Ridwan Kamil sebut banyak Pemda kelola uang dengan cara kuno
Merdeka.com - Walikota Bandung, Ridwan Kamil menilai tidak banyak Pemerintah Daerah (Pemda) yang sanggup membangun infrastruktur untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Keterbatasan dana daerah menjadi alasan ketidakmampuan tersebut.
Menurut sosok yang akrab disapa Kang Emil ini, banyak pemerintah daerah yang mengelola keuangannya dengan cara-cara kuno, seperti mengelola anggaran rumah tangga.
"Mereka melakukan belanja hanya sebatas alokasi yang mereka dapat dari Pemerintah Pusat. Sehingga pembangunan juga hanya bisa sebatas yang mereka dapat saja," ujar Emil dalam Indonesia Summit 2016, di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (25/2).
-
Apa yang dibagikan pemerintah? Secara keseluruhan tidak ada pernyataan bahwa pemerintah membagikan bansos melalui situs judi online.
-
Bagaimana warga RW bisa menggunakan anggaran tersebut? 'Terjadi perdebatan. Ini duit dari pak gubernur mau diapain? Apa ngurusin selokan? Apa bikin gerbang? Apa bikin modal UMKM warga RW-nya?' sambung RK.
-
Siapa yang menerima DAK pangan? Kabupaten Gunungkidul terpilih sebagai salah satu dari 49 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia yang diusulkan akan menerima dana alokasi khusus (DAK) tematik kawasan produksi pangan nasional 2025.
-
Bagaimana bantuan Kementan disalurkan? Menurut Martina, semua bantuan akan segera dikirim menuju titik lokasi terdampak, yaitu Distrik Agandugume di Puncak Papua.
-
Kenapa Ridwan Kamil ingin memberikan anggaran ke RW? RK mengaku gagasannya itu juga pernah diterapkan saat dirinya didapuk menjadi Gubernur Jawa Barat. Progamnya itu diklaimnya bahkan membuat antusias warga Jabar kala itu. Di satu sisi, usulannya tersebut agar warga dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian di wilayahnya masing-masing.
-
Apa yang diberikan dalam bantuan Kemendag Peduli? Bantuan 2.000 Paket Kebutuhan Pokok Bantuan yang diserahkan berupa barang kebutuhan pokok sebanyak 2.000 paket. Masing- masing paket tersebut terdiri atas 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, dan mi instan.
Emil berpendapat, pembangunan kota tidak selalu harus menunggu dan mengandalkan dana dari pemerintah pusat. Pendanaan pembangunan kota, lanjut Emil, bisa dilakukan dengan melibatkan pihak swasta. Ide tersebut diakui Emil didapat saat dia melakukan berbagai kunjungan ke kota-kota di luar negeri.
"Ketika saya ke London, saya melihat bagaimana semua dibangun dengan melibatkan pihak swasta. Sekolah, rumah sakit dan infrastruktur lainnya," papar Emil.
Berkaca dari sistem yang diterapkan di kota-kota di luar negeri, Emil pun berencana menerapkan sistem yang sama di Kota Bandung. Emil pun memaparkan beberapa strategi yang dia miliki untuk melibatkan pihak swasta membangun Kota Bandung.
"Cara pertama untuk menarik minat swasta ikut PPP (Public Private Partnership) di Bandung adalah dengan secure (mengamankan) investasi yang masuk," kata Emil.
Mengamankan investasi adalah dengan memberi kepastian bahwa investor yang sudah siap berinvestasi untuk Kota Bandung tidak dirugikan. Hal ini sangat diperlukan karena investasi infrastruktur adalah investasi jangka panjang. Pemerintah daerah harus bisa menjamin investor memperoleh haknya hingga tuntas meski dalam hitungan puluhan tahun.
"Kita buat kesepakatan, kalau kamu bangun infrastruktur untuk saya, saya akan bayar kamu 25 tahun. Dan Walikota setelah saya harus menghormati kebijakan ini," tegas Emil.
Menurut Emil, kebijakan itu juga harus dinaungi oleh payung hukum yang jelas dan kuat sebagai pegangan semua pihak. Ide tersebut, lanjut Emil, sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
"Maka saya menyampaikan ke Pak Presiden dan beliau setuju. Tentu dengan persetujuan Menteri Keuangan juga. Maka Bandung adalah kota pertama yang punya undang-undang PPP (public private partnership/kerjasama pemerintah swasta) untuk multi years contract (kontrak jangka panjang)," papar Emil.
Dengan cara ini, Bandung bisa banyak melakukan pembangunan tanpa harus mengandalkan pendanaan dari Pemerintah pusat.
"Sekarang saya sedang menyiapkan paket pembangunan senilai USD 6 miliar untuk melakukan pembangunan dengan skema PPP. Kita akan melihat wajah kota Bandung yang berbeda dalam beberapa tahun ke depan," tutup Emil. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bey Machmudin tak mau menerbitkan obligasi daerah seperti era Ridwan Kamil.
Baca SelengkapnyaPramono mengingatkan bahwa persoalan besaran anggaran sudah diatur dalam Undang-Undang.
Baca SelengkapnyaMenurut Ridwan, urusan di Jakarta terlalu luas untuk diputuskan hanya melalui Balai Kota atau di tingkat gubernur.
Baca SelengkapnyaMinimnya realisasi belanja ini berdampak pada peredaran uang di kabupaten/kota dan menunjukkan daya beli masyarakat yang rendah.
Baca SelengkapnyaSekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menanggapi soal ucapan Presiden. Meskipun Presiden tak menyebut spesifik daerah yang dimaksud.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, uang yang ada malah dipakai untuk hibah-hibah politis.
Baca SelengkapnyaMendagri Tito Karnavian mengatakan sebanyak 700 dari 1.100 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merugi
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mendapat kabar masih ada turis yang membayar iuran atau pungli, dengan alasan pemeliharaan alam
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil mengatakan, program seperti ini bukan hal baru.
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah yang memiliki PAD tinggi karena pihak swasta dalam daerah tersebut bergeliat dan hidup.
Baca SelengkapnyaPemerintah disebut tidak lagi menggunakan data Kemensos, melainkan data Kemenko PMK.
Baca Selengkapnya