat ini masih relatif stabil.

Baca Selengkapnya
Turun Tipis, Utang Indonesia Tinggal Rp6.206 Triliun per Agustus 2023
Turun Tipis, Utang Indonesia Tinggal Rp6.206 Triliun per Agustus 2023

Angka ini turun dibandingkan ULN akhir Juli 2023 sebesar USD397,1 miliar.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Banggakan Utang Indonesia Turun Kalahkan Malaysia Hingga China
VIDEO: Jokowi Banggakan Utang Indonesia Turun Kalahkan Malaysia Hingga China

Presiden Jokowi membanggakan penurunan utang Indonesia usai pandemi.

Baca Selengkapnya
Media Vietnam Prediksi Peringkat Timnas Indonesia di FIFA Bakal Melorot Usai Lawan Arab Saudi
Media Vietnam Prediksi Peringkat Timnas Indonesia di FIFA Bakal Melorot Usai Lawan Arab Saudi

Media Vietnam, Soha, memprediksi peringkat Indonesia di FIFA bakal turun.

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Pemerintah Turun Jadi Rp6.489 Triliun, Ini Penyebabnya
Utang Luar Negeri Pemerintah Turun Jadi Rp6.489 Triliun, Ini Penyebabnya

Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2024 menurun.

Baca Selengkapnya
BI: Investasi Internasional Indonesia Triwulan II-2024 Turun, Ini Penyebabnya
BI: Investasi Internasional Indonesia Triwulan II-2024 Turun, Ini Penyebabnya

PII Indonesia mencatat kewajiban neto USD247,3 miliar, turun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan I-2024 sebesar USD253,9 miliar.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024

Kemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.

Baca Selengkapnya