Riset Danareksa: Investasi jadi Pilihan Sumber Pemasukan Saat Pandemi
Merdeka.com - Danareksa Research Institute mencatat bahwa investasi menjadi alternatif pemasukan dana bagi masyarakat selama adanya pandemi COVID-19. Selain sumber pemasukan, investasi dilakukan karena masyarakat kelebihan dana dan berharap imbal hasil besar.
"Sebanyak 33,33 persen responden beralasan memulai investasi ketika pandemi karena berharap itu menjadi alternatif pemasukan," demikian kutipan hasil riset Danareksa Research Institute dikutip dari Antara di Jakarta, Sabtu (17/7).
Tiga alasan tersebut menempati posisi teratas yang mendasari masyarakat memulai investasi saat pandemi dengan masing-masing 33,33 persen responden, 33,33 persen responden dan 30,56 persen.
-
Apa itu Reksa Dana? Investasi ini dinilai cukup mudah, karena Anda bisa menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk saham, obligasi dan pasar uang.
-
Kenapa pilih Reksa Dana? Reksa Dana akan dikelola oleh manager investasi yang andal dan telah tersertifikasi, sehingga Anda tidak perlu khawatir jika tidak memiliki waktu dan merasa bingung produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan.
-
Bagaimana cara mendapatkan reksa dana? Faktanya reksa dana tersedia untuk berbagai jenis investor dan terjangkau untuk semua orang. Pasalnya, terdapat instrumen reksa dana yang bermodal Rp100.000 sudah bisa mulai investasi reksa dana.
-
Siapa saja yang bisa berinvestasi di reksa dana? Faktanya reksa dana tersedia untuk berbagai jenis investor dan terjangkau untuk semua orang.
-
Bagaimana emas bisa menjadi dana tambahan? Mengingat memiliki likuiditas yang tinggi, emas dapat menjualnya dengan cepat dan mendapatkan dana tambahan. Bahkan bisa mendapatkan lebih banyak dari investasi yang dimiliki.
-
Mengapa D-Bank PRO cocok untuk berinvestasi reksa dana saat ini? Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih kuat, dan ekspektasi pertumbuhan laba emiten yang masih tangguh, koreksi yang terjadi di pasar bisa dimanfaatkan sebagai momentum bagi investor untuk mengakuisisi aset saham dengan lebih murah untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan pasar saham Indonesia dalam jangka panjang.
Alasan lainnya adalah akses terhadap investasi lebih mudah, harga relatif rendah, hanya coba-coba, ikut teman dan mengisi waktu luang dengan masing-masing 25 persen responden, 25 persen responden, 22,22 persen responden, 16,67 persen responden dan 13,89 persen responden.
Riset ini juga menemukan bahwa emas menjadi instrumen investasi yang paling diminati masyarakat kemudian disusul oleh deposito, properti atau tanah, saham, reksadana, surat berharga, crypto, live stocks, valuta asing (valas), ETF dan DIRE.
Untuk saham, reksadana, dan cryptocurrency menjadi instrumen investasi dengan kepemilikan yang meningkat selama pandemi. Sedangkan kepemilikan surat berharga sebagian besar adalah surat berharga negara yakni sebanyak 74,88 persen.
Selanjutnya
Di sisi lain, riset mencatat frekuensi investasi cenderung menurun selama pandemi yakni terlihat dari hanya 6,41 persen responden menambah investasinya beberapa kali dalam sebulan dan 26,92 persen responden menambah investasi satu sampai tiga bulan sekali.
Kemudian 11,54 persen responden menambah investasi tiga sampai enam bulan sekali, 6,41 persen responden menambah investasi satu kali dalam setahun dan 48,72 persen responden menambah investasi jika ada kelebihan uang.
Sementara berdasarkan porsi investasi dari pendapatan bulanan selama pandemi tercatat 60,9 persen responden menginvestasikan 10 persen dari penghasilannya dan 23,72 persen responden menginvestasikan 10 sampai 25 persen pendapatan bulanannya.
Kemudian 7,05 persen responden menginvestasikan 25 sampai 35 persen penghasilannya, 6,41 persen responden menginvestasikan 35 sampai 50 persen pendapatan bulanan sedangkan 1,92 persen responden menginvestasikan lebih dari 50 persen pendapatannya.
Tak hanya itu, masyarakat juga menjual sebagian kecil investasi untuk menjadi dana darurat selama pandemi terutama dilakukan oleh masyarakat dengan pendapatannya yang menurun.
Selain menjual investasi menjadi dana darurat, hal itu turut dilakukan sebagai langkah untuk memenuhi kebutuhan, dialokasikan untuk produk investasi lainnya, dialokasikan ke tabungan, modal untuk usaha, membayar cicilan, maupun keperluan lainnya.
Riset pun menemukan bahwa masyarakat sangat khawatir dengan adanya potensi resesi ekonomi, perkembangan kasus COVID-19, dan stabilitas sektor keuangan yang akan mempengaruhi nilai investasi mereka.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengatur keuangan secara ketat menjadi hal wajib sepanjang Anda masih memiliki pendapatan tetap.
Baca SelengkapnyaAplikasi tersebut dirancang untuk menjawab dua tren terkini, yakni meningkatnya jumlah investor reksa dana.
Baca SelengkapnyaNilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 146 miliar pada tahun 2025. Angka tersebut menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaHarga BTC yang sempat berada di USD 68.500 naik menjadi USD 71.000, yang merupakan harga tertinggi dalam satu pekan terakhir.
Baca SelengkapnyaBerikut ini beberapa alternatif investasi yang relatif aman saat Rupiah anjlok.
Baca SelengkapnyaDi tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaBuruh dengan tegas menolak wacana potongan upah buruh untuk iuran dana pensiun. Apalagi, saat ini daya beli kelas menengah terus menurun.
Baca SelengkapnyaAda untung dan ruginya jika memilih investasi untuk dana pensiun tersebut
Baca SelengkapnyaDi tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.
Baca Selengkapnya