Rumah murah BTN bagi si lajang
Merdeka.com - Miliki tempat tinggal sendiri merupakan dambaan semua. Namun harga properti yang kian mahal seringkali membuat impian itu seolah hanya khayalan, terlebih jika penghasilan perbulan pas-pasan.
Ari misalnya, lajang 24 tahun ini berharap bisa miliki tempat tinggal sendiri. Dengan penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan, warga Depok, Jawa Barat ini awalnya ragu bisa membeli rumah meski dengan jalan kredit.
Beberapa kali melihat pameran properti yang digelar di Ibu Kota, alumni Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta ini selalu pulang dengan membawa setumpuk brosur.
-
Bagaimana BRI membantu orang mendapatkan rumah ramah lingkungan? Dalam programnya sendiri, BRI bekerja sama dengan pengembang rekanan yang menawarkan program KPR Green Financing tanpa DP dan menawarkan sejumlah keuntungan menarik lainnya bagi para nasabah.
-
Kenapa rumah murah ini penting? Rumah murah ini sangat membantu warga di Kota Bandung dengan penghasilan menengah ke bawah.
-
Kenapa KPR jadi solusi untuk punya rumah? Di tengah harga rumah yang melambung, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa jadi solusi untuk memiliki rumah sendiri, lho.
-
Kenapa PNM bantu nasabah punya hunian layak? Dari 14,6 juta nasabah PNM di seluruh Indonesia, tidak sedikit dari mereka yang belum memiliki hunian layak. Dikarenakan akses dan biaya yang cukup terbatas menjadikan rumah yang ditinggalinya sangat sederhana.
-
Bagaimana BNI membantu akses perumahan? Terlebih, Ringkas memiliki pendekatan inovatif terhadap pembiayaan perumahan secara digital, sehingga meningkatkan aksesibilitas terhadap program BNI Griya.
-
Bagaimana rumah bekas di Jakarta bisa terjangkau? Marisa menilai, meskipun kenaikan indeks harga stagnan, rumah seken di Jakarta masih menjadi opsi utama bagi pencari properti yang mencari hunian di tengah kota namun dengan harga terjangkau. 'Hal ini mengingat suplai rumah seken yang ditawarkan di Jakarta terbilang masih sangat beragam dan memiliki rentang harga yang bervariasi, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan atau preferensi kelas menengah, menengah-atas,' ujarnya.
"Kalau di pameran yang ditawarkan mahal-mahal. Yang murah banyak tapi lokasinya di jauh di Karawang sana," ujar pria yang bekerja di Kapanlagi Network di Tebet, Jakarta Selatan ini kepada merdeka.com, Rabu (8/2).
Namun harapan untuk memiliki rumah murah yang pas di kantong dan mudah dijangkau tidak sepenuhnya pupus. Ari akhirnya menemukan rumah yang secara harga dan lokasi cocok dengan keinginannya. Ari kini sedang proses membeli rumah di Green Citayam City di Citayam, Jawa Barat secara kredit.
Ari mengaku mendapatkan informasi perumahan Green Citayam City itu dari kawannya lewat program sejuta rumah bersubsidi dari Bank Tabungan Negara (BTN).
"Down Payment (DP) masih bisa kejangkau. Cicilan perbulannya juga cukup murah karena itu perumahan bersubsidi. Tipe 28 (luas bangunan) luas tanah 84 meter," ujarnya.
Ari kini sedang menunggu proses wawancara dengan pihak BTN. Segala persyaratan termasuk surat keterangan penghasilan di bawah Rp 4 juta pun sudah dia serahkan ke developer.
Perumahan Green Citayam City merupakan salah satu program KPR BTN subsidi. Proyek ini kerja sama antara BTN dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kelebihan program ini adalah suku bunga rendah dan cicilan ringan dan tetap sepanjang jangka waktu kredit, terdiri atas KPR untuk pembelian rumah tapak dan rumah susun.
"Untuk cicilan ada 3 skema yang ditawarkan, 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun. Untuk yang 10 tahun cicilan perbulan sekitar Rp 1,4 juta, 15 tahun sekitar Rp 1,1 juta dan 20 tahun sekitar Rp 900 ribu perbulan," ujar Ari.
Debby Restu Hutomo (32) juga berhasil mewujudkan impiannya memiliki rumah lewat KPR BTN bersubsidi. Warga Cibinong Bogor itu kini sudah memiliki rumah di Perum Puri Indra Kila Jalan Prasaja Sasak Panjang, Bojonggede, Bogor, Jawa Barat. Berstatus lajang tak membuatnya menunda-nunda keinginan memiliki rumah sendiri.
"Soal nikah gampang, apalagi kalau sudah punya rumah. Saya mengajukan KPR sudah dari tahun 2013 dan sekarang sudah saya tempati," ujar Debby kepada merdeka.com.
Rumah Debby di Sasak Panjang ©2017 Merdeka.comDebby kini memiliki rumah dengan tipe 36 dan luas tanah 72 meter persegi. Debby dan Ari memilih wilayah Citayam dan Bojonggede karena bisa menggunakan commuter line menuju kantor mereka di Jakarta.
"Tidak terlalu jauh dari Stasiun Citayam atau Bojonggede. Jadi kerja bisa naik commuter line. Lebih cepat dan murah juga," ujarnya.
Buat Ary dan Debby, lajang bukan halangan untuk memiliki rumah. Justru mereka berprinsip, sebelum berumah tangga harus bisa memiliki rumah terlebih dahulu. Dan impian mereka bisa diwujudkan lewat program KPR BTN bersubsidi.
KPR BTN Subsidi memang sangat memudahkan masyarakat berpenghasilan rendah bisa mewujudkan impiannya untuk memiliki hunian. KPR BTN subsidi lebih terjangkau karena suku bunganya 5 persen fixed sepanjang jangka waktu kredit. Padahal saat ini bunga KPR rumah mencapai 13 persen.
Selain itu, program ini juga memberikan uang muka yang relatif kecil. Ary hanya dikenai uang muka Rp 16 juta sedangkan Debby dulu uang mukanya hanya Rp 10 juta. Jangka waktu kreditnya pun relatif panjang hingga 20 tahun. KPR ini pun dilengkapi fasilitas perlindungan asuransi jiwa dan asuransi kebakaran.
Ada pun syarat mengajukan KPR BTN juga cukup mudah, yakni WNI dan berdomisili di Indonesia, telah berusia 21 tahun atau telah menikah. Pemohon maupun pasangan (suami/istri) belum memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah. Selain itu ada syarat minimal penghasilan. Untuk pemohon kredit rumah maksimal penghasilan Rp 4 juta per bulan sedangkan untuk pemohon kredit rumah susun, penghasilan maksimal Rp 7 juta.
Syarat lainnya memiliki masa kerja atau usaha minimal 1 tahun, memiliki NPWP dan SPT Tahunan PPh orang pribadi sesuai perundang-undangan yang berlaku serta menandatangani surat pernyataan di atas meterai.
Tempat tinggal memang masih menjadi permasalahan di Tanah Air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara nasional, sejak 2014, terdapat 13,5 juta keluarga belum memiliki rumah atau hunian. Di tahun 2015, angka ini turun menjadi 11,4 juta keluarga yang belum memiliki rumah atau hunian.
BTN sendiri merupakan salah satu bank pemerintah tertua di Indonesia. Berawal dari didirikannya Postspaarkbank di Batavia pada tahun 1897, BTN adalah bank pertama yang menyediakan jasa kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia.
Bank BTN ©IstimewaBerdasarkan website resmi BTN, pada tahun 1942 sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku. Setelah kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos.
Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali, hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini, yakni Bank Tabungan Negara. Lima tahun setelah itu, bank ini beralih status menjadi bank milik negara melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 1964.
Pada tahun 1974 BTN menawarkan layanan khusus yang bernama KPR atau kredit pemilikan rumah. Layanan ini dikhususkan pada BTN oleh Kementerian Keuangan dengan dikeluarkannya surat pada tanggal 29 Januari 1974. Layanan ini pertama kali dilakukan pada tanggal 10 Desember 1976. Selanjutnya, pada tahun 1989 BTN juga telah beroperasi menjadi bank umum dan mulai menerbitkan obligasi.
Di tahun 2016 lalu, PT BTN Tbk mencatatkan laba bersih senilai Rp 2,61 triliun. Angka laba tersebut meroket 41,49 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 1,85 triliun.
Direktur Utama Bank BTN, Maryono mengatakan, pencapaian positif tersebut ditopang kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan yang mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Raihan positif laba bersih Bank BTN, lanjut Maryono, juga diikuti kualitas aset yang terus membaik.
Kenaikan laba juga didukung oleh margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik dari 4,87 persen pada Desember 2015 menjadi 4,98 persen di 2016. Selain itu, kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 20,17 persen (yoy) dari Rp 6,86 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 8,25 triliun di 2016 juga ikut mendorong kenaikan laba.
"Kami optimistis Bank BTN akan mampu melanjutkan kinerja positif tersebut pada tahun ini mengingat kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan geliat positif serta berbagai kebijakan pemerintah dan regulator yang mendukung perkembangan sektor properti," ujar Maryono di Jakarta, Senin (13/2/2017) lalu.
Penyaluran kredit Bank BTN tercatat naik 18,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 164,44 triliun di Desember 2016. Pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri, Sebab Bank Indonesia dalam Analisis Uang Beredar M2 merekam kredit perbankan nasional hanya naik 7,8 persen yoy pada Desember 2016.
Salah satu penyokong terbesar kredit adalah sektor perumahan. Kredit yang menempati 89,97 persen porsi pinjaman di Bank BTN ini, naik 18,43 persen (yoy) dari Rp 124,92 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 147,94 triliun di 2016. Kemudian, pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang naik 30,57 persen (yoy) dari Rp 43,52 triliun pada akhir Desember 2015 menjadi Rp 56,83 triliun di Desember 2016.
Pertumbuhan penyaluran kredit turut mengerek nilai aset emiten bersandi BBTN ini. Per akhir tahun lalu, aset Bank BTN tumbuh 24,66 persen (yoy) dari Rp 171,8 triliun menjadi Rp 214,16 triliun. Dengan posisi tersebut, BBTN juga tercatat menjadi bank dengan aset terbesar ke-6 (bank only) di Indonesia.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan /NPL) gross Bank BTN per Desember 2016 berhasil ditekan dari 3,42 persen menjadi 2,84 persen. NPL net pun membaik dari 2,11 persen pada Desember 2015 menjadi 1,85 persen di bulan yang sama di tahun berikutnya.
Selanjutnya, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTN tercatat mencapai Rp 160,19 triliun atau naik 25,4 persen (yoy) dibanding akhir tahun lalu yang hanya Rp 127,74 triliun. Sementara, data bank sentral menunjukkan perbankan nasional hanya mencatatkan pertumbuhan DPK per Desember 2016 sebesar 9,5 persen (yoy).
"Dari DPK ini, porsi dana murah naik ke level Rp 50,36 persen. Per Desember 2016, CASA (Dana murah) kita tercatat senilai Rp 80,68 triliun atau naik 29,85 persen dari Rp 62,13 triliun di bulan yang sama tahun sebelumnya," kata Maryono. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Maruarar mengaku pernah bekerja di perusahaan milik Aguan. Namun, kini dia berhasil menduduki posisi di atas Aguan dengan menjadi Menteri PKP.
Baca SelengkapnyaSektor perumahan menjadi salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan menggunakan banyak produk lokal.
Baca SelengkapnyaProgram MLT BPJS Ketenagakerjaan, merupakan layanan tambahan untuk peserta program JHT.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data yang diterimanya, dia mengatakan dari 8.000 ASN Pemkot Solo sekitar 30 persen belum memiliki rumah.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan dan Cak Imin mengkaji rumah down payment (DP) nol rupiah dibawa ke tingkat nasional.
Baca SelengkapnyaPemerintah memberikan insentif kepada pengembang dan konsumen hunian berimbang di IKN berupa pembebasan BPHTBÂ dan keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB).
Baca SelengkapnyaMasyarakat non MBR yang telah memiliki rumah, maka dana Tapera yang telah rutin disetorkan bisa dijadikan sebagai tabungan hari tua.
Baca SelengkapnyaKerja sama in diharapkan dapat membantu masyarakat agar mengakses perumahan yang terjangkau.
Baca SelengkapnyaKala itu, Teddy Thohir kerap bercerita kepada anak-anaknya kalau rumah bukan merupakan sekadar hunian.
Baca SelengkapnyaKemitraan ini diharapkan dapat meningkatkan akses ASN terhadap perumahan yang layak huni dan terjangkau, sehingga dapat meningkatkn kesejahteraan mereka.
Baca SelengkapnyaBank BTN telah menyalurkan sebanyak 132.841 unit atau senilai Rp21,91 triliun khusus sektor informal yang tersebar diberbagai pekerjaan.
Baca SelengkapnyaUntuk bisa memonetisasi pembangunan infrastruktur supaya menghasilkan income untuk negara, solusinya adalah memperbanyak pembangunan perumahan.
Baca Selengkapnya