Seberapa Tangguh Perbankan Nasional Hadapi Gejolak Ekonomi Global?
Merdeka.com - Kondisi ekonomi global saat ini masih bergejolak dan penuh ketidakpastian. Akibatnya, perekonomian di emerging market atau negara berkembang termasuk Indonesia masih dibayangi dampak buruk dari kondisi tersebut, tak terkecuali kondisi perbankan.
Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri), Panji Irawan mengungkapkan saat ini kondisi perbankan nasional masih cukup tangguh dalam menghadapi gejolak ekonomi global.
"Kami melihat kondisi perbankan nasional juga masih cukup kuat menghadapi risiko-risiko yang timbul akibat tekanan ekonomi global, perang dagang dan pelemahan harga komoditas," kata Panji dalam acara Economic Outlook 2019, di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/9).
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Apa prestasi Bank Jatim yang terbaru? PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) kembali menorehkan prestasi. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) kembali menorehkan prestasi. Kali ini, bankjatim berhasil mendapat penghargaan gold rank dalam The Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2023.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Bagaimana BNI menjamin kualitas kredit? Hal ini berdampak baik pada penjagaan kualitas kredit BNI khususnya yang masih terus menjaga keseimbangan pada pertumbuhan kredit dan implementasi prinsip kehati-hatian.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Kenapa transaksi kartu kredit masih tinggi? Transaksi kartu kredit tetap tumbuh di tengah gempuran kemudahan kredit seperti layanan paylater. Berdasarkan data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia Kamis (18/1) nilai transaksi tunai kartu kredit pada November 2023 mencapai Rp34,356 triliun.
Panji menegaskan, ketangguhan tersebut juga tercermin dari Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan nasional tercatat masih cukup tinggi, yaitu sebesar 22,6 persen pada bulan Juni 2019.
Selain itu, kualitas asset perbankan nasional juga terus membaik, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,5 persen, menurun dibandingkan bulan Juni 2018 yang sebesar 2,67 persen.
Kendati demikian, dia mengungkapkan kondisi saat ini juga melahirkan tantangan baru bagi perbankan nasional ke depan, dan akan terus meningkat.
"Tantangan-tantangan ini mungkin akan menekan permintaan kredit perbankan nasional. Pada saat yang bersamaan, bank-bank nasional pun akan lebih selektif dalam penyaluran kredit mempertimbangkan prospek bisnis yang semakin ketat," ujarnya.
Akan tetapi, menurutnya, di tengah peningkatan risiko dan ketidakpastian ekonomi tersebut, masih cukup banyak peluang-peluang bisnis bagi perbankan nasional baik peluang bisnis kredit dan bisnis transaksi.
Beberapa sektor yang prospektif adalah yang didorong oleh berbagai program Pemerintah, yaitu sektor jasa kesehatan, farmasi, pendidikan, ekonomi kreatif dan pariwisata.
"Kami juga optimis pertumbuhan sektor infrastruktur ke depan masih akan baik. Selain itu, masih ada beberapa sektor lainnya yang memiliki prospek yang baik, yaitu sector perdagangan FMCG (fast moving consumer goods) dan sector telekomunikasi sejalan dengan membaiknya daya beli masyarakat dan terus peningkatan penetrasi pengguna internet," ujarnya.
Sementara itu, perbankan nasional dalam menghadapi situasi ekonomi domestik dan global sekarang ini, akan selalu tetap memprioritaskan prinsip kehati-hatian dalam mengelola risiko bisnis dan portfolio kredit.
"Kami juga yakin peran Bank Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter dan peran Pemerintah dalam mengelola kebijakan, akan menghasilkan bauran kebijakan yang efektif dalam mendorong perekonomian nasional," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.
Baca SelengkapnyaDI waktu yang bersamaan, BRI diketahui memiliki permodalan kuat dengan rasio laba terhadap modal atau return on equity (ROE) sehat hingga Semester I 2023.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2023 tercatat 6,54 persen yoy atau menjadi Rp8.147,17 triliun.
Baca SelengkapnyaKondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen.
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaRealisasi tersebut setara dengan 33,1 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.
Baca SelengkapnyaBRI optimis bisa tumbuh berkualitas dengan berbekal fundamental kuat serta kinerja positif selama ini.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan proyeksi laba perbankan masih dapat tumbuh secara berkelanjutan, terutama setelah adanya kebijakan relaksasi moneter berupa penurunan BI Rate.
Baca Selengkapnyastabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga didukung oleh permodalan yang kuat.
Baca Selengkapnya