Rupiah anjlok ke level Rp 14.000 per USD, perajin tahu kesulitan
Merdeka.com - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga menyentuh level Rp 14.000 per USD berimbas pada naiknya harga kedelai impor. Perajin tahu menderita, mereka terpaksa mengurangi jumlah produksi dan bahkan ada yang gulung tikar.
Seperti yang dialami seorang perajin tahu di Sidareja Cilacap Jawa Tengah, Siti Zaenatun (58). Dia mengaku sudah beberapa waktu terakhir tidak bisa lagi memproduksi tahu. "Sudah sebulan ini terpaksa berhenti beroperasi lagi, karena produksinya jadi mahal," ucapnya, Jumat (28/8).
Dia menjelaskan, dalam sehari biasanya membutuhkan 30 kilogram hingga 40 kilogram kedelai untuk membuat tahu. Untuk sekali masak tiap 4,5 kilogram, dia bisa memproduksi sampai 200 tahu.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kapan harga kedelai naik? Harga kedelai mengalami kenaikan sejak awal November lalu.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
"Dalam sekali produksi biasanya sampai tiga hingga enam kali masak, tetapi sekarang sudah berhenti," ucapnya.
Melihat kondisi ini, dia berharap pemerintah bisa menyelesaikan persoalan yang membelit perajin tahu. "Kalau sudah seperti ini, kami bingung akan menyambung hidup seperti apa," ujarnya.
Lain cerita dengan perajin tahu di sentra pembuatan tahu Desa Kalisari Cilongok Banyumas Jawa Tengah. Dengan harga kedelai impor yang saat ini menyentuh harga di kisaran Rp 7.500 per kilogram membuat perajin tahu di desa tersebut terpaksa mengurangi produksinya.
Seorang perajin tahu di Desa Kalisari, Sumirah (50) mengatakan saat ini, hanya mampu memproduksi 80 kilogram per hari. Padahal sebelumnya, bisa mencapai 100 kilogram.
"Untuk menyiasatinya terpaksa mengurangi produksi dari 100 kilogram menjadi 80 kilogram kedelai per hari. Kalau harga kedelai impor terus naik, kami akan mengurangi jumlah produksi,” katanya.
Kenaikan harga kedelai, jelas Sumirah, mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 7.500 hanya berselang seminggu. Setiap hari, kenaikan harga kedelai sekitar Rp 100 hingga Rp 200 per kilogram.
Padahal, selain harga kedelai ada beberapa komponen lain yang menunjang produksi tahu, seperti bahan bakar berupa kayu dan biaya operasional.
"Nanti kalau harga kedelai sampai Rp 8.000 per kilogram kami tidak bisa apa-apa. Saat ini yang penting bisa menutup operasional, bahan bakar dan beli kedelai. Untuk bicara untung kami belum bisa, terpenting usaha turun temurun ini terus berjalan,”ujarnya.
Perajin tahu lainnya, Karsono (45) mengaku saat ini harus mengeluarkan Rp 600.000 untuk satu rit kayu bakar. Satu rit kayu bakar tersebut habis untuk memasak 500 kilogram kedelai menjadi tahu.
Biaya tersebut belum termasuk pengeluaran operasional seperti bensin dan ongkos pekerja yang mencapai Rp 150.000 per hari.
"Pengeluarannya banyak, saat kayu bakar habis uang belum terkumpul. Padahal butuh kayu bakar untuk memasak atau memproduksi tahu. Sementara penjualan tahu di Pasar juga sepi," tutupnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaBanyak dari produk tersebut mengandalkan bahan baku impor.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIndustri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaMelemahnya Rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok hingga elektronik berikut ini.
Baca SelengkapnyaBahan baku makanan minuman masih didominasi oleh impor dari luar negeri, sehingga hal itu memberikan efek terhadap Industri tersebut.
Baca SelengkapnyaSaat ini, permasalahan yang muncul di industri dalam negeri menurunnya permintaan akibat menipisnya jumlah kelas menengah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca Selengkapnya