Resmi Kerja Sama, Airbus akan Dukung Peningkatan Kualitas SDM PT Dirgantara Indonesia
Merdeka.com - PT Dirgantara Indonesia (DI) meneken Memorandum of Understanding (MoU) tentang pengembangan bisnis produksi komponen aerostruktur dengan Airbus. Produsen pesawat asal Prancis tersebut akan mendukung PT Dirgantara Indonesia yang berkaitan dengan perencanaan sumber daya, manajemen dan teknis.
Direktur Utama PT DI, Gita Amperiawan mengatakan, penandatanganan MoU dengan Airbus karena perusahaan tersebut merupakan mitra strategis bagi PT DI.
"Airbus adalah mitra strategis kuat yang dapat berkontribusi terhadap transformasi PT DI untuk menjadi pemain utama dalam industri penerbangan di kawasan ini," ujar Gita di Belitung, Rabu (7/9).
-
Kenapa Pelita Air beli banyak Airbus A320? Amanat dari Pemerintah untuk terus meningkatkan konektivitas udara Nasional dan tingginya minat masyarakat merupakan faktor utama yang mendorong perusahaan untuk terus menambah jumlah armadanya agar bisa menambah frekuensi penerbangan dan rute-rute penerbangan yang baru.
-
Siapa pemilik Lion Air Group? Melansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu. Sosok Rusdi Kirana selama ini dikenal sebagai pemilik maskapai dengan biaya murah, Lion Air Group.
-
Bagaimana Lion Air berkembang? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Apa yang membuat Lion Air sukses? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Siapa yang menandatangani MoU kerja sama? Penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi dengan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, disaksikan oleh Nokia Asia Paific Enterprise Lead, Stuart Hendry di Mobile World Congress, Barcelona, hari ini.
-
Di mana Airbus A320 diproduksi? Airbus A320, merupakan pesawat penumpang komersial jarak dekat sampai menengah yang diproduksi oleh Airbus.
Gita meyakini, dengan menggabungkan kompetensi industri masing-masing MoU ini akan mempertahankan dan memperkuat kerja sama strategis PT DI dan Airbus yang sudah berjalan sejak lama.
Tidak hanya itu, Gita menuturkan, bahwa MoU dengan Airbus juga dinilai mampu menempatkan PT DI sebagai pelaku industri pesawat terbang secara signifikan dengan berpatokan kepada produk-produk yang menjadi Joint Collaboration antara PT DI dan Airbus.
"MoU ini juga bertujuan untuk mendorong peningkatan kapabilitas industri dan pengembangan ekosistem dalam negeri, di mana PTDI sendiri merupakan global supply chain dan integrator terhadap beberapa industri komponen dalam negeri,” imbuh Gita.
Berawal dari Pesawat N219
Penandatanganan MoU tak lepas dari capaian produksi PT DI yaitu pesawat N219 yang telah tersertifikasi oleh Kementerian Perhubungan pada 2020.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengaku bangga dan mengapresiasi karya para anak bangsa yang telah melakukan pengembangan sejak pesawat N250 yang dibuat tahun 1995.
"Kami mengapresiasi tersertifikasinya pesawat N219 yang merupakan karya anak bangsa. Saya sampaikan rasa bangga karena telah melakukan kerja sama yang baik," kata Budi Karya di acara Aero Summit 2020 secara virtual, Jakarta, Senin (28/12).
Proyek pengembangan pesawat ini merupakan buah kerjasama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sesuai dengan UU Nomor 1 tahun 2009, pasal 13 yang menyebutkan pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara yang akan dibuat untuk digunakan secara sah (eligible), harus memiliki rancang bangun yang disertifikasi oleh Ditjen Perhubungan Udara.
Setelah melalui rangkaian uji dalam proses sertifikasi dan final certification board meeting pada 18 Desember 2020, sertifikat tipe untuk pesawat udara N219 resmi diterbitkan. Dia ingin, selesainya proses sertifikasi tipe ini bisa menjadi tonggak bersejarah kebangkitan industri rancang bangun pesawat udara di Indonesia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo optimis industri pertahanan Indonesia bisa kuat.
Baca SelengkapnyaKemenhub dan Boeing bekerja sama tingkatkan industri penerbangan.
Baca SelengkapnyaPesawat yang ke-10 dan ke-11 akan tiba di minggu ke-4 November 2023.
Baca SelengkapnyaLangkah ini juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sehingga arah bisnis kedirgantaraan pelat merah lebih fokus, terarah, dan terukur.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca SelengkapnyaKedua BUMN pengelola bandara itu resmi menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.
Baca SelengkapnyaJokowi mengapresiasi kepercayaan pemerintah Filipina terhadap produk buatan Indonesia.
Baca SelengkapnyaNilai dari proyek pengembangan ini sekitar Rp100 triliun.
Baca SelengkapnyaLion Air Group saat ini menguasai hampir 70 persen dari market share pesawat domestik dengan total 367 pesawat.
Baca SelengkapnyaErick menyebut hal ini bentuk adaptif BUMN dalam menghadapi perubahan zaman.
Baca SelengkapnyaDirektur Pemasaran Pusat dan Niaga Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya, Lion Group telah menjadi salah satu mitra setia produk dan layanan Pertamina.
Baca SelengkapnyaNantinya, investor asing bakal meraup porsi saham mayoritas, maksimal 49 persen.
Baca Selengkapnya