Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Rendahnya penyerapan pemerintah bikin peredaran uang melambat

Rendahnya penyerapan pemerintah bikin peredaran uang melambat Rupiah. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan, peredaran uang M2 pada Oktober 2015 meningkat 10,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan September 2015 yang tumbuh sebesar 12,7 persen year on year (yoy).

Berdasarkan komponennya, perlambatan M2 bersumber dari pertumbuhan M1 (uang kartal dan simpanan giro rupiah) dan uang kuasi (simpanan berjangka dan tabungan, baik dalam rupiah maupun valas, serta simpanan giro valas).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Sagara mengatakan pertumbuhan M1 turun dari 12 persen pada bulan September menjadi 10,2 persen pada bulan Oktober. Sedangkan, pertumbuhan uang kuasi turun dari 12,5 persen pada bulan pada September menjadi 10,6 persen pada Oktober 2015.

Orang lain juga bertanya?

"Perlambatan M2 terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan Aktiva Luar Negeri Bersih," kata Tirta seperti dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Sabtu (5/12).

Sejalan dengan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah oleh Bank Indonesia dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, pertumbuhan Aktiva Luar Negeri Bersih melambat dari 11 persen pada September 2015 menjadi 2,6 persen pada Oktober 2015. Selain itu, perlambatan M2 juga dipengaruhi oleh melambatnya ekspansi operasi keuangan Pemerintah dan melambatnya pertumbuhan kredit.

Lebih lanjut, Tirta memaparkan, suku bunga kredit kembali turun, sementara pergerakan suku bunga deposito masih beragam. Pada Oktober 2015, suku bunga kredit tercatat sebesar 12,9 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan September 2015 sebesar 12,91 persen. Suku bunga simpanan berjangka 1 dan 6 bulan masing-masing tercatat sebesar 7,48 persen dan 8,51 persen pada Oktober 2015, turun dibandingkan dengan September 2015 sebesar 7,61 persen dan 8,56 persen.

"Suku bunga simpanan berjangka 3 dan 12 bulan mengalami kenaikan masing-masing dari 7,94 persen dan 8,50 persen pada September 2015 menjadi 7,99 persen dan 8,51 persen pada Oktober 2015," pungkas dia.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN

Para pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia:Uang Beredar Oktober 2024 Tembus Rp9.078 Triliun
Data Bank Indonesia:Uang Beredar Oktober 2024 Tembus Rp9.078 Triliun

Uang kartal yang beredar di masyarakat pada Oktober 2024 sebesar Rp970,1 triliun, atau tumbuh 12,4 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Uang Beredar di Bulan Juni 2024 Tembus Rp9.026 triliun
Uang Beredar di Bulan Juni 2024 Tembus Rp9.026 triliun

Peredaran uang di bulan Juni 2024, tumbuh 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia: Uang Beredar di Juli 2024 Tembus Rp8.970 Triliun
Data Bank Indonesia: Uang Beredar di Juli 2024 Tembus Rp8.970 Triliun

Perkembangan peredaran uang terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 7,2 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Kelas Menengah Banyak yang Turun Kasta, Pemerintah Wajib Waspada
Kelas Menengah Banyak yang Turun Kasta, Pemerintah Wajib Waspada

Kebijakan pemerintah membuat daya beli masyarakat semakin amburadul.

Baca Selengkapnya
Ekspor Elektronik Asia Tenggara Melambat Imbas Perekonomian Negara Maju Merosot
Ekspor Elektronik Asia Tenggara Melambat Imbas Perekonomian Negara Maju Merosot

Ekonomi kawasan Asia Tenggara diramal turun karena kinerja eskpor tergangggu.

Baca Selengkapnya
Realisasi Penyerapan Anggaran Baru 31 Persen, Jokowi Perintahkan Kepala Daerah Segera Belanjakan APBD
Realisasi Penyerapan Anggaran Baru 31 Persen, Jokowi Perintahkan Kepala Daerah Segera Belanjakan APBD

Minimnya realisasi belanja ini berdampak pada peredaran uang di kabupaten/kota dan menunjukkan daya beli masyarakat yang rendah.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Beda Pendapat dengan Luhut, Menteri ESDM: Investasi Migas Mandek Bukan karena Regulasi
Beda Pendapat dengan Luhut, Menteri ESDM: Investasi Migas Mandek Bukan karena Regulasi

Terjadi kondisi yang menimbulkan persaingan antara daerah.

Baca Selengkapnya
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia
Waspada, Penurunan Daya Beli Berpotensi Tambah Jumlah Pengangguran di Indonesia

Dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM
Ekonomi Melambat, RI Butuh Stimulus Percepat Penyaluran KUR UMKM

Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) di Kuartal III-2023.

Baca Selengkapnya