Rupiah Kembali Sentuh Rp15.000 per USD Seiring Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) Rupiah bergerak melemah di perdagangan hari ini, Kamis (14/7). Rupiah kembali sentuh Rp15.000 per USD seiring ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (Fed) hingga 100 basis poin (bps).
Rupiah pagi ini bergerak melemah tipis lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.997 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.992 per USD. Usai pembukaan, Rupiah menyentuh Rp15.015 per USD.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah kemungkinan masih bisa melemah hari ini terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi konsumen AS bulan Juni semalam mencetak rekor baru dalam 40 tahun. Data inflasi konsumen AS bulan Juni 2022 dirilis lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni 9,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding 8,6 persen (yoy) pada Mei 2022.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Bagaimana mekanisme redenominasi Rupiah? Bank Indonesia sebenarnya sudah pernah memaparkan hal ini kepada DPR beberapa tahun lalu melalui Rancangan Undang-Undang Redenominasi.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
"Ini bakal memvalidasi kebijakan Bank Sentral AS untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya karena ternyata inflasi AS masih dalam tren naik," ujar Ariston di Jakarta, dikutip Antara, Kamis (14/7).
Oleh karenanya, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed sebesar 100 bps pada bulan Juli ini meningkat menjadi 79,7 persen, menurut Fed Watch Tools dari CME. Dari dalam negeri, kenaikan inflasi karena kenaikan harga pangan, dinilai Ariston, menjadi kekhawatiran tersendiri yang bisa menekan rupiah.
"Inflasi tinggi bisa menurunkan daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Maka dari itu dia memperkirakan potensi pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam rentang Rp14.980 per USD hingga Rp15.030 per USD.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah masih akan fluktuatif namun ditutup menguat.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaKondisi ini diperparah dengan langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang diperkirakan akan kembali menahan suku bunga untuk memperkuat ekonomi AS.
Baca Selengkapnya