Saat melancong, Jutawan pun masih mencari hotel gratis internet
Merdeka.com - Para jutawan dinilai masih menempatkan akses internet gratis sebagai pertimbangan utama dalam menentukan tempat menginap.
Demikian kesimpulan hasil studi Resonance Consultancy terhadap kebiasan satu persen orang terkaya dan lima persen orang kaya dalam bepergian. Studi tersebut bertajuk: 2016 U.S Luxury Travel Report.
Adapun definisi satu persen orang terkaya itu memiliki pemasukan tahunan lebih dari USD 400 ribu atau berharta bersih senilai USD 8 juta. Sementara, lima persen orang kaya didefinisikan memiliki pemasukan tahunan USD 200 ribu atau harta bersih senilai di atas USD juta.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang wajah orang kaya? Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh University of Glasgow dan dipublikasikan di APA Journal of Experimental Psychology, mengungkap raut wajah seseorang bisa menjadi penanda kelas sosialnya.
-
Siapa yang melakukan penelitian? Para peneliti dari Universitas Cincinnati menangkap tiga ekor piton Burma di sekitar Taman Nasional Everglades, lalu mengukur ukuran rahang mereka. Salah satu dari ular tersebut memiliki panjang tubuh mencapai 5,8 meter, menjadikannya piton terpanjang yang pernah tertangkap di Florida, meskipun bukan yang terberat.
-
Siapa yang melakukan penelitian ini? Penelitian baru menemukan bahwa beberapa atlet lari profesional memiliki usia yang cenderung lebih lama dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya.Berlari selama 10 jam dalam seminggu dengan jarak total 120 km tentu merupakan olahraga ekstrem.
Firma tersebut mengambil sampel sebanyak 2.391 pelancong di Amerika Serikat. Sekitar 724 responden diantaranya termasuk golongan satu persen terkaya.
Dilaporkan, sebanyak 51 persen dari responden golongan orang terkaya menganggap akses internet gratis sebagai "extremely important". Sedangkan 66 persen responde golongan lain menganggap "very important".
Sementara, banyak pengelola hotel mahal menetapkan biaya tambahan untuk akses internet. Sebab, mereka sudah memerkirakan bahwa kebanyakan konsumennya adalah pebisnis atau orang kaya tak sungkan merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan fasilitas tambahan.
"Ini inkonsistensi yang menyolo di bisnis hotel. Sejujurnya, itu merupakan pendekatan bodoh dalam berbisnis," kata Henry Harteveldt, Konsultan Perjalanan Atmosphere Research Group, San Francisco, seperti dilansir Bloomberg, kemarin.
Di luar akses internet gratis, studi tersebut menempatkan privacy dan kolam renang sebagai pertimbangan selanjutnya dalam memilih hotel. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Capres Ganjar Pranowo menjawab sindiran capres Prabowo Subianto soal pemakaian internet gratis
Baca SelengkapnyaWali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengaku mengadopsi gagasan Capres Ganjar Pranowo saat kampanye Pilpres lalu.
Baca Selengkapnya2 strategi ini jadi andalan pihaknya demi mencapai hasil yang optimal.
Baca SelengkapnyaMasyarakat umum bisa memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa syarat apapun.
Baca SelengkapnyaMeski terisi satu tahun sekali, namun deretan hotelnya nampak mewah.
Baca SelengkapnyaPeretasan pada akun bisnis Google dilakukan dengan mengganti nomor telepon dengan nomor WhatsApp sang oknum.
Baca SelengkapnyaLiburan natal dan tahun baru merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak orang Indonesia.
Baca Selengkapnya