Raih untung besar, petani kelapa sawit beralih tanam holtikultura
Merdeka.com - Petani kelapa sawit di Pekanbaru, Riau saat ini telah beralih menjadi penanam holtikultura. Hal ini disebabkan petani Suryono yang sukses meraup untung Rp 15 juta per bulan dengan menjadi petani holtikultura.
"Setelah mereka melihat saya berhasil, akhirnya banyak yang mengikuti. Sedikitnya ada tiga sampai empat orang yang membabat sawit mereka, bahkan sampai pinjam alat penumbangnya ke saya," ujar Suryono seperti dilansir Antara, Rabu (16/11).
Suryono mulai beralih dari kelapa sawit ke sayuran sejak 2013, karena melihat permintaan sayuran di daerah itu sangat tinggi. Pasokan sayuran di sana sangat bergantung pada suplai dari Kota Pekanbaru serta Provinsi Sumatera Barat.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Apa yang sukses dari keluarga petani itu? Dalam unggahan tersebut disebutkan orang tua Leo adalah seorang petani yang hidup sederhana. Video itu sudah ditonton hingga lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan banyak respons positif dari warganet.'Yang hebat bukan anaknya tapi ortunya,' tulis akun tiktok @_delxxx dalam kolom komentar.'Keren orang tuanya… ,' tulis akun @nuning_callista.
-
Siapa pengusaha kaya yang membangun pabrik kelapa sawit di Sumatera? Tahun 1991, Wilmar berhasil membangun pabrik pengolahan minyak sawit pertama sekaligus membeli kebun kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Pulau Sumatra.
-
Bagaimana Suswono berkontribusi di bidang pertanian? Sebagai Menteri Pertanian, Suswono bertanggung jawab atas kebijakan dan program yang berkaitan dengan sektor pertanian di Indonesia, melanjutkan komitmennya untuk meningkatkan produksi dan ketahanan pangan nasional.
-
Bagaimana cara Sulsel meningkatkan kesejahteraan petani? Budidaya pisang cavendish ini merupakan solusi untuk peningkatan kesejahteraan para petani.
Untuk itu, Suryono mulai menaman beberapa jenis sayuran antara lain kangkung, bayam, cabai, melon, semangka, kacang panjang, timun, pepaya dan jagung. Ketika menjadi petani sawit dengan lahan dua hektare, Suryono hanya mampu meraih penghasilan maksimal sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan.
Petani lain yang mulai beralih dari sawit ke sayuran. Salah satunya, Makmur. Dia mengaku tertarik fokus menanam sayuran karena ada contoh yang sudah berhasil.
Sebelumnya, ia memiliki 2,5 hektare kebun sawit namun hasil yang didapatkan tidak cukup untuk kebutuhan hidup, bahkan Makmur terpaksa sempat menjual setengah hektare tanahnya.
"Sudah mati-matian saya bertani sawit tapi hasilnya masih kurang, jadi terpaksa harus cari kerja sampingan lain. Sekarang saya matikan semua sawit saya dan tanam sayur saja," kata Makmur.
Beberapa tahun terakhir petani setempat mulai terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari PT Asia Pulp & Paper-Sinar Mas.
Program DMPA itu membantu petani mulai dari modal. fasilitas untuk infrastruktur pertanian, hingga bantu pemasaran hasil panen hortikultura.
"Dari DMPA saya dapat bantuan alat berat untuk bikin embung air, pembuatan infrastruktur jalan ke kebun sampai bantu memasarkan hasil panen seperti jagung dan melon ke karyawan pabrik," kata Suryono.
Sementara itu, Direktur Hubungan Strategis Korporat Asia Pulp & Paper (APP) Elim Sritaba , mengatakan pelaku usaha di sektor kehutanan dapat ikut mendorong keterlibatan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan.
Kerja sama semua pihak sangat krusial untuk mencapai komitmen pengurangan emisi melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan, sekaligus pemberdayaan masyarakat desa.
"Warga desa adalah nadi dari segala upaya konservasi dan restorasi hutan. Inilah yang perlu disadari disaat kita berusaha mewujudkan perjanjian menjadi langkah konkret di ajang COP22," pungkas Elim.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu transmigran muda berikut ini berhasil menjawab tantangan.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaBerbekal modal KUR BRI, Yanto merasakan bisa lebih fokus mengurus kebun jambu kristalnya.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang jadi bencana bagi petani karena tidak bisa menanam padi. Hal ini tidak terjadi dengan petani Jombang. Mereka justru cuan puluhan juta.
Baca SelengkapnyaSempat susah dapat kerja, pemuda 26 tahun ini memutuskan jadi petani melon. Kini penghasilannya mencapai Rp45 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSuprianto nekat mencari modal usaha dengan cara jadi buruh migran. Ia lalu pulang untuk membangun bisnis sendiri dan kini jadi tokoh pertanian penting di desa.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaAwalnya, petani setempat pesimis dapat menghasilkan cabai yang bagus meski mereka mengikuti caranya bertanam.
Baca SelengkapnyaHendi prihatin banyak para petani tembakau di desanya terlilit utang. Ia pun mengajak mereka untuk mengembangkan pertanian melon
Baca SelengkapnyaSeorang peternak kambing kini sukses bisa bayar utang dan beli tanah usai mengalami kerugian berbisnis lada.
Baca SelengkapnyaCerita petani berhasil panen padi hingga 1 ton di lahan transmigrasi yang ia garap.
Baca SelengkapnyaBudidaya itu dikembangkan di dalam sebuah greenhouse bernama Lumbung Mataraman Kedungpoh.
Baca Selengkapnya