Rakyat jadi kambing hitam kegemaran impor pemerintah
Merdeka.com - Impor sektor pangan yang tak terbendung saat ini disebut sebagai akibat dari persoalan yang kompleks. Mulai dari luas lahan pertanian yang terus tergerus, jumlah penduduk meningkat tajam hingga bergesernya pola konsumsi masyarakat.
Tingginya impor tentunya berimbas pada neraca perdagangan Indonesia yang belakangan ini selalu mengalami defisit di mana ekspor selalu kalah dibandingkan impor. Komoditas impor yang deras menyerbu Indonesia mulai dari pangan seperti gandum hingga barang teknologi tinggi seperti pesawat.
Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, mengakui selama ini banyak keluhan masyarakat tentang membanjirnya barang impor. Namun, penyebab impor itu adalah permintaan masyarakat sendiri.
-
Kenapa Presiden Jokowi mengutamakan produk dalam negeri? Menurut Hendi, Presiden Jokowi sudah memberikan arahan agar belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda mengutamakan Produk Dalam Negeri yakni sebesar 95 persen. Selain itu belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda sebanyak 40 persen wajib untuk mengutamakan UMKK.
-
Bagaimana Kemendag mendorong ekspor produk Tanah Air? 'Pemerintah pusat akan terus mendorong ekspor produk Tanah Air ke luar negeri seperti ini. Inikan hasil komunikasi kerja antara produsen dalam hal ini WKI dengan Pak Susanto Lee (Direktur Distributor Kara Marketing Malaysia) dengan atase kami Pak Deden di Malaysia, yang terus bekerja untuk mencarikan pasar di Malaysia, dan kami akan berniat merambah ke pasar Brunei, Vietnam, dan beberapa negara ASEAN lainnya,' ucap Didi Sumedi.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
-
Kenapa Kemenkumham mendukung penggunaan produk dalam negeri? Tujuannya adalah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung daya saing industri di tanah air.
-
Siapa yang mendorong boikot produk asing? Langkah-langkah YKMI ini luar biasa. Konstitusi juga sudah melindunginya seperti dalam amanat Pembukaan UUD secara tegas,' ucap dia dalam dialog publik yang bertema 'Ramadan Tanpa Dukungan Produk Genosida' pada Jum’at (15/3) sore.
-
Kenapa orang memboikot produk? Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
"Kita mengeluhkan banyak impor. Semakin banyak produk. Saya lontarkan pertanyaan, barang itu kan dari luar negeri memang naik kapal sendiri? Itu karena ada pesan dari Indonesia," ucap Iman di Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Iman kembali mempertanyakan kenapa orang Indonesia suka memesan barang impor dan tidak membeli produk dalam negeri. "Pertanyaannya kenapa orang Indonesia tidak beli produk Indonesia? Apa barangnya engga ada, kenapa orang pesan dari luar negeri kalau itu ada di dalam Indonesia," tegasnya.
Menurut Iman, tingginya impor saat ini karena kurangnya sisi suplai dari dalam negeri. "Kelas menengah kita besar dan memerlukan produk konsumer. Bisa engga kita meningkatkan produksi pangan dalam negeri," tuturnya.
Hal senada juga dilontarkan oleh Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan. Rusman mengakui permintaan komoditas pangan domestik cukup beragam dan tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
"Kalau semua orang bermukim di Indonesia ya makan beras Indonesia kenapa mesti impor. Beras kecil pakai sumpit kita bisa. Tapi itu kan segmennya enggak banyak juga. Kayak beras ketan, golden rice itu kita memang enggak punya," jelasnya di Jakarta.
Rektor IPB Harry Suhardiyanto melihat pemerintah belum siap menyikapi bergesernya pola konsumsi masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan buah dan protein tidak terpenuhi dari dalam negeri.
"Makin banyak memerlukan buah. Pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan buah maka impor," ujarnya di gedung Kementerian Pertanian, Jakarta.
Agar tidak terus menerus terbuai impor, maka harus mengejar produktivitas dari hasil komoditas pangan. Yakni melalui menghasilkan inovasi dan memperbaiki produksi.
"Kalau hasil produksi belum baik, kita beli lah yang belum baik, nanti di evaluasi. Kalau diadu dengan produk impor maka enggak ada kepedulian," paparnya.
Untuk menyikapi lahan yang kurang, Harry mengusulkan agar menggunakan lahan pasang surut untuk budidaya kedelai. Yang dimaksud lahan pasang surut adalah tanah yang tergenangi oleh air laut.
"Tanah kurang, maka lahan pasang surut bisa dibuat. Untuk budidaya kedelai, mengandalkan lahan selama ini ada," katanya.
Dia menyebut, saat ini ada 20 hektar lahan pasang surut di wilayah Delta Telang dekat Palembang dan Tulang Bawang, Lampung. Lahan pasang surut menggunakan teknologi budidaya jenuh air.
"Jadi ketika Porit ini tidak naik, kita jenuhkan air. Terapkan untuk varietas kedelai, dengan jarak parit sekian, genangan air sekian," imbuhnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.
Baca SelengkapnyaTren deindustrialisasi ditandai dengan kecenderungan pelaku usaha yang memiliki modal enggan untuk berinvestasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyinggung belanja dalam negeri yang dilakukan pemerintah daerah.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta masyarakat sadar masalah ini berbahaya.
Baca SelengkapnyaBicara pakaian bekas, Indonesia jadi tempat 'buangan' seperti Nigeria. Kok bisa?
Baca SelengkapnyaPemerintah China memiliki dukungan yang penuh kepada para pelaku usahanya.
Baca SelengkapnyaProduk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Megawati ketika pidato dalam penutupan Rakernas V PDIP, di Ancol, Jakarta Utara
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.
Baca Selengkapnyapenurunan PMI Manufaktur ini tergambar dari pelemahan tingkat daya beli masyarakat, khususnya pada kelompok kelas menengah untuk kebutuhan sekunder/tersier.
Baca SelengkapnyaBanyak dari produk tersebut mengandalkan bahan baku impor.
Baca Selengkapnya