Rupiah Menguat Seiring Turunnya Data Tenaga Kerja AS
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan hari ini, Senin (10/5). Rupiah dibuka di Rp 14.145 per USD, menguat dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp 14.285 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah sempat melemah tipis ke Rp 14.185 per USD. Rupiah pun masih melanjutkan pelemahan meski bergerak perlahan, dan saat ini berada di posisi Rp 14.189 per USD.
"Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS hari ini setelah data tenaga kerja AS non-farm payrolls dirilis lebih buruk dari proyeksi pasar di hari Jumat kemarin," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, dikutip Antara, Senin (10/5).
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa yang naik dari harga Emas Antam hari ini? Harga emas produksi Antam mengalami kenaikan sebesar Rp5.000 per gram pada Jumat (5/7/2024) pagi.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
Data ketenagakerjaan non pertanian AS atau non farm payrolls periode April hanya naik 266.000, lebih rendah dari proyeksi sebesar 1 juta.
Hasil buruk tersebut, memberikan penegasan bahwa Bank Sentral AS The Fed belum akan mendiskusikan mengenai pengurangan stimulus moneter saat ini. Hal tersebut bisa menjaga dolar AS tetap melemah terhadap nilai tukar lainnya.
Selain itu, pelaku pasar juga masih terlihat optimistis terhadap pemulihan ekonomi global. Pagi ini indeks saham Asia terlihat bergerak naik. Dia mengatakan, rupiah hari ini berpotensi menguat ke kisaran Rp14.130 per USD dengan potensi resisten di kisaran Rp14.230 per USD.
"Tapi di sisi lain, kekhawatiran pasar terhadap naiknya kasus COVID-19 di dunia, khususnya di Asia Tenggara, bisa menahan penguatan nilai tukar terhadap dolar AS," ujar Ariston.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah kembali melemah pada perdagangan Selasa sore, 3 September 2024.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah masih akan fluktuatif namun ditutup menguat.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaMelemahnya Rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok hingga elektronik berikut ini.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaNilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) dibuka naik di tengah surplus neraca perdagangan domestik pada April 2024.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca Selengkapnya