Rupiah Melemah Dipicu Naiknya Kekhawatiran Eskalasi Covid-19
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Rabu (21/7). Rupiah dibuka di Rp14.530 per USD, melemah dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.517 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih melemah usai pembukaan ke Rp14.545 per USD. Meski sempat bergerak stagnan, namun Rupiah kembali melemah dan saat ini berada di Rp14.552 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah, dipicu meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap eskalasi kasus positif COVID-19. Sentimen penguatan dolar AS kelihatannya belum berhenti.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Apa yang terjadi dengan rupiah di era Soeharto? Perekonomian era Soeharto juga sangat kental dengan pro asing. Namun, stabilitas rupiah tidak berumur panjang di era Soeharto. Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
"Indeks dolar AS terlihat masih ditutup menguat pada perdagangan kemarin, ditutup naik 14 poin dari 92,82 menjadi 92,96. Sentimen ini masih didukung oleh kekhawatiran pasar terhadap kondisi kenaikan kasus COVID-19 di dunia akibat varian Delta," ujar Ariston dikutip Antara, Rabu (21/7).
Selain itu, membaiknya data perumahan AS yang dirilis semalam yang menunjukkan perbaikan ekonomi AS, juga mendukung penguatan dolar AS. "Tapi di sisi lain, sentimen pasar terhadap risiko juga terlihat membaik pagi ini. Ini terlihat dari naiknya pergerakan indeks saham Asia pagi ini dan kenaikan besar indeks saham AS dan Eropa kemarin," katanya.
Menurut Ariston, pasar mungkin melihat potensi perbaikan performa perusahaan ke depan pasca COVID-19. Sentimen pasar terhadap risiko tersebut dinilai bisa menahan penguatan dolar AS.
Dari dalam negeri, terjadi penambahan 38.325 kasus baru COVID-19 pada Selasa (20/7) sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 2,95 juta kasus. Sebanyak 76.200 orang meninggal akibat terpapar COVID-19.
Meski demikian, sebanyak 2,32 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif COVID-19 sehingga total kasus aktif mencapai 550.192 kasus. Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.550 per USD dengan potensi support di kisaran Rp14.500 per USD.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaMelemahnya Rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok hingga elektronik berikut ini.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaPasca serangan Iran ke Israel nilai tukar rupiah terus melemah, namun Ekonom BCA mengungkap fakta lain penyebab mata uang garuda anjlok.
Baca Selengkapnya