Rizal Ramli: Ekonomi RI Hanya Bisa Tumbuh 2 Persen di 2021
Merdeka.com - Ekonom Senior, Rizal Ramli memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini atau 2021 hanya bisa tumbuh sekitar 2 persen. Angka ini lebih rendah daripada yang ditargetkan pemerintah sebesar 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen.
"Ada harapan ekonomi bisa tumbuh 2 persenan tahun 2021," katanya seperti dikutip dari laman resminya, Senin (15/2).
Dia mengatakan, sulit diharapkan ekonomi akan cepat membaik di tahun 2021. Apalagi sebelum ada pandemi saja rata-rata pertumbuhan ekonomi domestik hanya 5,1 persen saja. "Tidak semudah 'angin surga' yang diucapkan oleh 'Menkeu Terbalik' bahwa ekonomi Indonesia akan melesat 5,5 persen tahun 2021," tulisnya.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Bagaimana ekonomi RI bisa tumbuh 6,22% sampai 2045? 'Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045,' kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
Dia menambahkan, ada beberapa indikator yang menyebabkan ekonomi tahun ini berkisar 2 persen. Pertama masalah penanganan Covid-19. Menurutnya vaksinasi yang diharapkan akan mengurangi resiko dan kematian akibat pandemi, keliatannya baru akan mulai intensif setelah semester II-2021.
Hal tersebut terjadi karena keterlambatan supply vaksin yang dilakukan oleh menteri kesehatan sebelumnya. Dengan demikian, paling cepat, efektifitasnya vaksinasi baru akan terasa di akhir 2022.
"Dengan tingkat vaksinasi yang rendah dan lambat itu, walaupun dibantu dengan mikro-lockdown, sulit diharapkan ekonomi akan cepat membaik di tahun 2021," jelasnya.
Selain masalah pandemi, pertumbuhan kredit sangat rendah, bahkan negatif 1,39 persen pada November 2020 juga menjadi pemicu. Pertumbuhan ini menjadi terendah sejak krisis ekonomi 1998, karena likuiditas di masyarakat dan lembaga keuangan tersedot setiap kali pemerintah menerbitkan Surat utang Negara (SUN).
"Apa yang disebut sebagai crowding-out. Jadi boro-boro nambah, likuiditas di masyarakat disedot itulah yang menyebabkan daya beli rakyat semakin merosot," jelasnya.
Sementara, di bidang fiskal, keseimbangan primer negatifnya semakin besar. Artinya hanya untuk bisa membayar bunga utang, harus meminjam lebih besar lagi dengan bunga lebih tinggi dari negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari RI. Atau sama dengan menggali lobang, menutup lobang.
"Menunjukkan bahwa pengelolaan fiskal amburadul dan ugal-ugalan walaupun dengan muka tebal tetap bela diri bahwa 'pengelolaan fiskal hati-hati (prudent)," jelasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaProyeksi IMF tersebut lebih rendah dari target pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Asumsi Makro APBN 2024
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, peluang Indonesia masuk ke jurang resesi sangatlah kecil.
Baca SelengkapnyaPerekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaRespons ekonom terkait ambisi Prabowo Subianto yang ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia tembus 8 persen per tahun.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaMacetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaSalah satu syarat agar Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi yaitu pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 6-7 persen.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 hanya 5,05 persen, lebih rendah dari capaian kuartal I-2024 di angka 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca Selengkapnya