Respons Pinjaman Online soal Prediksi Bank Indonesia Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan
Merdeka.com - Bank Indonesia diprediksi akan melakukan penyesuaian terhadap tingkat suku bunga di dalam negeri. Ini menyusul kondisi ketidakpastian ekonomi global dan sejumlah negara yang telah lebih dulu menyesuaikan suku bunga acuan.
Pengusaha pinjaman online atau fintech (financial technology) tak ingin buru-buru merespon prediksi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Namun, kelompok pengusaha mengaku telah bersiap untuk menghadapi tantangan tersebut.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintek Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Sunu Widyatmoko menyebut kenaikan suku bunga akan berdampak langsung. Namun, dia mengaku tak mau terburu-buru mengambil sikap.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
-
Apa itu bunga pinjaman? Bunga pinjaman merupakan biaya tambahan yang harus dibayarkan oleh peminjam ketika mengambil pinjaman dari lembaga keuangan.
-
Dimana fintech lending memberikan pinjaman? Ternyata Ini Alasan Banyak Orang Pinjam Modal ke Pinjol Dibanding ke Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Mei 2023 pembiayaan untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), melalui jasa financial technology (fintech lending) mencapai Rp51,46 triliun.
-
Apa itu bunga persen pinjaman? Bunga persen pinjaman adalah biaya tambahan yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbalan atas penggunaan dana pinjaman.Bunga ini dihitung sebagai persentase tertentu dari jumlah pinjaman yang diberikan. Dalam praktiknya, bunga persen pinjaman disebut juga sebagai suku bunga.
-
Bagaimana cara mengajukan pinjaman di Fintech? Sementara syarat pengajuan pinjaman di Fintech lending umumnya dokumen yang dibutuhkan yaitu - Foto KTP - Swafoto amda - Mutasi rekening 4 bulan terakhir - Foto NPWP atau laporan penjualan di marketplace atau di sistem kasir digital
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
"Memang ini menjadi concern kita, kalau interest-nya naik akan menghantam sektor riil, pertumbuhan pinjaman juga tidak akan bisa setinggi sebelumnya, jadi itu akan selalu memberik efek kalau ada kenaikan suku bunga,” terang dia dalam konferensi pers, Jumat (22/7).
Kendati ada ancaman tersebut, dia mengatakan tak mau pesimis terlalu awal. Di sisi lain keadaan tersebut juga bisa datang pada waktu yang tidak ditentukan.
Hal ini mengacu pada kondisi ekonomi global yang bisa saja tiba-tiba berdampak pada ekonomi dalam negeri.
"Ini bisa datang cepat atau lambat, bisa berdampak, tapi kita gak perlu khawatir dulu, itu pasti akan ada efek dalam sektor riil, tapi tentu ada upaya untuk bisa absorb itu," ujarnya.
Untuk diketahui, sejumlah bank sentral negara di dunia telah melakukan penyesuaian terharap suku bunga acuannya. Hal ini menjadi alarm bagi Bank Indonesia untuk bersiap menaikkan suku bunga acuannya meski perlu menimbang barbagai faktor lainnya.
BI Masih Tahan Suku Bunga
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo membeberkan alasan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Salah satunya karena pertimbangan inflasi Indeks Harga konsumen (IHK) dan inflasi inti.
"Bank Indonesia membuat keputusan suku bunga BI rate didasarkan kepada assesment dan proyeksi inflasi ke depan khususnya inflasi inti dan implikasinya pertimbangannya juga pada pertumbuhan ekonomi. Inilah yang kemudian kita sering pertimbangan-pertimbangan antara stabilitas dan growth kurva pilih, itu yang kami lakukan," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dengan Cakupan Triwulanan, Kamis (21/7).
Dalam konteks ini, Perry menegaskan bahwa bank sentral harus membedakan inflasi IHK dengan inflasi inti. Bulan lalu inflasi IHK di kisaran 4,35 persen tapi inflasi inti sebesar 2,63 persen. Inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan antara keseimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional.
"Inflasi inti 2,63 persen menunjukkan meskipun permintaan di dalam negeri itu meningkat tapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional. Di sinilah kenapa tekanan-tekanan inflasi dari fundamental yang tercerminkan pada inflasi inti masih terkelola," jelasnya.
Inflasi
Sementara, inflasi IHK yang 4,35 persen terutama diakibatkan oleh kenaikan harga pangan volatile food sebagai dampak dari harga komoditas pangan Global yang tinggi dan gangguan mata rantai pasokan.
"Pada bulan lalu inflasi volatile food mencapai lebih dari 10 persen, Administered Price tentu saja tergantung dari kebijakan fiskal dalam hal ini Harga energi, listrik, gas yang disubsidi tidak naik.Tetapi ada kenaikan harga-harga energi yang non subsidi pertamax maupun yang lain-lain," ungkapnya.
Sumber kenaikan inflasi dari IHK, terutama dari inflasi harga pangan karena dampak global dan juga kenaikan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah.
Hal itu juga yang mewarnai perkiraan perkiraan inflasi Indonesia ke depan. Menurutnya, tekanan-tekanan inflasi ke depan tentu saja lebih bersumber dari inflasi sisi penawaran yaitu, dari sisi harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi.
"Dengan perkembangan perkembangan harga komoditas dunia yang terus nai, disinilah kami perkirakan inflasi akhir tahun ini bisa lebih tinggi dari 4,2 persen (bahkan) bisa mencapai 4,5 -4,6 persen. Itu inflasi ihk sekali lagi karena kenaikan harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah," jelas Perry.
Sedangkan, perkiraan untuk inflasi inti masih dapat terjaga di dalam batas sasaran 2 – 4 persen, dalam arti belum melebihi 4 persen. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi terus membaik ditopang oleh kinerja ekspor, konsumsi dalam negeri dan dari investasi.
"Namun demikian, kinerja ekspor akan dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global karena permintaan Global yang tentu saja akan terpengaruh dengan perlambatan ekonomi global, dan itu juga mempengaruhi kinerja ekspor secara riil ke depan dalam mendukung pertumbuhanekonomi," pungkasnya.
Reporter: Arief Rahman Hakim
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini sebagai respons terhadap aksi Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang kembali memangkas suku bunga Fed Fund Rate.
Baca SelengkapnyaHal itu dia sampaikan sebagai respons atas dugaan adanya oknum yang menetapkan bunga hingga 0,8 persen per hari.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, penyaluran kredit perbankan tumbuh 9,39 persen secara tahunan pada Mei 2023 menjadi Rp6.577 triliun.
Baca SelengkapnyaIa pun membantah tuduhan KPPU yang menemukan pengaturan oleh AFPI kepada anggotanya terkait penentuan komponen pinjaman kepada konsumen.
Baca SelengkapnyaRegulasi turunan soal bunga pinjaman online tersebut hanya akan mengatur terkait batas maksimumnya saja.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat, pembiayaan dari fintech lending terus meningkat. Tren ini seiring kemudahan akses pinjaman oleh layanan Fintech atau pinjaman online.
Baca SelengkapnyaAdanya pelaku UMKM yang mengajukan pinjaman melalui Fintech lending, disebabkan mereka yang selama ini belum dapat mengakses industri perbankan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, bunga pinjol yang ditetapkan sebesar 0,4 persen per hari.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaOJK mengimbau, masyarakat yang ingin mengakses pinjaman layanan fintech lending untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar
Baca SelengkapnyaBank Indonesia yang memutuskan menaikkan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada bulan April 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bank Indonesia masih berfokus pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca Selengkapnya