Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sektor Keuangan Indonesia Masih Dangkal, Kalah Jauh Dibanding Negara ASEAN

Sektor Keuangan Indonesia Masih Dangkal, Kalah Jauh Dibanding Negara ASEAN investasi. shutterstock

Merdeka.com - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto mengatakan bahwa sektor keuangan Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai tantangan besar. Hal itu terlihat dari perkembangan sektor perbankan, pasar modal bahkan non bank di dalam negeri masih tertinggal dibandingkan negara lain.

"Kita mengidentifikasi masih besarnya tantangan dari sektor keuangan kita, sektor keuangan kita masih sangat dangkal baik perbankan, pasar modal, dan non banking institution. Kalau kita bandingkan dengan peer group atau negara di ASEAN, sektor keuangan kita masih tertinggal," kata Suminto dalam Launching Sukuk Tabungan seri ST009, Jumat (11/11).

Menurutnya, hal itu terlihat dari berbagai indikator. Misalnya dari aset perbankan, kapitalisasi pasar modal, manajemen investasi, insurance, dan seterusnya masih jauh lebih rendah dibanding peer group di kawasan.

Orang lain juga bertanya?

Di samping itu, kata Suminto, literasi terhadap sektor keuangan juga masih cukup rendah. Oleh karena itu, hingga kini masih banyak investasi bodong, pinjol ilegal, dan skema-skema ponzi yang lain termasuk kedok koperasi simpan pinjam.

“Ini menunjukkan masih rendahnya literasi dari masyarakat kita yang mudah tergiur dengan skema-skema investasi yang ilegal, dengan janji-janji return yang tinggi dan lainnya,” ujarnya.

Demikian juga akses terhadap sektor keuangan masih sangat perlu ditingkatkan. Instrumen sektor keuangan Indonesia masih menghadapi tantangan terbatasnya instrumen keuangan, termasuk instrumen pengelolaan sukuk.

Terbatasnya instrumen keuangan ini juga menyebabkan banyak dari masyarakat Indonesia, khususnya yang memiliki kapasitas keuangan yang tinggi, mereka membawa uangnya untuk investasi di luar negeri. “Sebab di sana sudah berkembang instrumen-instrumen yang lebih variatif dan banyak yang bisa memenuhi karakteristik kebutuhan dari masyarakat kita,”katanya.

Tawarkan Sukuk Seri ST009

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan membuka masa penawaran Sukuk Tabungan (ST) seri ST009. ST009 merupakan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel keenam sekaligus seri terakhir yang diterbitkan pemerintah tahun ini.

"ST009 merupakan green sukuk, saya kira ini untuk dapat menyasar investor yang lebih luas. Tentu dari sisi ritelnya adalah individual investor, dari sisi sukuknya menyasar investor memiliki konsen terhadap syariah, dan dari sisi greennya bisa menyasar investor yang konsen pada pembangunan hijau," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto, dalam pembukaan penawaran ST009, Jumat (11/11).

Kupon atau imbal hasil Sukuk Tabungan seri ST009 sebesar 6,15 persen per tahun. Adapun kupon ST009 sifatnya imbalan mengambang, artinya besaran kupon SBR akan disesuaikan dengan perubahan BI 7 Day Reverse Repo Rate setiap tiga bulan sekali.

Kupon ST009 sifatnya juga imbalan Minimal, artinya tingkat imbalan pertama yang ditetapkan akan menjadi imbalan minimal yang berlaku sampai dengan jatuh tempo.

Bentuk Kupon ST009 adalah tanpa warkat, tidak dapat diperdagangkan, tidak dapat dialihkan, dan tidak dapat dicairkan sampai jatuh tempo kecuali periode early redemption.

ST009 adalah instrumen yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, namun terdapat fasilitas Early Redemption. Early Redemption merupakan salah satu fasilitas yang memungkinkan investor menerima sebagian pelunasan pokok ST009 oleh Pemerintah sebelum jatuh tempo.

Fasilitas ini hanya dapat dimanfaatkan oleh investor dengan minimal kepemilikan Rp2 juta di setiap Mitra Distribusi dengan nominal pengajuan minimal Rp1 juta dan kelipatannya serta jumlah maksimal yang dapat diajukan untuk Early Redemption adalah 50 persen dari total kepemilikan investor.

Nilai Nominal per Unit adalah Rp1 juta, Maksimum Pemesanan Rp2 miliar, Minimum Pemesanan Rp1 juta, Setelmen/Penerbitan pada 7 Desember 2022, Tenor, Jatuh Tempo 10 November 2024, Akad Wakalah, Underlying Asset Barang Milik Negara dan Proyek dalam APBN 2022 (termasuk green asset).

Reporter: Tira Santia

Sumber: Liputan6.com

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penetrasi Asuransi di Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Thailand, Apa Penyebabnya?
Penetrasi Asuransi di Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Thailand, Apa Penyebabnya?

Literasi pada sektor perasuransian hanya sebesar 31,7 persen dan inklusi sebesar 16,6 persen. Pencapaian ini masih jauh di bawah sektor perbankan.

Baca Selengkapnya
Kemenkeu Catat Aset Keuangan Syariah di Indonesia Tembus Rp2.452 Triliun
Kemenkeu Catat Aset Keuangan Syariah di Indonesia Tembus Rp2.452 Triliun

Kemenkeu Catat Aset Keuangan Syariah di Indonesia Tembus Rp2.452 triliun

Baca Selengkapnya
Investasi Sektor Ekonomi Hijau Rawan Ketidakpastian, Ketua Kadin Minta Industri Reasuransi Turun Tangan
Investasi Sektor Ekonomi Hijau Rawan Ketidakpastian, Ketua Kadin Minta Industri Reasuransi Turun Tangan

Menurutnya, risiko itu sulit diprediksi karena minim data historis. Maka, industri asuransi dan reasuransi bisa mengambil peran untuk menjamin ketidakpastian.

Baca Selengkapnya
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina

Dukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.

Baca Selengkapnya
Literasi Keuangan Syariah RI Rendah, Pakar Ekonomi Ini Beri Solusinya
Literasi Keuangan Syariah RI Rendah, Pakar Ekonomi Ini Beri Solusinya

Tingkat literasi asuransi syariah di Indonesia hanya mencapai 3,99 persen, jauh lebih rendah dibandingkan literasi asuransi konvensional.

Baca Selengkapnya
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank

Pada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.

Baca Selengkapnya
Miris, Investasi Sektor Perikanan Cuma Rp11,7 Triliun dalam Kurun Waktu 10 Tahun
Miris, Investasi Sektor Perikanan Cuma Rp11,7 Triliun dalam Kurun Waktu 10 Tahun

Sektor perikanan jadi sektor paling rendah terhadap realisasi investasi.

Baca Selengkapnya
Wapres Maruf Amin Ungkap Sumbangan Ekonomi Syariah di Tahun 2030 Bisa Tembus Rp155 Triliun
Wapres Maruf Amin Ungkap Sumbangan Ekonomi Syariah di Tahun 2030 Bisa Tembus Rp155 Triliun

kontribusi ekonomi syariah terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional diperkirakan akan mencapai USD10 miliar setara Rp155,52 triliun atau 1,5 persen PDB nas

Baca Selengkapnya
Indonesia Perlu Waspada Saat Ekonomi Negara Maju Bangkit Kembali
Indonesia Perlu Waspada Saat Ekonomi Negara Maju Bangkit Kembali

Arsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Baca Selengkapnya
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

Perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.

Baca Selengkapnya
Daftar Negara Asean Paling Banyak Pengangguran, Indonesia Nomor Berapa?
Daftar Negara Asean Paling Banyak Pengangguran, Indonesia Nomor Berapa?

Pengangguran terjadi karena ketidakseimbangan antara jumlah lapangan kerja yang tersedia dan laju pertumbuhan penduduk.

Baca Selengkapnya
Indonesia Makin Kompetitif hingga Kalahkan Malaysia Ini Buktinya
Indonesia Makin Kompetitif hingga Kalahkan Malaysia Ini Buktinya

Daya saing Indonesia didongkrak oleh peningkatan performa ekonomi, kemampuan menarik kapital, dan pertumbuhan PDB

Baca Selengkapnya