Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

REI sebut aturan pemerintah buat industri properti anjlok

REI sebut aturan pemerintah buat industri properti anjlok perumahan. ©2012 Merdeka.com/sapto anggoro

Merdeka.com - Ketua Real Estate Indonesia (REI) Soelaiman Soemawinata menilai, saat ini industri properti tengah terpuruk. Akibatnya, banyak tenaga kerja yang diputus kontraknya. Menurutnya, ketidakjelasan aturan pemerintah dan tidak terciptanya persaingan bisnis yang kompetitif menyebabkan industri properti ini tidak bangkit.

"Sebenarnya industri properti melihat dari tiga jenis hal, perumahan, industrinya sendiri dan pengembangan kota baru. Kita soroti industrinya dan perumahan. Industri perumahan memang mengalami penjualan terendah sejak 2013, dengan penurunan sampai 20 persen. Kita tidak bisa menciptakan lapangan kerja," ujar Soelaiman dalam acara Rembuk Nasional bidang 3 mengenai ekonomi di Jiexpo Jakarta, Senin (23/10).

Soelaiman mengakui terpuruknya industri properti diawali isu mengenai pelemahan perekonomian global. Sehingga, membuat sektor properti makin terpuruk.

"Setahun lalu kita coba memaksa membangun perumahan ternyata ada isu mengenai idle land pajak progresif lalu pajak final dari pemerintah. Ini tidak ada kepastian. Kita ingin kepastian. Ini yang membuat kami juga industrinya lambat. Akibatnya kita kurangi tenaga kerja. Kita beralih ke industri lainnya yang ternyata tidak gampang," katanya.

Selain itu, katanya, dilihat dari sisi iklim persaingan usaha dalam industri properti juga tidak adanya keadilan. Hal itu karena banyak investor asing yang justru menghancurkan industri properti.

"Mereka dibackup secara finansial dan produknya tidak kompetitif. Bahwa sebenarnya kita ini kalau free market itu harus dalam posisi yang sama. Ada pengusaha yang di backup oleh pemerintah atau pemegang asing sehingga ini tidak sama berat bagi kita. Bayangkan satu produk yang sama kita bisa jual harga tertentu ternyata mereka bisa jual 60 persen lebih murah dari kami," jelasnya.

Dia menambahkan, perlakuan perbankan untuk pengembang yang membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) juga sama dengan pengembang komersial.

"Kami diberikan suku bunga kredit sebesar 12 persen. Harusnya ada keberpihakan jangan besar bunganya. Tapi pihak bank masih memberlakukan suku bunga kredit 12 persen dan paling kecil 11 persen. Ini harus diturunkan karena bisa mendukung properti apalagi pengembang swasta," tegas Soelaiman.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menko Airlangga: Industri Padat Karya Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Menko Airlangga: Industri Padat Karya Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Airlangga menegaskan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan upaya untuk mengurus permasalahan di industri padat karya, termasuk Sritex.

Baca Selengkapnya
Pengusaha Protes Pembatasan Impor Ancam Industri Ritel di Indonesia
Pengusaha Protes Pembatasan Impor Ancam Industri Ritel di Indonesia

Pemerintah berencana melakukan pembatasan barang impor.

Baca Selengkapnya
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia

Dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.

Baca Selengkapnya
10 Prabrik Tekstil Skala Besar di Jateng Bangkrut akibat Predatory Pricing
10 Prabrik Tekstil Skala Besar di Jateng Bangkrut akibat Predatory Pricing

Sedikitnya 10 pabrik tekstil berskala besar di Jawa Tengah bangkrut sehingga sekitar 10 ribu karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca Selengkapnya
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara

PHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ungkap Banyak Investor Kabur dari RI: Percuma Marketing, Pembebasan Lahan Saja Gagal dan Izin Ruwet
Jokowi Ungkap Banyak Investor Kabur dari RI: Percuma Marketing, Pembebasan Lahan Saja Gagal dan Izin Ruwet

Menurut Jokowi, percuma memasarkan sesuatu kepada investor tetapi penyelesaian masalah dalam negeri belum selesai.

Baca Selengkapnya
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik

"Ketika nilai Rupiah melemah, harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat yang diimpor akan meningkat," ucap Andi.

Baca Selengkapnya
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali

Temuan Rasamala Hijau dan Trend Asia mengungkap mirisnya hidup buruh di Proyek Strategis Nasional.

Baca Selengkapnya
Cak Imin: Salah Satu Kekacauan Hukum Pemain Bisnis Jadi Pembuat Aturan
Cak Imin: Salah Satu Kekacauan Hukum Pemain Bisnis Jadi Pembuat Aturan

Cak Imin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti bersama Anies Baswedan, harus dilandasi pada objektifitas, kalkulatif dan memahami skala prioritas.

Baca Selengkapnya
Indef Ungkap Penyebab Industri Keramik Tanah Air Lesu
Indef Ungkap Penyebab Industri Keramik Tanah Air Lesu

Kondisi ini dipicu lesunya industri keramik Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut
Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut

Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah karena kebijakan struktural pemerintah.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk

Sri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.

Baca Selengkapnya