Sampah Plastik Diprediksi akan Lebih Banyak dari Ikan di 2050
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ilmuwan memprediksi sampah plastik di laut pada tahun 2050 akan lebih banyak daripada ikan di laut. Karena, polusi akibat sampah plastik di laut telah mulai dirasakan dampaknya terhadap kesehatan, ekosistem dan lain sebagainya.
"Ilmuwan memprediksi bahwa tahun 2050 akan lebih banyak sampah plastik di lautan dibanding ikan, apabila kita tidak melakukan langkah-langkah ini. Jadi nanti, kita ke laut tidak melihat ikan lagi tapi melihat sampah plastik dan sampah plastik ini jadi musuh kita bersama. Sama seperti kita menangani Covid-19 dan Covid-19 kita bikin musuh bersama, kita menangani secara terintegrasi dengan data yang bagus, itu (Covid-19) bisa tertangani dengan baik, ini juga demikian. Jadi saya mohon kita semua harus bahu-membahu," kata Luhut, Kamis (27/10).
Menurutnya, penanganan sampah plastik di laut harus secara terintegrasi. Untuk itu, diperlukan pendekatan dengan blue economy dengan tetap menyeimbangkan kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial.
-
Apa dampak sampah plastik bagi kehidupan laut? Kehidupan di dalam laut pun juga terancam. Sampah plastik yang terbuang ke laut dapat menyebabkan kematian hewan laut karena banyak hal, misalnya terjerat atau menelan plastik. Selain itu, mikroplastik yang terbentuk dari sampah plastik dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia.
-
Bagaimana sampah plastik bisa sampai ke lautan? Limbah plastik ini meliputi kantong plastik, botol, sedotan, dan kemasan makanan yang mengalir dari sungai, pantai, serta aktivitas industri dan perikanan.
-
Mengapa sampah plastik sangat mencemari lingkungan? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya bagi ekosistem? Plastik di laut menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Penyu sering memakan kantong plastik yang mengapung, mengiranya sebagai ubur-ubur, sementara burung laut dan ikan juga menelan serpihan plastik yang berakhir di perut mereka, yang dapat menyebabkan kematian karena kelaparan.
-
Bagaimana sampah plastik mengancam kesehatan manusia? Sampah plastik dapat membahayakan satwa laut yang memakan atau terperangkap dalam limbah plastik, serta berdampak buruk bagi kesehatan manusia melalui rantai makanan.
-
Apa jenis sampah yang dominan di laut? Salah satu fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa mayoritas sampah yang mencemari laut kita adalah sampah plastik. Menurut berbagai penelitian, sekitar 80% sampah laut terdiri dari plastik, yang berasal dari daratan.
"Ini saya kira menjadi sangat penting sekali untuk kita pahami. Jadi blue economy ini, menjadi satu topik dunia sekarang dan Indonesia menunjukkan salah satu negara yang betul-betul bisa melakukan kerjasama secara terintegrasi," imbuhnya.
Dia menjelaskan, sampah plastik menjadi ancaman bagi laut dunia, karena bersifat lintas negara, sehingga harus ditangani bersama-sama. Terlebih lagi di Indonesia, di mana banyak sampah dari negara-negara lain masuk mengendap di Indonesia.
"Jadi kita harus bersihkan, sampai sekarang kita tidak mencari siapa yang salah. Tapi kita tahu, plastik itu bisa menjadi mikroplastik dan mikroplastik dimakan oleh ikan, dan ikan dimakan oleh manusia, itu akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Dan lebih parah, kalau dimakan ibu-ibu hamil, anaknya bisa juga cacat karena itu. Jadi, kita tidak mau generasi akan datang Indonesia cacat karena mikroplastik itu," ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya bersama Gubernur Bali dan Walikota Denpasar meninjau proses tiga pembangunan Refused Derived Fuel (RDF) di Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar, di Bali. "Ada tiga spot RDF yang sedang dibangun di Bali, yang bisa mengatasi kira-kira 1.200 ton sampah per hari. Anda bisa bayangin, kalau 80 persen, sampah 1.200 ton itu jatuh ke laut itu dampaknya berapa besar, jadi proses ini harus selesai," ujarnya.
Pembangunan tiga RDF itu akan selesai pada Minggu pertama di Bulan November 2022 dan full operasionalnya pada Bulan Januari 2023 dan sehingga tidak ada lagi pembuangan sampah ke Tempat Pembangunan Akhir (TP) di Suwung, Denpasar. "Full operasionalnya itu, harus terjadi pada Bulan Januari tahun depan dan untuk itu tidak ada lagi pembuangan sampah di Suwung. Jadi Suwung nanti kita bikin menjadi betul-betul daerah wisata yang baik," ujarnya.
Bila melihat sampah, tiga perempat sampah plastik di laut berasal dari kabupaten dan kota dan kategori sedang di pendesaan dan dimana sistem pengelolaan sampah belum baik.
"Jadi pengelola sampah ini harus bagus. Jadi semua masyarakat Bali, masyarakat Indonesia harus bahu-membahu mengenai sampah ini, baru kita bisa jadi champion, sekarang saja kita dibilang the champion, tapi sebenarnya kita jauh daripada itu. Kita masih bisa memperbaiki lagi," ujarnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami.
Baca SelengkapnyaKurangnya penanganan sampah secara maksimal, ditambah dengan pencemaran limbah yang membuat air laut semakin hitam telah merugikan para nelayan.
Baca SelengkapnyaSampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan.
Baca SelengkapnyaIndonesia jadi negara terbesar ke-2 yang sumbang sampah kantong plastik ke laut.
Baca SelengkapnyaPantai Teluk, Pandeglang, Banten, disebut-sebut sebagai salah satu pantai paling kotor di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKrisis pangan di dunia menjadi isi utama seiring bertambahnya populasi manusia.
Baca SelengkapnyaIndonesia Jadi Negara Pemakan Mikroplastik Terbanyak Di Dunia, Ini Daftar Lengkapnya
Baca SelengkapnyaIndonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 resmi dimulai hari ini, Kamis (7/9).
Baca SelengkapnyaMerdeka.com mengulas 8 permasalahan lingkungan yang signifikan di Indonesia dan dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan dan kehidupan manusia.
Baca SelengkapnyaLuhut berharap seluruh elemen masyarakat kompak dalam menangkal polusi udara yang disebabkan aktivitas pembakaran sampah.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto mengingatkan, jika laut dibiarkan tercemar dan ekosistemnya rusak, maka potensi yang terkandung di dalamnya terganggu.
Baca SelengkapnyaPemerintah menilai plastik masih jadi bagian dari perputaran roda ekonomi.
Baca Selengkapnya